Terkadang kita mendengar istilah umur tidak menjamin kedewasaan seseorang. Dewasa adalah tentang sikap, pilihan dan tanggung jawab yang benar.
Lisa terkejut melihat anak nya zahra bangkit dari duduknya yang sedari tadi ikut duduk disisi sang ayah menemani mama dan adiknya sambil terus terisak.
Zahra pergi melihat beberapa wadah berisi beras yang sedari tadi ia perhatikan, semua orang yang datang memasukan tangan nya ke balik wadah itu.
Dia yang penasaran langsung melihat isi nya yang ternyata terlihat begitu banyak uang lembaran kertas. Entah kenapa saat itu dia berfikir uang yang ada di beberapa wadah ini harus ia kumpulkan.
Zahra pergi mengambil lima kantong plastik hitam. Setiap satu wadah ia masukan kedalam satu plastik, ditangan nya sekarang sudah ada lima plastik berisikan uang. Ia langsung pergi ke kamar dan memasukan nya kedalam lemari lalu menguncinya.
Saat itu ia menyelipkan kunci nya di dalam kantung baju sekolahnya yang tergantung di dinding kamar. Lalu ia keluar menjumpai mama nya.
" Ma, semua uang di beras itu udah zahra simpan didalam lemari, kunci nya di dalam kantong baju sekolah zahra." ucap nya berbisik di telinga mama nya.
" Makasih zahra " ucap lisa yang terasa amat bersyukur anak nya mengerti tanpa ia mengatakan nya.
" mama lapar? pasti adik juga lapar. Zahramasakin mie ya mama. Nanti kalian sakit " ucap zahra yang melihat mama nya yang sedari tadi menangis.
" Jangan nak, zahra gak pernah masak. Gak usah nanti aja mama makan " ucap lisa yang terkejut mendengar ucapan anak sulungnya itu.
" tapi ma, adik pasti lapar " ucap zahra menatap adik nya.
Lisa mulai sadar bahwa ia memang bisa menahan lapar bahkan mengingat makan pun tidak. Namun bagaimana dengan anak nya? sementara saudara-saudara lisa yang hadir sudah pasti dalam keadaan perut sudah terisi.
Akhirnya dengan berat hati lisa mengizinkan zahra memasak. Zahra langsung beranjak mengambil beberapa bungkus mie instan dikedai lalu memasak nya di rumah evi.
" Assalamualaikum. Buk, zahra numpang masak ya" ucap zahra kepada evi yang pulang sebentar mengurus anak nya yang masih sangat kecil.
" iya ra, langsung aja kedapur " ucap evi tersenyum melihat zahra
" iya buk " ucap zahra sambil berjalan menuju dapur yang dia sudah tau, karna selalu bermain di rumah evi.
Zahra memasak mie sangat banyak, lima belas piring sudah ia siapkan. Ia membawa tiga piring ke kamar untuk mama dan adiknya. Sementara yang lain ia sisihkan untuk saudara dan evi beserta girun.
Ia memanggil mama dan amira untuk makan. Lisa melihat mie yang dimasak anak nya begitu terharu. Lisa merasa tak percaya dengan apa yang di lakukan anak nya.
Dalam hati lisa bertanya-tanya kenapa anaknya mendadak jadi sedewasa ini. Dia begitu mengerti akan kondisi sekelilingnya. Sambil melahap mie yang dimasak zahra, ia pun kembali meneteskan air mata.
"mama, mama kenapa nangis? " ucap zahra khawatir.
Amira diam melihat mama nya yang kembali menangis.
" mama hanya bersyukur punya anak seperti kalian nak. "ucap lisa sambil terisak
Amira memeluk mama nya begitu pun zahra.
"Amira yang gak rewel selalu nemani mama, sementara zahra mengurusi hal-hal yang seharusnya mama lakukan" ucap lisa menangis begitu pilu.
" mama, walau ayah sekarang udah gak ada. Kami akan bantu mama, biar mama gak kesusahan." ucap zahra yang selalu mengatakan apa yang ia rasakan.
" iya nak, terima kasih ya nak" ucap lisa sambil mengecup kedua dahi anaknya.
Lisa dan amira kembali mengaji sementara zahra menawarkan beberapa saudara yang hadir untuk makan terlebih dahulu. Lisa mulai tersenyum melihat anaknya yang begitu pengertian.
Zahra kembali mengumpulkan lembaran uang kertas dari beberapa wadah beras. Seketika itu ia mendengar bapak-bapak berbicara bahwa sebentar lagi akan memandikan ayahnya.
Zahra bergegas memasukan uang itu ke lemari, lalu memeriksa kebelakang apakah wadah besar yang telah disediakan dari mesjid untuk ayahnya mandi sudah di isi air.
Namun tong besar dan beberapa ember itu masih kosong. Ia ke depan ingin meminta bantuan, untuk mengisi tong besar itu karna mereka tidak memiliki selang. Namun tidak ada satupun yang bisa ia minta tolongin, karna semua sibuk pada dirinya masing-masing.
Akhirnya zahra memutuskan untuk menampung air ke ember kecil dan menuangnya ke tong besar setinggi dirinya. Tangan nya yang masih kecil itu terlihat sangat bersusah payah mengisi tong itu, hingga baju nya basah karena tertumpah air.
Zahra hanya berfikir, ia harus bisa mengisi tong itu agar ayah nya bisa di mandikan.
Mungkin dulu ketika kecil ia dimandikan ayah nya.
Sekarang walau hanya sekedar mengisi air mandi terakhir untuk ayahnya, dirinya sudah merasa cukup puas karena bisa mengabdi kepada sang ayah untuk yang terakhir kalinya.
Tidak lama kemudian datang seorang bapak-bapak memastikan airnya apakah sudah ada. Setelah dirasa cukup, bapak-bapak itu memberi aba-aba kepada yang lainnya untuk membawa ilham mandi.
Zahra segera pergi mengganti baju nya yang sudah basah. Namun ia sempat mendengar seorang ibu yang ada disitu menyiyiri dirinya.
"liat itu, bukan nya duduk nunggui ayah nya ikut ngaji malah main air sampek basah gitu" ucap ibu itu begitu sewot.
" Nama nya anak-anak ya wajar aja. Udah gak usah nyinyir sama anak yatim nanti kualat loh " ucap ibu yang merespon ucapan dari ibu disebelah nya tadi.
" Iya ya aku lupa " ucap ibu itu lalu terdiam.
Zahra kembali melanjutkan langkah nya yang sempat terhenti. Namun dalam hati nya yang kecil, ia sudah bisa merasakan sakit akan ucapan ibu itu.
Ia mulai bertanya, kenapa ibu itu menyebut nya anak yatim? apakah semua anak yang tidak memiliki ayah akan mendapatkan sebutan itu?
Di dalam kamar air matanya menetes, ternyata sesakit ini rasanya di sebut sebagai anak yatim. Yang sebutan itu ia dapatkan karena harus kehilangan seorang ayah dalam hidupnya untuk selamanya.
Tiba-tiba mama mencari ku ke kamar. Aku langsung keluar dan melihat ayah sudah siap di kafani. Seorang bapak-bapak memandu kami untuk mencium dahi ayah tanpa terkena air mata.
Ia mengatakan, agar kami mengucapkan kata-kata yang baik dan ikhlas untuk melepas kepergian sang ayah. Terlihat lisa mengatur nafasnya lalu menghapus air matanya.
"Mas, tenang lah disana. Saya sudah ikhlas mas pun harus ikhlas melepas kami. Saya dan anak-anak akan baik-baik saja. Terima kasih mas sudah menjadi suami dan ayah yang baik" ucap lisa yang terdengar begitu memilukan semua orang yang menyaksikan hal itu.
Lisa segera mengecup dahi ilham karna ia tak mampu lagi membendung air matanya. Ia kembali menangis karena tidak pernah terbayangkan oleh nya, bahwa ia akan mengucapkan kata-kata itu kepada ilham untuk melepaskan nya kembali pada sang pencipta.
Evi kembali mendekat menyabarkan lisa. Evi langsung menyuruh amira untuk mencium ayahnya.
"ayah baik-baik disana ya yah, amira sayang ayah" ucap amira dengan tenang dan ikhlas.
Setelah amira selesai, evi segera menyuruh zahra untuk mencium ayah nya. Jantung nya berdegup kencang seolah ada rasa kehilangan yang besar setelah ia mengecup dahi ayah nya.
Zahra mengecup dahi ayah nya sedikit lama, perasaannya mulai berkecamuk untuk mengeluarkan kata-kata perpisahan.
" Ayah, jaga dan selalu lihat kami ya yah, jangan per... " ucap zahra dengan nada yang sudah bergetar.
Ia langsung di peluk evi dengan cepat dan terisak dalam pelukan evi. Batin nya berbicara melanjutkan kata-katanya yang terputus karna ia tak mampu mengucapkan nya.
" Ayah jangan pergi, zahra gak mau di panggil anak yatim yah." batin nya berbicara begitu mematahkan hati siapa saja yang mampu mendengar lirih dalam batin si kecil zahra.
Tidak ada yang pasti dalam hidup kecuali takdir yang telah di tetapkan oleh sang maha pencipta. Walau ia tak siap takdir menyandangkan nya gelar yatim, namun ia tidak punya pilihan di usia nya yang masih sangat belia.
Yang kita tahu kematian adalah suatu hal yang pasti akan menghampiri kita semua yang masih bernyawa.
Lisa dan anak-anak nya mengantarkan ilham menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Air mata lisa dan mereka yang ada di pemakaman itu mengalir deras.
Hingga akhirnya tubuh ilham kembali kedalam bumi yang sudah merindukan nya. Setelah pemakaman selesai mereka harus benar-benar ikhlas melepas ilham yang akan menjadi kenangan tersendiri di hati mereka yang mengenalnya.
Lisa belajar ikhlas dan berusaha kuat demi anak-anaknya, agar mereka tidak merasa kekurangan kasih sayang.
Jangan lupa like dan share ya teman-teman readers 🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Chyntia Rizky 🖋️
mewek aku thor..😭😭😭😭
2021-04-10
1
Anggra
😭😭😭
2021-03-23
1