Episode 14

Zahra mencari cara agar membatalkan kepergian mamanya. Ia teringat bahwa dulu kakak dari ayahnya pernah datang kerumah, dan mengatakan sesuatu yang penting kepadanya dihadapan kami.

" Kak, ini istriku dan ini anak-anak ku. Nanti suatu saat tolong berikan hak ku kepada mereka." ucap ilham kepada kakaknya.

Teringat akan warisan itu zahra menulis sebuah surat untuk saudara-saudara ayahnya di kampung.

Surat Zahra:

Assalamualaikum wak dan semua saudara ayah kami yang tidak dapat Zahra sebutkan satu persatu.

Melalui surat ini Zahra ingin memohon kiranya, agar di berikan sedikit uang dari hasil panen yang ada di perkebunan milik ayah kami.

Saat ini Zahra dan amira akan masuk SMA, mama kami sudah tidak memiliki uang. Mohon bantuannya kepada wawak disana, agar kiranya memberikan apa yang menjadi hak ayah dan kami anak-anaknya.

Semoga wawak dan semua saudara disana dapat membantu kami dan semoga selalu diberikan kesehatan. Aamiin

Zahra menulis surat itu dan menitipkan nya kepada seseorang yang satu kampung dengan ayahnya. Zahra sangat berharap semoga saudara ayahnya mau memberikan hak mereka.

Setelah menunggu beberapa hari, wak rizal kembali membawa surat balasan dari keluarga ayahnya. Zahra sangat senang mendapat respon dari wawak nya disana.

Ia pun memanggil Amira dan mamanya dengan raut wajah bahagia. Ia berharap kebaikan keluarga ayahnya ini akan membatalkan keberangkatan mamanya besok. Mereka membuka isi surat itu.

Surat Balasan :

Walaikumsalam.

Kami mohon maaf tidak bisa memberikan apapun sekarang sama kalian, karena kalian masih kecil.

Jika nanti kalian sudah besar, barulah kami akan memberikan nya. Kalau memang kalian sedang dalam keadaan susah, silahkan datang kesini dan tinggal disini saja.

Zahra langsung meremas-remas surat itu, lalu membuangnya.

" Wak, jika nanti wawak pulang kampung lagi tolong sampaikan pesan Zahra sama mereka semua." ucap Zahra menjeda sebentar ucapannya.

" Kalau udah besar, aku gak perlu lagi harta ayahku. Zahra udah bisa cari uang sendiri. Tolong wawak sampaikan sama mereka semua." ucap Zahra dengan tatapan marah lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

Amira memeluk mamanya, itu artinya besok Lisa akan pergi berangkat mencari nafkah untuk anak-anaknya.

" Bang terima kasih banyak ya udah menyampaikan surat Zahra." ucap Lisa dengan wajah sedih.

" Maaf ya dik, abang gak bisa bantu banyak" ucap Rizal dengan raut wajah sedih melihat kondisi anak yatim ini.

" Gak papa bang, salam sama kakak ya bang. Lisa izin pamit besok akan pergi. " ucap Lisa tersenyum tipis.

" Iya dik, hati-hati disana ya jaga diri kamu. Abang pulang dulu, kalian lihat dulu Zahra didalam. " Ucap Rizal tersenyum lalu pergi melajukan mobilnya.

Lisa dan Amira segera masuk kedalam menjumpai Zahra di kamarnya yang sedang menangis tersedu-sedu.

" Nak sudahlah jangan nangis lagi " Ucap Lisa berusaha menenangkan Zahra.

" Zahra benci ma, pokoknya zahra benci sama keluarga ayah. " Ucapnya sambil terus menangis.

" Udah jangan ngomong gitu, gak baik nak. " Ucap Lisa sambil mengelus-elus kepala zahra.

" Kenapa ma? Apa pantas mereka seperti itu? Ayah meninggal mereka pun gak ada datang sampai sekarang. Mereka gak mau tau adiknya, abangnya di kubur dimana. Apa seperti itu orang yang harus di hormati sebagai saudara?

Zahra udah cukup besar ma, untuk mengerti apa yang mereka lakukan sama kita. Seperti sekarang ini, mereka senang-senang menikmati hak ayah. Kita hanya meminta sedikit saja, apa seperti ini manusia ma? " ucap Zahra tersedu menatap mamanya yang sudah meneteskan air mata.

" Zahra, sudahlah nak. Mulai hari ini jangan pernah berharap sama siapapun karna itu akan membuat mu sakit. " Ucap Lisa menatap putri sulung nya.

Zahra bersimpuh dihadapan mamanya dan amira duduk di sebelah sang mama.

" Kalian harus kuat walau tanpa siapapun. Jika mereka benar-benar manusia yang tulus, mereka akan datang membantu kalian walau kalian tidak memintanya. " ucap Lisa kepada anaknya dengan berurai air mata.

" Apa ada orang seperti itu ma? " ucap Amira menatap mamanya.

" Insya Allah ada nak, yang terpenting kalian harus sabar menjalani hidup ini. Maafkan mama belum bisa menyenangkan kalian seperti anak- anak lainnya. " ucap Lisa memeluk erat anak-anaknya.

Mereka bertiga kembali menangis, rasanya air mata mereka akan semakin banyak di siapkan untuk menjalani hidup kedepan nya yang sudah pasti teramat sulit bagi mereka bertiga.

" Ma, kami sayang mama " Kedua putri Lisa mengecup pipi mama nya.

Mereka sadar bahwa mereka akan berpisah dengan mamanya dalam waktu kurang dari 24jam. Mereka menghabiskan waktu bersama seolah ingin membuat kenangan di sisa waktu yang tersisa.

Terpopuler

Comments

ga jadi nyuci baju deh,sayang mo berhenti baca
nih mata juga ga bs brenti netes aja

2021-06-10

1

Gabriella Rhina

Gabriella Rhina

ini air mata knp keluar trs yak..bagus bgt thor ceritanya...semangat ya 💪👍

2021-04-04

1

Nour Ratna

Nour Ratna

ga bisa ngebayangin thor.... sesak bgt rasany

2021-03-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!