Episode 2

Pagi itu semua terasa berbeda, komplek perumahan masih baru dan penduduk nya belum begitu banyak. Kami beruntung memiliki beberapa tetangga yang juga masih baru.

Ayah dan mama terlihat menata dan mengemas rumah. Beberapa hari berjalan ayah berubah fikiran. Tiba-tiba ia memutuskan untuk mengajak kami tinggal di jakarta.

Di jakarta ada adik ayah yang sudah cukup sukses dengan usaha cargo milik nya. Aku dan amira sudah sangat senang, karena akan kembali jumpa dengan sepupu ku.

Beberapa kali kami sempat saling mengunjungi, sebelum semua masalah ini terjadi. Ayah menjual guci, kursi, meja jepara dan beberapa barang lainnya.

Uang hasil penjualan itu semua cukup banyak. Bahkan bisa mengcover biaya tiket dan kehidupan kami selama dua bulan disana. Namun setelah disiapkan, tiba-tiba ayah menerima telpon dari adik nya.

Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan melalui telpon. Hanya saja setelah menerima telpon itu, ayah menemui mama yang sedang mengemasi barang.

"ma, udah gak usah di packing lagi. Simpan lagi semua nya, susun ulang" ucap ayah sambil memandang mama dengan wajah membeku

" kenapa yah? " ucap mama heran menatap ayah yang berdiri di hadapan nya.

Ayah duduk tepat di hadapan mama, yang sudah memberhentikan kegiatannya mengemasi barang. Aku dan amira juga ikut diam menatap kedua orang tuaku.

"Mereka bilang usaha mereka lagi mengalami masalah, sehingga terancam bangkrut ma" ucap ayah terdiam, menunduk sambil menatap pejer yang di genggamnya.

" tapi baru tiga hari yang lalu mereka nyuruh kita kesana yah" ucap mama serasa tak mengerti dengan ini semua.

" Sekarang aku paham ma, sangat paham. Kita sudah tidak ada saudara. Mereka takut bahwa kita akan menyusahkan, makanya tiba-tiba mereka berubah fikiran." ucap ayah dengan raut wajah yang begitu sedih.

Padahal jika pindah kesana, semua sudah ayah persiapkan untuk biaya hidup kami disana. Mama hanya diam menatap ayah, menanti keputusan apa yang akan ia ambil.

"Kita buktikan sama mereka, kita akan hidup baik-baik saja" ucap ayah dengan wajah yang mulai terlihat ambisi.

"Yah gimana kalo kita jualan aja" ucap mama memberi saran kepada ayah.

"Jualan apa ma?" ucap ayah penasaran.

"Kita jualan macam-macam yah. Sayuran, ikan, rokok, jajanan dan lainnya yah. Soalnya disini masih komplek baru yah dan belum ada yang jualan pasti bakalan laris." ucap mama memberi saran dengan antusias.

"Iya juga ya ma. Ini uang yang ada cukup untuk modal jualan, kita bangun kedai di depan dan buat dapur dibelakang. Jadi kamar mandi nya gak di luar lagi ma" ucap ayah tersenyum mengatur planing demi planing dengan semangat.

Semua tersenyum bahagia, walau saat ini kami harus berjuang dari nol tetapi semangat kami selalu seratus persen.

...****************...

Ayah tampak sibuk bersama bapak-bapak tetangga membangun kedai dan dapur. Aku dan amira yang sudah memiliki teman begitu asyik bermain boneka dari daun pisang.

Sementara mama mempersiapkan makan siang untuk ayah dan bapak-bapak yang bekerja. Tidak butuh waktu lama, empat hari sudah selesai kedai dan dapur.

Ayah pergi belanja mempersiapkan segala isi kedai. Untuk seminggu pertama ayah menjual barang kering saja. Sementara setelah melihat omset penjualan bagus, ia mulai belanja sayur-sayuran dan segala kebutuhan dapur.

Sesuai dengan apa yang di bayangkan mama, bahwa jualan di komplek yang masih sangat baru ini akan sangat menguntungkan. Mereka berdua bekerja sama dalam segala hal untuk bangkit dan membesarkan anak-anaknya.

Tanpa terasa zahra dan amira memasuki sekolah dasar. Zahra dan Amira yang terlihat seperti anak kembar itu selalu melakukan apapun bersama.

Hingga ketika zahra memasuki sekolah dasar, amira yang masih berumur 5tahun memaksa untuk ikut masuk sekolah juga. Sementara zahra juga tidak mau sekolah jika harus pisah dari amira.

Akhirnya mama mendaftarkan mereka berdua untuk sekolah bersamaan dan harus satu kelas pula. Mama sangat bersyukur, kedua putri nya tumbuh menjadi anak yang pintar. Terlebih zahra yang selalu menjadi juara kelas.

Ia sering menerima hadiah berupa buku dan alat tulis lainnya. Ketika libur sekolah ayah juga sering mengajak kami ke sebuah taman bermain.

Bagi anak yang berprestasi, juara satu sampai tiga mendapatkan tiket gratis dengan syarat membawa raport sekolah sebagai bukti. Sementara untuk peringkat empat sampai tujuh, mendapatkan potongan setengah harga tiket.

Aku mendapatkan tiket gratis sementara amira mendapatkan potongan setengah harga. Ayah begitu bangga membawa dua raport hasil belajar kedua putrinya.

Kami bermain di sebuah taman bermain yang cukup terkenal dan luas. Disana tidak hanya ada taman bermain tetapi juga terdapat beberapa jenis hewan.

Kami tertawa riang bertiga. Mama tidak ikut karena ada kegiatan dengan para tetangga, hitung-hitung sekalian jaga kedai. Entah kenapa ayah punya hobby memasuki rumah hantu.

Aku dan mira sebenarnya sangat takut, hanya saja kami tidak berani menolak. Beruntung ketika berada di dalam tidak ada satu hantu pun yang terlihat karna memang jam masih pukul dua siang. Belum jam oprasional rumah hantu itu.

Setelah keluar dari rumah hantu itu, kami menuju komedi putar yang sangat tinggi tapi aku tidak takut malah sangat antusias. Komedi putar itu berputar lalu berhenti di puncak tertinggi komedi putar itu.

Aku mulai takut saat melihat kebawah dengan ketinggian 90 derajat.

"Nak, jangan lihat kebawah tapi liat ke sekeliling mu" ucap ayah tersenyum manis kepada ku dan amira yang terlihat ketakutan.

"Lihat lah, kalian bisa melihat seluruh kota dari sini, sangat indah bukan" ucap ayah mengalih kan pandangan nya ke sisi kanan.

"waaaahh iya yah" ucap ku dan amira kegirangan.

" Nak ingat ya, jika nanti dalam kehidupan kalian menemukan kesulitan maka yakin lah selalu akan ada hal indah menanti kalian" ucap ayah menasehati kedua putri nya.

Aku dan amira hanya mengangguk tidak mengerti apa maksud dari omongan ayah. Kami pun tertawa riang menghabiskan waktu hingga sore lalu memutuskan untuk kembali kerumah.

Itu terakhir kali nya aku ke taman bermain bersama ayah. Karena ayah dan mama sibuk berdagang demi bisa mencapai rumah impian mereka. Usaha itu maju karena ayah dan mama orang yang sangat pintar bergaul dengan orang lain.

Ayah menjadi pemasok bahan-bahan makanan seperti mie sampai berkardus-kardus, minyak makan, telur, sarden dan lainnya kebeberapa tambak udang dan ikan milik teman-temannya.

Rumah kami pun selalu ramai hingga malam, menjadi tempat berkumpulnya anak-anak lajang. Kedai kami mendapatkan sebuah penghargaan dari salah satu perusahaan minuman ternama di indonesia, karena target penjualanan nya melebihi melebihi grosir.

Kerja keras kedua orang tuaku siang malam membuahkan hasil. Mereka membeli sebuah tanah yang lumayan lebar di area komplek itu. Ayah mengapresiasikan tanah dan rumah yang akan di bangun itu untuk mama.

Ayah berkata, mama pantas mendapatkan hak itu atas kerja kerasnya mengurus anak-anak dan kesetiaan nya hidup bersama ayah yang kami tau tidaklah mudah mendampingi ayahku.

Kesabaran menjalani suka duka dan beberapa hal lainnya dalam mempertahankan rumah tangga. Mama ku memang pantas jika di sandangkan sebagai perempuan tersabar dan kuat dalam menjalani hidup berumah tangga yang pernah kulihat.

Rumah itu mulai di timbun agar tidak banjir. Batu bata, batu-batu kecil dan besi sudah ada disana. Aku dan adik ku selalu semangat saat mengantar makan siang untuk ayah yang sedang membangun pondasi bersama beberapa orang tukang.

Kami berjalan tertawa riang sambil bernyanyi- nyanyi menuju calon rumah baru kami. Ketika sampai, kami langsung memberikan bekal makan siang yang sudah disiapkan mama untuk ayah. Setelah pukul empat sore para tukang kembali kerumah mereka.

" Nak kita pulang pukul lima ya, kalian bisa bantu ayah ngumpulin batu-batu kecil disana tapi yang berwarna putih ya jangan warna lain" ucap ayah menujuk ketumpukan batu kecil-kecil lalu menyodorkan sebuah goni.

"untuk apa yah batu warna putih itu?" tanya zahra yang memang lebih banyak bicara daripada amira.

"batu itu nanti untuk rumah ayah" ucap ayah tersenyum kepada kami.

Kami yang masih kecil tidak mengerti apa maksud ucapan ayah, yang kami tau menuruti ucapan orang tua adalah suatu keharusan dan kewajiban seorang anak selama itu baik.

Terpopuler

Comments

Chyntia Rizky 🖋️

Chyntia Rizky 🖋️

aku tepati janji ya thor.. udah mampir nih. hehehe... baca karya retcheh ku juga ya thor. jgn dibully. kasi masukannya ya. biar sama sama semangat up nya.😘

2021-04-10

1

raihani _ss

raihani _ss

semangat y bro nulisny. ku slalu menunggu klanjutanny😊

2021-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!