Ardin merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit langit kamar, masih dengan air mata yang mengalir deras. Fikirannya melayang kemana mana, ia masih tak percaya dengan kejadian hari ini, kejadian yang begitu mengejutkan. Padahal ini adalah hari bahagianya. Dulu ingin berkumpul seperti tadi sulit sekali rasanya, sekarang giliran sudah berkumpul malah menjadi pecah belah yang tidak dapat di satukan lagi.
Karena terlalu banyak menangis, kantuk mulai menerap mata gadis cantik ini. Kini Ardin telah terlelap, terlelap dengan kesedihan.
Pagi sekali Ardin terbangun, membersihkan tubuhnya dan menunaikan ibadah sholat subuh. Setelah itu ia turun menuju dapur, tampak sepi sekali, ia tau pasti orang tuanya telah pergi setelah kejadian tadi malam. Ardin tak memiliki selera makan sama sekali, ia hanya meminum air putih hangat, berjalan menuju ruang tv menyalahkan tv tapi tak di tonton. Matanya memang menatap arah tv tapi fikirannya menjamah ntah kemana mana.
Jam menunjukkan pukul 7 pagi, Ardin bersiap siap untuk berangkat bekerja. Ia harus semangat hari ini, tidak boleh menunjukkan ke semua orang bahwa ia sedang hancur sekali.
Sudah waktunya makan siang, namun Ardin masih enggan mengisi perutnya, ia hanya menyibukkan diri di tempat kerja. Ada yang aneh dengan kepala Ardin, pandangannya mulai kabur, seisi rumah sakit ini seperti terguncang.
Brrukk
Ardin tumbang seketika, dokter Reno yang sedang berada di samping jadi terkejut.
"Dokter Ardin, dok" ucap dokter Reno menggoyang goyang kan lengan Ardin.
Karena merasa tidak ada jawaban, dengan segera dokter Reno mengangkat tubuh kecil Ardin untuk segera di periksa.
Sekitar 15 menit Ardin pingsan, akhirnya sadar juga.
"Dok, gimana sudah merasa baikan? " tanya dokter Reno setelah melihat Ardin langsung duduk.
"Kenapa saya ada di sini dok" tanya Ardin.
"Oh itu, tadi dokter Ardin pingsan, saya kira ada apa, ternyata karena perut dokter kosong, sama sekali belum terisi apa apa ya dok?" tanya dokter Reno lagi.
"Ah iya, saya lupa" jawab Ardin tersenyum.
"Kalau begitu terima kasih ya Dok" ucap Ardin lagi
Dokter Reno hanya menanggapi dengan senyuman, dan berlalu pergi setelah meninggalkan obat dan air putih.
Hari sudah sore, karena memiliki janji dengan kedua sahabatnya tanpa menunda lagi Ardin menuju tempat yang sudah di janjikan.
Setelah sampai, tampak seorang wanita melambaikan tangan. Ah itu Raina dan Kevin. Ucap ku dalam hati.
Ardin melangkahkan kakinya menuju kedua sahabatnya itu dengan senyum merekah, walaupun ia tau bahwa ia tak biasa menyembunyikan apa pun dari kedua sahabatnya itu.
"Ciee udah tua aja nih, selamat ulang tahun" ucap Raina memeluk Ardin yang baru saja duduk, Ardin menanggapi dengan senyuman manis nya.
"Hey, sini" Kevin menepuk nepuk kursi di sebelahnya.
"Selamat ulang tahun ya, cantik, kita jadi di traktir kan nih" ucap Kevin cengengesan. Raina malah menjitak kepala anak idiot itu, sedangkan Ardin hanya melihat dengan senyuman, konyol sekali sahabatnya itu.
Setelah selesai acara traktiran nya, Raina melihat seperti ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini, pelan pelan iya mendekatkan tubuhnya ke Ardin.
"Lo kenapa Ar, kaya lagi gak happy gitu" ucal Raina mengejutkan Ardin yang sedang melamun.
'Hah' Ardin menghela nafasnya. Terlihat kesedihan yang teramat di matanya kali ini.
"Kalau ada masalah cerita ke kita Ar, jangan diem diem gini" tutur Kevin. Tumben ni anak ada benernya.
Kemudian pun Ardin menceritakan semuanya, kejadian yang baru saja menimpa nya kemarin malam. Kembali terisak, masih terlalu sesak dadanya untuk ini.
Di raihnya tubuh Ardin agar mendekap ke arah mereka, kedua sahabatnya tengah memeluk Ardin sekarang. Mengusap usap punggung Ardin, merasakan apa yang di rasakan Ardin saat ini.
Bersambung.........
Masih kurang sedih ya, sorry lah author gak pandai buat yang sedih sedih😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments