"Kenapa kita semua di kumpulkan Mah, Pah?" tanya Ardan selepas tertawa.
"Belum semua, satu lagi belum datang" jawab Papa Salman sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Mereka tampak berfikir siapa lagi yang mau datang. Begitu lah kira kira yang ada di dalam otak mereka masing masing.
Tak lama terdengar suara seorang lelaki berteriak dari arah luar rumah, lebih tepatnya di teras depan.
"Hay what's up all" sapanya setengah teriak memasuki ruang tamu.
"Astaga Kak Putra ku kira orang gila dari mana tadi" ucap Kevin memasang wajah terkejut. Bagaimana tidak suasana yang awalnya senyap menjadi seolah bergemuruh karena suara Putra. Idiot memang.
Sedang kan Ardin dan Raina masih dengan mode terkejut nya, tidak berkedip sama sekali, bukan karena ketampanan Putra melainkan karena suaranya.
"Hehehe sorry. Mah Pah, apa kabar" sapa Putra setelah duduk di kuris tepat di depan Papa Salman
"Kami baik semua" jawab Papa Salman dengan senyum ramah.
Semuanya kembali terdiam, saling padang, melirik satu ke yang lain. Ardin seperti masih tak menyangka bahwa mantan dosennya sekarang berada di rumah sahabatnya ini. Sedangkan Raina tampak biasa seperti sudah mengetahui, bagaimana tidak, sewaktu acara di rumah Kevin malamnya Putra melakukan Video call, sedangkan Ardin sendiri sudah pergi ke alam mimpinya.
"Wajah kamu kenpa Ar" tanya Ardan seperti mengetahui ada yang aneh mimik wajah Ardin.
"Oh, anu, kok Pak Putra bisa di sini, kalian bersaudara, atau dia adiknya Kak Ardan ya" ucap Ardin kikuk.
"Ph, hahahaha, bukan bukan, ogah banget aku saudaraan sama Ardan, apa lagi jadi adiknya" jawab Putra sedikit tertawa, ntah apa yang lucu. Idoit ya begitu.
"Lalu? " tanya Ardin lagi seperti belum memahami.
"Dia itu temannya Ardan sejak kuliah, bersahabat malah" jawab Mama Ana ikut nimbrung. Ardin tampak manggut manggut seperti sudah menemukan jawaban yang tepat.
"Ohya Mah, Pah. Kenapa nih ngumpulin kita semua di sini" Kevin tampak jengah, langsung menanyakan pertanyaan yang sempat di tanya tadi.
"Nah itu, kira kira kalian bakalan setuju gak nih" belum juga di bicarakan apa rencananya, Papa Salman malah menanyakan setuju atau tidak.
"Ya Papa mau buat rencana apa" tampak wajah kesal Kevin.
"Oh iya hehehe, itu, Papa mau buat rencana liburan berjamaah, gimana pada mau kan" jawab Papa Salman penuh harap.
"Emangnya Papa mau liburan di mana sih" makin kesal sekali rasanya karena Sang Papa menjawab tidak sekali gus.
"Kemana ya, Papa juga belum tau, baru rencana" tampak santai sekali jawaban Papa salman, wajahnya berekspresi datar, bak tanpa dosa.
Kelima anaknya nya pun hanya membuang nafas kesal. Ingin marah tapi yang sedang di ajak bicara adalah orang tua. Serba salah jadinya.
"Emangnya kalian gak punya referensi mau liburan kemana gitu" bukannya mengeluarkan saran Papa Salman malah balik bertanya.
Semakin kesal sekali, yang mengajak malah tidak punya tempat yang akan di kunjungi.
"Pah, Ardin kalau tidak hari minggu, tidak bisa berlibur" kini Ardin yang bersuara.
"Oh, tentu saja tidak akan mengganggu pekerjaan kalian, tapi sepertinya kalian harus ambil cuti 2 hari" jawab Papa Salman
Aneh sekali Papa ini, katanya tidak mengganggu waktu kerja tapi harus ambil cuti, arrgh. Membuat emosi siapa saja bakalan terkuras seperti ini. Batin mereka masing masing.
"Jadi gimana setuju tidak" binar Papa semakin terlihat berbinar padahal belum punya referensi.
"Soal cuti mah gampang Pah, tapi kita mau liburan kemana" kini Ardan yang bersuara, padahal dari tadi ia hanya memasang wajah kesal.
"Kalian tentukan saja, Papa tinggal ikut" ujar Papa.
"Hah, baiklah" ucap mereka hampir bersamaan.
Bersambung...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments