Bab 13

Hari ini tampak berbeda tidak seperti biasanya, Ardin terus tersenyum sembari menyetir mobilnya menuju jalan arah pulang. Bagaimana tidak, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya hari ini. Saat di rumah sakit tadi Papa menelfon Ardin, mengatakan bahwa sang Papa dan Mama sedang menunggu di rumah untuk merayakan ulang tahun sang putri tercinta.

Ardin masih memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang, ia tak mau terlalu terlalu terburu buru untuk sampai ke rumahnya.

"Assalamualaikum Mah, Pah" ucap Ardin setelah sampai di depan pintu rumah nya. Tampak sang Mama yang membukakan pintu dengan senyum mengembang, terlihat bahagia sekali.

Ardin masuk sembari menyalami kedua orang tuanya itu. Dia duduk dan tersenyum manis, dengan senyum yang masih merekah di wajah cantiknya. Bahkan senyumnya sangat teramat manis.

Kedua orang tuanya tampak tegang, seperti ada yang ingin di bicarakan namun masih tertahan.

Ardin yang melihatnya menjadi bingung, ada apa dengan mereka, apa yang sedang di sembunyikan. Ucap Ardin dalam hati, semakin bingung dia melihat tingkah kedua orang tuanya itu.

"Mah, Pah, ada apa, bukan kah ini hari di mana anak kalian semakin tua? " tanya Ardin kepada kedua orang tuanya itu.

" Hmm, sayang, ada yang harus Papa dan Mama bicarakan dengan Ardin" jawab Papa masih dengan wajah tegang. Ardin semakin tidak mengerti apa maksud dari ucapan Papanya ini.

"Ya kalau mau bicara ya di bicarakan aja Pah, kenapa setegang itu" Ardin tampak bingung sekali dengan orang tuanya itu, tidak biasanya seperti ini.

"selamat ulang tahun ya anak Mama, maaf kalau selama ini Mama banyak salah" tutur Mama lembut sambil memeluk Ardin penuh dengan air mata.

"Mah, kenapa harus nangis gitu, kita gak bakalan kemana mana, kita bakalan kumpul seperti ini terus" jawab Ardin mencoba menetralkan suasana, kaku sekali rasanya.

"Selamat ulang tahun juga ya anak gadis Papa" Papa ikut memeluk Ardin dengan wajah sendu.

Ardin semakin tidak mengerti dengan kedua orang tuanya ini, tiba tiba bersikap aneh sekali. Seperti orang yang akan berpisah jauh saja. Semakin tak mengerti Ardin jadinya.

"Coba ceritakan dulu dengan Ardin ada apa sebenarnya, kenapa Papa dan Mama jadi sedih begini. Jangan membuat Ardin bingung Mah, Pah" ucap Ardin masih dengan kebingungannya.

"Kami... Kami, kami sebenarnya sudah cerai Ar, dua bulan yang lalu" jawab Mama masih menangis dengan tersedu sedu. Senyum yang awalnya merekah lebar sekarang berubah menjadi redup. Namun masih Ardin usahakan untuk tetap tersenyum.

"Ah Mama ih, bercanda nya gak lucu tau" Ardin masih tak percaya dengan apa yang di sebut Mamanya tadi.

"Kami sedang tidak bercanda nak, ini sungguhhan" kembali terlontar kata kata itu.

Deg

Bagai tersambar petir, hati Ardin bergemuruh, nafasnya sesak, air matanya seketika tumpah begitu saja, sedih sekali di hari ulang tahunnya malah mendapat kejutan seperti ini.

"Mama dan Papa lagi ngeprank Ardin kan, di mana Kameranya Mah Pah, kalian letak di mana" tangis Ardin semakin pecah, dia menyerak nyerak seisi ruangan itu, berharap menemukan kamera yang ia sebut untuk alasan Prank.

"Maafkan kami" ucap Papa lirih, wajahnya tertunduk.

"Hahaha, lucu sekali keluarga ini, jarang berasama sekalinya bersama malah begini, tau gitu tak usah pulang tadi, hah" Ardin menyeka air matanya, tersenyum kecut ke arah kedua orang tuanya, membuang nafas dengan kasar, berusaha menerima kenyataan.

"Yaudah Mah Pah, terimakasih atas waktu kalian karena masih sempat memberikan ucapan ulang tahun untuk ku, aku kekamar dulu ingin istirahat, lelah sekali" lanjut Ardin melangkah dengan gontai, menundukkan kepalanya namun masih menangis.

Bersambung...........

Author gak pandai nih, buat yang sedih sedih😅

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!