Pertarungan di sekte Pedang Naga Api semakin sengit, pasukan aliansi aliran hitam yang dipimpin ki Barja mulai bisa menguasai keadaan. Walau sebenarnya kekuatan mereka cukup berimbang namun aliansi aliran hitam terlihat lebih unggul dalam hal pengalaman bertarung. Hal yang tidak dimiliki murid sekte Naga Api yang sudah lama menarik diri dari dunia persilatan.
Satria, salah satu murid berbakat yang dimiliki sekte Pedang Naga Api pun dibuat tak berdaya kali ini. Kecepatannya, reaksi selama pertarungan dan membaca gerakan lawannya jauh dibawah Sudita, pendekar Lembah Tengkorak yang sebenarnya masih sedikit dibawahnya.
Satria tampak meringis kesakitan saat tubuhnya kembali terkena serangan lawan, beberapa bagian tubuhnya dipenuhi luka sabetan pedang yang membuatnya sedikit melambat.
Gerakannya sudah tidak selincah saat pertama bertarung sehingga memudahkan Sudita memojokkannya. Ki Ageng yang sedang bertarung dengan ki Barja sesekali menoleh ke arah Satria khawatir.
"Aku harus cepat membantunya," gumam ki Ageng dalam hati. Namun belum sempat dia berpikir, sebuah pukulan menghantam tubuhnya dengan keras yang membuatnya terdorong beberapa langkah.
“Bukan saatnya kau menghawatirkan orang lain saat nyawamu pun sedang terancam," ucap ki Barja sombong.
"Akan kupastikan kau menerima balasannya," teriak ki Ageng sambil bergerak menyerang kembali.
Satria terlihat berdiri sambil memegang perutnya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya bertumpu pada pedang yang tertancap di tanah.
Lawan yang dihadapinya kali ini sangat berbeda dari lawan tandingnya selama ini. Pendekar yang menjadi lawan Satria adalah Sudita salah satu murid Lembah Tengkorak yang telah memiliki banyak pengalaman bertarung hidup dan mati, hal ini membuat pertarungan menjadi tidak seimbang.
“Saatnya kukirim kau ke neraka,” Sudita melesat dengan cepat dengan pedang yang sudah dialiri tenaga dalam.
Satria mencoba mengangkat pedangnya dengan sisa-sisa tenaganya untuk menangkis serangan tersebut, walau dia yakin tak akan mampu menangkis serangan itu namun pantang baginya menyerah.
"Gawat, anak itu dalam bahaya," ki Ageng melepaskan jurus andalannya untuk membuat ki Barja sedikit terpojok dan saat lawannya melompat mundur, dia bergerak mendekati Satria.
Namun dalam sekejap, Ki Barja sudah muncul kembali di hadapannya dengan serangan tiba tiba.
"Mau kemana kau? aku lawanmu tua bangka," ucap ki Barja sambil tersenyum dingin.
Satria kembali menerima serangan cepat Sudita, dia terus menghindar sekuat tenaga dan mundur beberapa langkah untuk mengatur kembali nafas.
"Kau pikir bisa terus lari dariku?" Sudita terus meningkatkan kecepatannya, kali ini dia benar benar menggunakan hampir seluruh tenaga dalamnya.
Serangan pedang Sudita kembali mengarah padan Satria, dia masih berusaha menghindar sambil mencari celah pertahanan Sudita. Dia merasa hanya sanggup menggunakan Jurus Api Abadi sekali lagi karena tenaga dalamnya sudah terkuras habis.
Namun sekuat apapun Satria mencoba menyerang balik, semua serangannya dapay dipatahkan dengan mudah, kali ini dia benar benar terdesak oleh serangan lawannya.
Satria bagai melawan dinding yang sangat kokoh tanpa celah sama sekali.
Saatnya mengakhiri perlawananmu," Sudita merubah sedikit gerakannya untuk mengecoh lawannya, dia melepaskan aura besar untuk menghentikan gerakan lawan.
"Apakah aku akan berakhir di sini?" tubuh Satria terhuyung, dia benar benar telah mencapai batasnya. Serangan cepat Sudita hanya mampu dilihatnya tanpa bisa bereaksi sedikitpun.
Saat pedang Sudita hampir mengenai tubuh Satria, tiba-tiba seseorang muncul di hadapan Satria dan menangkis serangan Sudita dengan mudah, dia memutar pedang yang masih terbungkus kain putih itu sebelum menghantamkannya kearah Sudita.
Serangan cepat itu membuat Sudita terpental beberapa langkah.
"Kekuatan ini?" Sudita menatap seorang pemuda yang berdiri dihadapannya sambil memegang pedang yang masih dibungkus kain putih.
“Adik.” Satria terkejut tiba-tiba Sabrang muncul di hadapannya.
Ki Ageng yang tengah bertarung dengan Ki Barja tak kalah terkejut melihat cucunya muncul tiba-tiba dan dengan mudah menangkis serangan Sudita.
“Dari mana saja kau selama ini?” tanyanya sambil tersenyum lega.
“Maaf kak, telah membuat kalian khawatir,” ucap Sabrang sambil memberi hormat.
Pandangannya kemudian beralih kepada Ki Ageng yang juga sedang bertarung dengan Ki Barja.
“Syukurlah kakek terlihat sehat,” lirihnya.
Sudita memandang Sabrang penuh amarah, “Siapa kau bocah berani mengantar nyawamu?” teriak Sudita.
Sabrang membuka bungkusan kain putih yang menutupi pedangnya, tampak sebuah pedang berkepala naga berwarna kuning emas di genggamnya.
Sabrang tak menjawab pertanyaan Sudita, dia lebih memilih bergerak maju ke arah Sudita, gerakannya yang sangat cepat membuat Sudita tidak siap menerima serangan Sabrang.
"Sial"" teriaknya sambil bersiap menyerang namun wajahnya memburuk saat gerakan pedang Sabrang berubah di detik terakhir.
Sabrang mencoba menarik Sudita maju untuk memancingnya, sebelum dia sedikit merendahkan tubuhnya dan menghantam tubuh Sudita dengan punggung pedang.
Sudita kembali mundur beberapa langkah, “Gerakan anak ini sangat cepat, siapa dia sebenarnya?” gumamnya pelan.
“Jurus Pedang penghancur.” kali ini gerakan sudita makin cepat namun Sabrang dapat mengimbangi serangannya. wajah Sudita semakin geram, kini dia menyerang Sabrang membabi buta tanpa memikirkan pertahanannya.
Sabrang tersenyum.kecil sebelum tubuhnya menghilang dari pandangan Sudita kemudian, muncul di belakangnya.
“Sejak kapan?” Sudita terus mencoba menghindar namun gerakan Sabrang makin cepat.
“Tarian Rajawali.” serangan pedang Sabrang makin bervariasi sehingga sulit untuk diimbangi Sudita membuat beberapa bagian tubuhnya terkena sayatan pedang.
“Kau! bagaimana bisa menguasai Ilmu Sekte rajawali emas?” belum selesai Sudita terkejut melihat Jurus Tarian Rajawali, tiba tiba suhu udara disekitar meningkat, aura panas tampak menyelimuti pedang Sabrang.
“Tenaga dalam apa itu?” Sudita tersentak kaget saat melihat aura yang menyelimuti pedang Naga Api.
Ki Ageng pun dibuat sangat terkejut, dia tiba tiba menoleh merasakan saat aura yang sangat kuat mengintimidasinya.
Matanya terbelalak melihat pedang yang di genggam Sabrang. “Pedang itu? tidak salah lagi itu Pedang Naga Api.” Ki Ageng menahan nafasnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Bagaimana pedang itu ada di tangannya?”
"Jurus Pedang api abadi tingkat 2 : Tarian pedang Api,” Aura panas yang menyelimuti pedang Naga Api berubah menjadi kobaran api, semua mata yang melihatnya sangat terkejut termasuk Ki Barja.
“Bagaimana mungkin anak itu bisa memegang api sepanas itu?” Ki Barja mundur beberapa langkah dan menjauh dari Ki Ageng.
Sabrang bergerak maju menyerang Sudita dengan cepat. Sudita melangkah mundur untuk menghindari kobaran api yang menyelimuti Pedang Naga Api. Dia tidak ingin mati konyol hangus terbakar jika memaksakan menangkis serangan Sabrang.
Pertarungan menjadi tidak seimbang, Sudita hanya berlari lari menghindari serangan Sabrang. Semua benda yang mengenai kobaran api itu hangus dalam hitungan detik.
Sabrang terus meningkatkan kecepatannya yang membuat Sudita semakin sulit untuk menghindar. Dia terpental beberapa meter ketika, pedangnya mencoba menahan Pedang Naga Api
"Bagaimana kecepatan dan tenaganya bisa meningkat berkali kali lipat dengan cepat?" terlihat ketakutan di wajah Sudita.
Sabrang menatap Sudita tajam, dia merasa tambahan tenaga dalam yang entah dari mana asalnya masuk ke dalam tubuhnya dengan cepat.
"Apa yang terjadi? tubuhku terasa sangat ringan." Sabrang menatap pedang yang ada di tangannya. "Dan kenapa pedang ini terasa menempel di tanganku seolah tidak bisa terlepas?"
Sabrang kembali menyerang Sudita dengan cepat, kobaran api pada pedangnya kembali membesar. Kali ini Sudita tidak dapat menghindar lagi. Dia memusatkan seluruh tenaga dalamnya pada pedang. tak ada pilihan lain bagi dirinya selain menangkis serangan tersebut.
TRANGGG ! Dua pedang itu beradu, kobaran api Pedang naga api semakin membesar Membuat Sudita tubuh Sudita seolah terbakar hidup hidup.
"Jurus apa ini? apakah ini sihir" Sudita mencoba mundur, tetapi terlambat tubuhnya telah terbakar api dan dalam hitungan detik tubuhnya hangus terbakar menyisakan serpihan abu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
Narraherry
Wow,, dahyatnya..... 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2023-12-20
1
Rony S
Di sebelah sudah baca. Tapi Sabrang Damar sudah besar
Kerennn thor 👍
2023-09-14
1
Budi Efendi
lanjutkan
2022-12-10
0