"Guru, ketua sekte Rajawali Emas telah tiba di padepokan,“ ucap Satria pelan.
“Baik aku akan segera menemuinya," jawab ki Ageng singkat. Setelah berganti pakaian, Ki Ageng berjalan menuju aula utama Sekte Pedang Naga Api. Terlihat rombongan Rajawali Emas telah menunggunya.
“Saudaraku apakah sudah ada kabar keberadaanya?” tanya Sudarta cemas. Dia membawa beberapa pendekar Ahli bersamanya. Tampak Tungga dewi dan Lasmini ikut dalam rombongan.
Ki Ageng menggeleng pelan, wajahnya yang pucat dan jauh lebih kurus menandakan kelelahan yang sangat.
“Semua sudut hutan telah kami datangi, tapi belum ada tanda tanda keberadaanya," jawab Ki Ageng terlihat putus asa.
“Aku telah lalai menjaga Pangeran," ucapnya lirih.
"Pangeran? jangan jangan?" Sudarta tampak terkejut. Dalam sekejap suasana aula pertemuan tiba tiba menjadi hening. Semua terkejut mendengar ucapan ki Ageng.
Kabar angin yang selama ini mereka dengar tentang keberadaan putra mahkota Nalwageni ternyata benar adanya.
Namun membuat mereka semua makin terkejut, sang pewaris tahta Malwageni adalah Sabrang. Seorang pemuda yang telah menyelamatkan Tungga Dewi saat penyerangan Sekte Racun Selatan.
Ki Ageng tampak menyadari kesalahannya, dia tanpa sadar membuka jati diri Sabrang ditengah keputusasaannya.
“Jadi benar kabar angin yang ku dengar jika, yang mulia membawa Pangeran ke Sekte Pedang Naga Api?" balas Sudarta.
Ki ageng mengangguk pelan, dia merasa jati diri Sabrang tidak penting lagi sekarang, yang menjadi prioritasnya saat ini adalah menemukan Sabrang.
“Hanya satu tempat yang belum kami datangi, Hutan kematian.” Ki Ageng berbicara pelan.
Semua tersentak kaget mendengar ki Ageng menyebut hutan kematian. Jika dugaan Ki Ageng benar Sabrang masuk hutan kematian maka kemungkinan selamat sangat kecil. Semua tau bahaya yang menanti di dalam hutan itu.
Sudarta terdiam sejenak, dia tidak dapat berkata apa-apa kepada Ki Ageng. Dia mendengar kabar beberapa hari lalu jika, Sabrang menghilang tersesat di hutan.
Sudarta langsung memutuskan untuk datang ke Sekte Pedang Naga api hari itu juga. Bagai manapun, Sabrang telah menyelamatkan nyawa cucunya dan dia merasa harus membantu kesulitan yang dihadapi Sekte pedang Naga Api, tetapi untuk masuk ke Hutan kematian tidak terlintas sedikit pun di pikirannya.
***
Sudah tiga bulan sejak Sabrang berlatih Kitab Api Abadi dibawah bimbingan Suliwa. Ilmu pedangnya sudah maju dengan pesat, saat ini Sabrang telah sampai pada jurus tingkat tiga.
Sabrang terlihat sedang berlatih tanding melawan Suliwa. Hawa panas menyelimuti tubuh mereka berdua. Mereka tampak lincah saling menyerang.
Walau gerakan Sabrang semakin cepat namun Suliwa mampu mengimbangi setiap gerakan lawannya. Dia terus berusaha menekan dan sesekali memberi arahan.
Saat Suliwa hampir mengalahkan Sabrang, dia menghentikan serangannya tiba tiba.
“Kita kedatangan tamu, Nak.” Suliwa membuang ranting pohon dan menoleh kebelakang. Tak lama muncul sesosok wanita berambut putih tersenyum lembut.
“Apakah itu jurus Api Abadi yang melegenda itu? sungguh sangat beruntung aku dapat menyaksikan langsung pertarungan kalian,” wanita itu menundukkan kepalanya memberi hormat.
“Anda terlalu memuji Nona, kami hanya berlatih bersama. Perkenalkan ini muridku Sabrang,” Suliwa menunjuk dan memintanya memberi hormat.
“Kau mengangkat murid?” wanita itu mengernyitkan dahinya. Dia memperhatikan Sabrang dari atas sampai bawah yang membuat Sabrang sedikit salah tingkah.
“Ceritanya panjang, lalu ada angin apa yang membawa Ketua Teratai Merah datang mengunjungiku?”
"Kakek, aku mohon diri," ucap Sabrang pelan, dia tidak ingin mengganggu pertemuan mereka.
Sabrang lalu kembali bermeditasi untuk meningkatkan tenaga dalamnya. Untuk sampai pada Jurus Api Abadi tingkat empat, dia harus terus meningkatkan tenaga dalamnya.
“Begitulah tetua, dunia persilatan saat ini sedang kacau. Aliran putih terus terpojok oleh gerombolan Iblis Hitam. Sejak kabar bahwa Iblis Hitam berhasil menguasai ilmu kuno Pedang langit mereka menjadi sangat agresif," ucap Wulan.
Suliwa terlihat berpikir sambil memejamkan matanya. Dia pernah mendengar kehebatan ilmu Pedang Langit yang cukup melegenda. Namun, ilmu itu dianggap hanya cerita belaka karena, tidak ada yang pernah benar-benar bisa menguasainya.
“Bagaimana mereka bisa menemukan ilmu Pedang langit,” gumam Suliwa.
“Nona, aku ragu tidak dapat banyak membantu dunia persilatan saat ini. Setelah kejadian lima belas tahun lalu aku memusnahkan hampir seluruh tenaga dalamku. Bahkan untuk dapat mengimbangi anak itu aku harus bersusah payah.”
Suliwa mengingat kembali kejadian lima belas tahun lalu saat dia menjadi pendekar terkuat. “Pedang Naga Api bukan pusaka yang dapat dikendalikan dengan mudah, dia akan memakan jiwamu secara perlahan hingga penggunanya menjadi iblis. Sejak saat itu aku putuskan untuk memusnahkan hampir seluruh tenaga dalamku.”
Wulan sari mengangguk pelan, tampak sedikit kekecewaan tergambar diwajahnya. Dia yakin cepat atau lambat Teratai merah akan menjadi target selanjutnya Iblis Hitam karena keberadaan Kitab dewi obat.
“Bolehkah aku bertanya sedikit tetua?” Wulan menatap kotak kayu yang tidak jauh dari tempatnya duduk, dia seolah tau apa yang ada di dalam kotak tersebut.
“Apakah kau benar mengangkat anak itu sebagai muridmu? Bukankan tetua tadi katakan bahwa, pedang Naga Api bukan pusaka biasa?”
Suliwa tersenyum sambil menatap langit langit gua, dia paham arah pertanyaan Wulan sari.
“Keegoisanku yang membuat dia jadi muridku. Aku masih berharap akan hadir pendekar seperti dalam legenda yang akan menyatukan dunia persilatan, kali ini aku akan bertaruh padanya, semoga dia tidak sebodoh aku dulu," jawab Suliwa.
“Apakah itu artinya anda akan mewariskan Pedang Naga Api itu?”
Wulan sari sangat tertarik keputusan apa yang akan diambil Suliwa pada anak itu.
Suliwa mengangguk pelan dan menjawab, “Aku telah menyegel separuh kekuatan Naga Api, menggunakan Segel Kegelapan abadi. Untuk beberapa saat, Naga Api tidak akan bisa memakan jiwa anak itu. Kuharap dia menjadi lebih kuat dan dapat mengendalikan Pedang naga api kelak saat segel Kegelapan Abadi sirna.
"Sirna? bukankah segel Kegelapan abadi bersifat mutlak? Aku belum pernah mendengar ada yang bisa lepas dari segel itu.”
Suliwa menatap Wulan sesaat sebelum mengalihkan perhatiannya pada kotak kayu di sampingnya.
“Aku pun sempat berfikir demikian, tetapi Kekuatan Naga Api begitu besar. Segel kegelapan abadi hanya dapat bertahan sekitar dua tahun sebelum sirna oleh kekuatannya,” jawab Suliwa.
Wajah Wulan sari berubah seketika, dia orang yang paling paham dengan kekuatan segel itu. Belum pernah ada yang bisa melepaskan diri dari segel itu.
“Dan kau memberikan pedang Naga Api pada anak itu?” Wulan sari menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti jalan pikiran Suliwa. Saat Suliwa menjadi pendekar terkuat pun, dia tidak dapat menahan kekuatan Naga Api.
“Apa yang membuat anda begitu yakin anak itu dapat mengatasi Pedang Naga Api? bukankah itu sama saja anda mengorbankan anak itu?”
Suliwa tersenyum lembut mendengar ucapan Wulan Sari.
"Aku hanya mengikuti kata hatiku dan aku pun yakin Naga Api tak menolak keputusanku, jawab Suliwa singkat.
Wulan Sari mengernyitkan dahinya bingung setelah mendengar ucapan Suliwa.
"Aku ingin meminta sesuatu pada anda Nona, maukah anda ikut bertaruh denganku," ajak Suliwa sambil tersenyum penuh makna.
"Bertaruh?" Wulan makin dibuat bingung oleh Suliwa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
ikutan bertaruh juga dong
2024-01-19
0
Narraherry
ayo kita bertaruh.... 😁😁😁
2023-12-20
1
Budi Efendi
mantap thorrr
2022-12-10
1