Sekte Pedang Naga Api hari ini terlihat sangat sibuk, beberapa murid datang dan pergi seperti sedang mencari sesuatu.
Terlihat Satria baru kembali ke padepokan bersama beberapa orang dan langsung menghadap gurunya.
“Guru aku kembali,“ Satria member hormat kepada ki Ageng yang terlihat gusar.
“Apa kau menemukannya?” tanya ki Ageng pelan.
Satria menggelengkan kepalanya, “Tim yang ku pimpin telah menelusuri hampir seluruh hutan bahkan sampai perbatasan hutan kematian, tidak ada tanda tanda adik seperguruan pernah di sana," jawab Satria.
"Kemana anak nakal itu, sudah kukatakan untuk tidak masuk terlalu jauh kedalam hutan," gumam ki Ageng.
“Apakah aku harus mencari ke dalam Hutan Kematian guru?” tanya Satria tiba tiba.
Ki Ageng menggeleng pelan “Terlalu berbahaya, kalian akan ikut hilang di telan Hutan Kematian, terus cari di hutan yang kemungkinan didatanginya," perintah ki Ageng.
Satria mengangguk pelan, dia terlihat ragu ingin mengatakan sesuatu.
“Apakah mungkin adik masuk ke Hutan Kematian guru?”
Ki Angeng terdiam mendengar pertanyaan Satria, ini yang dia khawatirkan dari awal, jika Sabrang benar benar masuk kedalam Hutan Kematian akan sulit untuk menemukannya, bahkan pendekar pilih tanding pun akan berpikir untuk masuk ke sana.
***
(Di dalam gua, Hutan Kematian )
Mata Sabrang terbuka perlahan, wajahnya tampak meringis kesakitan saat merasakan beberapa tulangnya patah. Dia mencoba berdiri tetapi tidak mampu karena tubuhnya seolah menolak mengikuti perintahnya.
"Apa yang terjadi denganku?" Sabrang melihat sekelilingnya, terdapat beberapa obor di dinding untuk penerangan.
Dia mendapati dirinya terbaring di atas batu dan tubuhnya sudah dibaluri oleh obat obatan.
Sabrang mencoba mengingat ingat kejadian yang terjadi tetapi ingatannya hanya sampai saat dia terperosok ke dalam lubang.
Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah mendekatinya. Seorang pria tua membawa beberapa buah di tanganya. Pakaiannya lusuh dan rambutnya berwarna putih, dia menoleh ke arah Sabrang sambil tersenyum.
“Kau sudah bangun anak muda?” tanya pria tua itu.
Sabrang mengangkuk sambil kembali mencoba duduk.
“Kau beruntung masih hidup setelah terjatuh ke sini, jika bukan karena tubuhmu istimewa mungkin kau sudah mati," ucap pria itu pelan.
Sabrang melihat pria tersebut dengan sesaat sambil mengernyitkan dahinya.
“Apakah kakek yang menyelamatkanku?” tanya Sabrang.
Pria tersebut menoleh, “Siapa lagi orang gila yang mau tinggal di gua busuk ini selain aku,” ucapnya sambil tertawa keras membuat Sabrang tersenyum tipis.
“Kek ini dimana?” Sabrang bertanya bingung.
Pria tua tersebut kembali tertawa, dia mendekati Sabrang dan memberikan buah untuk mengisi perutnya.
“Aku menyebutnya di perut bumi” balas pria tua itu.
Sabrang mengernyitkan dahinya, dia kembali bertanya dengan wajah penasaran “Sudah berapa lama kakek tinggal di sini?”.
Kakek tua itu berpikir sejenak “ Aku tidak menghitungnya, apa kau ingin kembali? kau tau anak muda tempat yang lembab dan busuk ini menurutku lebih nyaman daripada dunia di atas sana”.
Sabrang dibuat tambah bingung oleh kakek tua tersebut.
“Aku belum tau namamu anak muda, dan kenapa kau bisa sampai di tempat ini?” kakek tua itu mengamati Sabrang.
Sabrang tersenyum kecil kemudian mengingat ingat kejadian yang dialaminya
“Namaku Sabrang kek, aku tersesat di hutan ini dan menurut guru saat tersesat di hutan carilah aliran sungai karena sungai bisa menjadi penuntun jalan paling baik saat tersesat di hutan. Lalu saat kutemukan aliran sungai aku malah berakhir di sini."
Kakek tua itu tertawa mendengar cerita Sabrang.
“Kau pasti murid yang bodoh,” ejek Suliwa.
Sabrang hanya mengangguk mendengar ejekan kakek tua tersebut. Dia menyadari kesalahannya dengan masuk ke dalam gua di balik air terjun tadi. Jika dia langsung mengikuti aliran air sungai mungkin dia sudah keluar dari hutan kematian.
“Apakah kakek tau jalan keluar dari tempat ini?" tanya Sabrang pelan.
Sabrang sempat melihat kakek tua tadi membawa buah buahan, dia yakin kakek tua itu sering keluar masuk gua untuk mencari makanan.
Kakek itu menatap sabrang dengan lembut, “Apakah kau benar benar ingin kembali ke dunia sana? Percaya padaku di dalam gua ini adalah tempat paling nyaman untukmu," ucap Suliwa pelan.
“Maaf kek, tapi aku benar benar harus kembali, guru pasti khawatir mencariku, dan aku berjanji untuk melindungi kakekku kelak. Aku harus berlatih agar terus menjadi kuat."
Wajah ki Ageng tiba tiba terlintas dipikirannya, walaupun kakeknya terkesan galak tapi Sabrang yakin tidak ada orang didunia ini yang lebih sayang padanya selain ki Ageng.
“Apakah kakekmu itu yang kau sebut guru?” tanya Suliwa.
Sabrang hanya mengangguk.
“Gurumu pun pasti sama bodohnya denganmu hahahaha,” pria tua itu kembali mengejek.
Mendengar kakek itu mengejek ki Ageng, Sabrang hanya tersenyum kecut. Dia tidak ingin berdebat dengannya karena mungkin hanya kakek itu yang dapat membantunya keluar dari gua.
“Pulihkan kondisimu dulu nak, jika kau memang memaksa keluar dari tempat ini aku akan membawamu keluar setelah kau benar benar pulih," Kakek itu bangkit dan menatap sabrang, “Kau tau anak muda, takdir kadang tidak dapat di duga oleh siapapun,” dia tersenyum penuh makna dan pergi meninggalkan Sabrang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
Narraherry
yeeee, ni orng tua blom memperkenalkan diri, tau2 udah aja ni nama,guru di atas gurunya Sabrang, Suliwa, Outhornya gk sadar ni nulis... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-12-20
1
Budi Efendi
lanjutkan
2022-12-10
1
Ahmad Surya Gumilang
wow
2022-04-10
0