“Kakek bolehkah aku berkeliling sebentar? tempat ini sangat menarik,” Sabrang bertanya pada kakeknya.
Ki Ageng mengangguk pelan, “Jangan pergi terlalu jauh dan segera kembali sebelum hari gelap," jawab ki Ageng
“Baik kakek,” balas Sabrang bersemangat, dia memberi hormat pada kakeknya sebelum melangkah pergi.
Sabrang terlihat menyusuri jalan setapak sambil melihat lihat sekelilingnya, tak jarang dia berpapasan dengan beberapa murid dari Sekte Rajawali Emas, hingga pada suatu tempat dia melihat seorang gadis sedang berlatih ilmu pedang.
Gerakan pedang gadis itu sangat lembut namun mematikan, Sabrang terus mengamati gadis itu berlatih, setiap gerakan pedangnya mampu membuat Sabrang kagum.
“Apakah ini jurus pedang milik Rajawali Emas? sangat mengagumkan,” gumamnya dalam hati.
Selesai gadis tersebut berlatih, dia menoleh ke arah Sabrang bersembunyi. “Mau sampai kapan kau bersembunyi seperti Kelinci? Keluarlah, bukankah mencuri lihat merupakan perbuatan yang tidak baik?” ucap gadis itu sinis.
Sabrang keluar dengan senyum canggung sambil menggaruk kepalanya.
“Maaf nona jika aku tidak sengaja melihat latihanmu, sepertinya aku tersesat,” jawab Sabrang mencari alasan.
“Kau dari sekte mana?” Tungga dewi bertanya, matanya menatap Sabrang curiga.
“Aku Sabrang, dari Sekte Pedang Naga Api,” dia menundukkan kepalanya memberi hormat.
Tungga dewi tampak sedikit terkejut setelah mendengar ucapan Sabrang, dia sering mendengar cerita dari kakeknya bawah ada satu sekte yang mengisolasi diri dari dunia persilatan. Sekte tersebut terkenal sangat misterius dan orang yang berada dihadapannya sekarang berasal dari sekte tersebut.
“Jalan menuju penginapanmu ke arah sana, lurus saja setelah bertemu perempatan jalan, penginapanmu ada di sebelah kiri,” ucap Tungga dewi sambil menunjukkan jalan.
“Terima kasih nona dan mohon maaf atas kejadian tadi, aku mohon diri,” Sabrang berpamitan kepada tungga dewi, gadis itu hanya mengangguk pelan.
Sepanjang jalan pulang, Sabrang masih terus mengingat ingat jurus yang diperagakan gadis itu, dia sangat kagum akan kelenturan gerakannya.
"Jurusnya sangat mengagumkan, sedikit berbeda dengan jurus Api Abadi, jurus miliknya sangat lembut namun mematikan," gumam Sabrang dalam hati.
***
Aula pertemuan milik sekte Rajawali Emas malam itu jauh lebih ramai dari.biasanya, puluhan tamu undangan terlihat menyampaikan ucapan selamat pada ketua sekte Rajawali Emas.
Seorang gadis yang tadi ditemui Sabrang sedang berlatih ilmu pedang tampak begitu anggun dan menjadi perhatian semua yang hadir.
Wajahnya sedikit masam seperti ada yang membuatnya kesal, dia menyendiri seolah di ruangan itu tidak ada yang dikenalnya.
Sabrang kemudian mendekati gadis itu saat gurunya sedang berbicara dengan beberapa tetua sekte lainnya. Saat jarak dengan gadis itu hanya beberapa meter, dia melihat seorang pria mencurigakan berusaha mendekati gadis itu.
Wajah Sabrang berubah seketika saat melihat sebuah jarum muncul ditangan kanan pria itu.
Menyadari ada yang tidak beres, Sabrang berlari ke arah gadis itu dan menyergap tubuhnya tepat sebelum sebuah jarum melesat kearahnya.
Belum sempat yang hadir menyadari apa yang terjadi sebuah jarum beracun kembali meluncur ke arah gadis tersebut.
"Sial! dia mengincar gadis ini," Sabrang mendorong tubuh Tungga dewi sekuat tenaga, sehingga jarum beracun tidak mengenai sasarannya.
"Kakek," teriak Sabrang.
Ki Ageng yang mulai menyadari situasinya kemudian melesat mendekati pemilik jarum dan memukul mundur pendekar tersebut.
Sempat terjadi pertarungan sebelum ki Ageng melumpuhkannya.
“Jarum beracun sekte Racun selatan? kalian masih saja menjadi pengecut,” suhu di ruangan mendadak menjadi panas. Aura merah tiba tiba menyelimuti tubuh ki Ageng, namun tidak bertahan lama.
Beberapa detik kemudian suhu ruangan menjadi normal kembali dan aura di tubuh ki Ageng menghilang. Tak lama Sudarta sudah berada d dekat ki Ageng.
“Terkutuk kau racun selatan, berani mencari masalah di hari ulang tahunku," Wajah Sudarta merah padam menahan amarah.
“Berhati hatilah tetua, tubuhnya sudah dilumuri minyak yang mudah terbakar, aku tidak bisa menggunakan ilmu Api Abadi atau ruangan ini akan terbakar habis,” ki Ageng menjelaskan situasinya pada Sudarta. Belum sempat Sudarta menjawab, beberapa tamu tiba tiba langsung menyerang tamu lainnya.
“Hati hati ruangan ini sudah dipenuhi penyusup,” teriak ki Ageng, dia lalu menoleh kepada Sabrang.
“Kau tidak apa apa nak?” tanya ki Ageng cemas.
“Aku baik baik saja kek tapi gadis ini sepertinya butuh bantuan," dia menatap Tungga dewi yang masih syok akibat serangan mendadak tersebut.
Ki Ageng dan Sudarta melesat membantu tamu lainnya yang sedang bertarung dengan beberapa penyusup.
Saat ki Ageng dan Sudarta sedang bertarung, seorang pendekar misterius melesat ke arah Sabrang dan Tungga Dewi.
Sabrang mengeluarkan pedangnya dan siap merapal sebuah jurus andalannya namun ki Ageng yang merasakan aura panas khas Api Abadi langsung mempringatkan Sabrang.
“Sabrang! jangan gunakan jurus pedang Api Abadi atau kita semua akan terbakar.”
Sabrang terkejut mendengar ucapan ki Ageng, dia mundur beberapa langkah sambil menarik tubuh Tungga dewi untuk menghindari serangan cepat tersebut.
Pendekar itu tak berniat memberi waktu dan kembali menyerang Sabrang. Saat situasi semakin gawat, Sabrang teringat jurus yang dilihatnya ketika Tungga Dewi berlatih.
“Trangggg." Suara pedang beradu membuat ki Ageng cemas, dia menoleh dengan wajah bingung, tak ada aura khas Api Abadi yang keluar dari tubuh Sabrang.
Ki Ageng semakin bingung ketika tak mengenali jurus pedang yang digunakan Sabrang.
Perlahan namun pasti Sabrang mulai bisa mengimbangi lawannya. Ki Ageng terlihat terpana melihat gerakan pedang Sabrang.
Sang penyusup pun cukup kaget karena terdesak oleh seorang anak kecil, belum sempat dia berpikir, Sabrang sudah melumpuhkannya dengan gerakan cepat.
Di saat yang sama, ki Ageng dan yang lainnya juga berhasil melumpuhkan para penyusup. Mereka berdua serentak mendekati Sabrang dan Tungga Dewi yang masih terlihat syok. Tak lama kemudian Lasmini pun menghampiri memeriksa Tungga dewi.
“Nak dari mana kau belajar jurus itu? Walaupun masih kasar itu aku yakin jurus itu adalah Pedang tarian rajawali milik sekte kami,” tanya Sudarta heran.
Ki Ageng tak kalah terkejut saat mendengar ucapan Sudarta, mereka berdua saling menatap heran, bagaimana seorang murid dari sekte lain bisa menggunakan jurus sekte Rajawali Emas yang terkenal sulit dipelajari.
“Ah maaf kek, jadi ini adalah jurus pedang Tarian Rajawali? mohon maafkan aku, kemarin secara tidak sengaja aku melihat nona ini berlatih ilmu pedang,” balas Sabrang pelan, dia merasa tidak enak hati karena telah menggunakan jurus sekte lain tanpa izin.
“Saat kakek melarangku menggunakan jurus api abadi, aku menjadi panik dan hanya jurus ini yang teringat dikepalaku,” dia menunduk merasa bersalah.
“Kau hanya sekali melihat jurus ini dan bisa langsung meniru sampai sejauh ini?”, tanya sudarta heran. Seingatnya Selama sejarah dunia persilatan belum ada yang bisa meniru jurus lain hanya dengan sekali lihat.
“Maaf tetua jika muridku telah lancang menggunakan jurus milik Rajawali Emas, aku atas nama murid ku memohon maaf,” ki Ageng menundukkan kepala memberi hormat.
“Jangan sungkan saudaraku, aku tidak tersinggung sama sekali hanya saja aku terkejut dengan bakat muridmu,” balas Sudarta sambil tersenyum hangat.
Sudarta kemudian memerintahkan Lasmini untuk memeriksa apa masih ada penyusup lainnya.
Lasmini dan Tungga Dewi mengangguk pelan sambil melangkah keluar.
“Terima kasih," ucap Tungga Dewi yanh dibalas anggukan oleh Sabrang.
Sudarta menoleh ke arah ki Ageng, “Saudaraku ada yang harus kita bicarakan, mohon ikut denganku," ujar Sudarta.
Ki Ageng mengangguk pelan dan mengikuti langkah Sudarta.
"Tolong obati luka anak itu,” ujar Sudarta menunjuk Sabrang kepada salah satu muridnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
mulai seru nih
2024-01-19
0
Narraherry
Wehh, mantap Sabrang... 👍🏻👍🏻👍🏻
2023-12-20
1
Fardeanto Palapa
keren thor bedeh, nda kalah seru sama kitab sabdo waktu😅
2023-07-14
2