“Apa sudah ada kabar dari Sekte Cakar emas kakang?” Arya Dwipa kembali teringat bahwa seminggu lalu dia memerintahkan Wijaya mengirim utusan untuk meminta bantuan kepada beberapa Sekte aliran putih yang mendukung kerajaan Malwageni.
Sekte Cakar emas adalah salah satu aliran putih yang mendukung kerajaan Malwageni. Walaupun tidak sebanding dengan kekuatan Lembah tengkorak dan Iblis hitam tapi Cakar emas cukup disegani di dunia persilatan.
“Ampun gusti prabu, utusan yang hamba kirim belum memberi kabar," balas Wijaya heran karena seharusnya utusan tersebut telah tiba kembali di Keraton.
“Harusnya mereka sudah memberi kabar, apa terjadi sesuatu di perjalanan?” gumam Arya Dwipa sedikit cemas.
“Gusti prabu jangan terlalu khawatir, hamba akan kirim kembali beberapa prajurit untuk mencari tau keberadaan mereka, harusnya dengan kemampuan mereka yang setara pendekar menengah tingkat empat mereka akan baik baik saja,” jawab Wijaya seolah tahu rajanya sedang khawatir.
Tapi dalam hati pun Wijaya gelisah karena utusan yang dia kirim adalah pendekar menengah tingkat empat, jika memang sesuatu terjadi pada mereka, maka yang menyerang mereka adalah pendekar pilih tanding.
Dalam dunia persilatan ilmu kanuragan dibagi dalam beberapa tahap dan tingkatan. Yang paling dasar adalah Pendekar rendah yang terbagi dalam delapan tingkat kemudian pendekar menengah, pendekar Ahli dan pendekar Dewa.
Pendekar dewa adalah pendekar tertinggi yang pilih tanding. Tetua Lembah tengkorak dan Iblis hitam salah satu yang telah mencapai tingkat pendekar Dewa.
"Bagaimana dengan Sekte Elang Putih, Harimau Buas dan Gunung Bambu?” Arya dwipa masih berharap bantuan dari para Sekte pendukung kerajaan Malwageni itu mengingat Lembah Tengkorak dan Iblis Hitam ada di belakang raja Majasari.
Wijaya menggeleng pelan, “Ampun gusti prabu, ketua elang putih telah berkirim kabar, beliau memohon maaf tidak ingin ikut campur, si tua dari Sekte harimau buas menarik diri dan Sekte Gunung bambu belum memberi jawaban."
Arya Dwipa memejamkan matanya, dia telah memperkirakan akan begini keadaannya. Semua Sekte menengah dunia persilatan baik aliran putih maupun alirah hitam akan berpikir seribu kali untuk berurusan dengan Lembah Tengkorak dan Iblis Hitam.
“Dengarkan titahku kakang patih, persiapkan pasukan Angin Selatan aku ingin kakang memimpin langsung misi ini. Bawa Ratu dan anakku menjauh dari Malwageni. Di selatan Hutan Kematian terdapat sebuah gunung berapi. Di puncak gunung tersebut terdapat sebuah Sekte Pedang Naga Api. Tetua Pedang naga api adalah kenalanku. Ku dengar mereka telah mengundurkan diri dari dunia persilatan, tapi kuharap mereka masih mau membantuku."
Arya Dwipa mengambil batu giok di dalam bajunya dan memberikan kepada Wijaya.
“Tunjukan ini pada mereka dan katakan bahwa aku membutuhkan bantuan untuk melindungi keluargaku."
Wijaya terkejut bukan main dengan titah rajanya, dia tahu betul bahwa pasukan Angin Selatan adalah pasukan elit kerajaan Malwageni yang terdiri dari pendekar menengah tingkat delapan yang memiliki tugas melindungi Raja malwageni. Jika raja sudah memerintahkan pasukan Angin Selatan untuk meninggalkan kerajaan itu, artinya sudah tidak ada harapan bagi kerajaan malwageni untuk bertahan.
“Ampun beribu ampun Gusti Prabu, izinkan hamba tinggal dan menemani Gusti Prabu bertempur melawan pasukan Majasari. Hamba rela mati untuk mempertahankan tanah leluhur ini,” Wijaya bersujud di hadapan Arya dwipa memohon.
“Tidak kakang, keluargaku yang paling utama dan aku hanya percaya kepada kakang patih untuk menitipkan keselamatan mereka. Keturunanku harus membalaskan tindakan keji mereka pada Malwageni,” Arya Dwipa mengepalkan tangannya.
“Tapi gusti prabu,“ belum selesai Wijaya berbicara Arya Dwipa kembali memotong.
“Sudah kakang cukup! ini titah raja, apa kakang berniat melawan titahku?” bentak Arya dwipa.
Dengan wajah pucat Wijaya menggeleng pelan, “Hamba menerima titah Gusti Prabu”.
Arya Dwipa tersenyum lega melihat patih Wijaya, ada rasa bersalah dalam dirinya pada Wijaya yang sudah mengabdi selama puluhan tahun, tapi menurutnya ini keputusan yang tepat.
“Persiapkan semuanya, kita harus bergegas, aku akan menemui ratu dan anakku untuk menyampaikan hal ini."
Arya Dwipa bangkit dari duduknya dan melangkah pergi menuju ke paviliun Ratu.
“Daulat Gusti Prabu,” Wijaya bangkit dan meninggalkan ruangan dengan hati yang kacau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
Musaffa
sip tenan
2024-04-06
2
Syahrudin Denilo
kyknya seru nih
2024-01-18
1
Narraherry
Begitu menengangkan kah situasinya.. 🤔
2023-12-20
2