Puluhan kilometer jauhnya dari kerajaan Malwageni, terjadi pertarungan yang tidak seimbang di sebuah sekte.
Bau darah merebak di setiap sudut padepokan, seorang pria paruh baya berteriak lantang.
“Terkutuk kau tua bangka! ada salah apa Sekte Cakar Emas pada Iblis Hitam?” tangan tetua Cakar Emas ki Sadana memegang perutnya yang sudah bersimbah darah.
Nafasnya terengah engah, jika bukan karena tenaga dalam miliknya, mungkin dia sudah lama tak sadarkan diri karna kehilangan banyak darah.
“Sejak kapan sekte Iblis Hitam butuh alasan untuk membunuh? kami akan membunuh siapapun yang kami inginkan,” ki Bongkel tertawa lantang, seluruh tubuhnya diselimuti aura membunuh yang sangat kuat.
Ki Bongkel adalah salah satu wakil tetua Sekte Iblis hitam yang memiliki tingkat Pendekar tinggi tingkat lima.
Tubuh ki Sadana bergetar hebat mendapat tekanan tenaga dalam dari ki Bongkel, dia sadar ilmunya jauh di bawah lawannya.
Dia menatap sekelilingnya, sektenya telah hancur di serang sekte Iblis Hitam. Semua muridnya dibantai tanpa tersisa oleh pasukan iblis hitam, mengetahui tidak akan bisa menang ki Sadana menutup matanya.
“Maaf Gusti Prabu, hamba tidak dapat membantu kerajaan Malwageni, hamba harap anda selamat."
Ki Sadana membuka matanya, dia mengalirkan sisa tenaga dalam ke tangan kanannya.
Dongkel tersenyum dingin, “Kau sudah putus asa ya tua bangka? baiklah hari ini akan kubuat sekte Cakar Emas hanya tinggal nama di dunia persilatan.”
Dongkel melesat dengan kecepatan tinggi ke arah ki Sadana.
“Cakar Emas Tingkat sepuluh : Cakar baja pheonix”, ki Sadana menyerang dengan sisa kekuatannya tetapi Dongkel dapat menangkis dengan mudah.
“Tarian Pedang Iblis Tingkat Dua : Iblis Pencabut Sukma,” dalam satu tarikan nafas pedang wakil tetua Sekte Iblis hitam sudah bersarang di tubuh ki Sadana.
Darah segar keluar dari mulut ki Sadana.
“Tamatlah riwayatmu tua bangka, terkuburlah bersama sekte mu,“ ucap Ki Dongkel sambil tertawa lantang.
Setelah menyarungkan pedangnya, ki Dongkel memanggil salah satu murid yang berada didekatnya.
“Kirimkan pesan pada Yang mulia raja, Sekte Cakar Emas sudah binasa," ucap Dongkel pelan.
“Baik tetua,“ jawab salah satu murid sekte.
***
Arya Dwipa terlihat memasuki paviliun ratu yang langsung disambut oleh ratu Sekar Pitaloka dengan hangat.
“Selamat datang yang mulia,” Sekar Pitaloka memberi hormat sambil menggendong bayi.
Arya Dwipa mengagguk pelan kemudian berkata “Ratuku, ada yang ingin aku bicarakan padamu”.
Arya Dwipa lalu duduk menghadap Sekar Pitaloka.
“Bibi tolong bawa pangeran jalan jalan di luar agar bisa menghirup udara segar,” Sekar Pitaloka memanggil pengasuh yang berada di luar.
Bayi tersebut bernama Sabrang Damar, yang merupakan putra mahkota kerajaan Malwageni. Umurnya masih delapan bulan dan merupakan penerus tahta Arya Dwipa kelak.
“Daulat gusti,” seorang perempuan paruh baya berjalan masuk dengan hati hati kemudian memberi hormat kepada Arya Dwipa dan Sekar Pitaloka sebelum menggendong pangeran Sabrang.
“Ratuku bagaimana perkembangan pangeran Sabrang?aku terlalu sibuk dengan urusan kerajaan sampai jarang mengunjungi pangeran."
“Yang mulia, pangeran pasti mengerti bahwa tugas raja sangat berat. Dia pasti bangga mengetahui ayahnya adalah raja yang hebat,” jawab Sekar Pitaloka, dia mencoba menghibur Arya dwipa.
Sekar menatap wajah Arya Dwipa yang penuh dengan beban, terutama setelah kedatangan utusan kerajaan majasari.
“Raja yang hebat ya?” Arya Dwipa menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.
“Ratuku, mungkin kau sudah mengetahui bahwa kerajaan Majasari meminta kita tunduk pada kekuasaannya, dan aku tidak sudi untuk tunduk pada mereka," Arya Dwipa menatap wajah Sekar sebelum melanjutkan ucapannya, “Keadaan keraton saat ini sudah tidak aman, mereka sewaktu waktu akan datang untuk menyerang."
Sekar Pitaloka mengangguk sambil mendengarkan dengan serius, wajahnya mulai khawatir walau dia berusaha menutupinya.
“Aku ingin kau dan pangeran menjauh dari keraton demi keselamatan kalian.”
Arya Dwipa berkata dengan berat hati, ada rasa bersalah di wajahnya melihat permaisuri dan anaknya ikut menanggung beban Malwageni.
“Tapi yang mulia,” Sekar Pitaloka tidak dapat melanjutkan perkataanya, air mata menetes keluar dari kelopak matanya.
Hati kecilnya sebenarnya ingin ada di samping rajanya untuk menghadapi masalah ini, tetapi terlintas dipikirannya wajah lucu pangeran sabrang, bukan tindakan bijak membawa pangeran masuk kedalam bahaya.
Melihat ratunya dalam kebimbangan, Arya Dwipa memegang tangan Sekar Pitaloka lembut.
“Besok pagi, kakang patih bersama pasukan Angin Selatan akan mengantarmu dan pangeran Sabrang ke tempat yang aman, kau tidak usah khawatir karena ini hanya sementara,” Arya Dwipa mencoba menenangkan ratunya walaupun dia tau bahwa mungkin ini terakhir kalinya mereka bertemu.
Sekar Pitaloka hanya mengangguk pelan, seolah menyadari bahwa Arya Dwipa hanya menghiburnya agar tidak khawatir.
“Seletah semuanya aman aku akan mengirim utusan untuk menjemputmu kembali," ucap Arya Dwipa sambil memegang rambut wanita yang telah memberinya seorang anak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
sedih
2024-01-18
0
Narraherry
Semangat Arya Dwipa....
2023-12-20
1
Dawa Sunata
lanjuut
👍👍😎
2023-05-08
1