Ki Ageng sangat terkejut melihat gerakan Sabrang mengayunkan rantingnya walaupun, masih kasar dan sesekali gerakannya salah. Tapi apa yang diperagakan Sabrang di hadapannya sudah mendekati dasar dari ilmu Pedang api abadi.
Seingatnya, dia belum pernah mengajari ilmu apapun pada Sabrang.
“Apakah anak ini mencuri lihat, saat murid lainnya berlatih atau memang bakatnya setinggi ini,” lirih Ki Ageng sambil menggeleng heran.
Selesai memperagakan dasar dari jurus pedang api abadi, Ki Ageng memanggil,
"Sabrang, gerakanmu sangat luar biasa walaupun, ada beberapa langkah kaki mu masih salah. Kakek ingin bertanya padamu, apakah kau pernah melihat kakak seperguruanmu berlatih?"
“Bagaimana aku dapat melihat mereka berlatih jika kakek siang malam menyuruhku mengambil air,” jawab Sabrang melengos kesal, dia masih merasa kesal jika mengingat kakeknya tidak pernah mau mengajari ilmu silat.
Ki ageng tertegun lama menatap Sabrang. Bagaimana bisa anak ini menguasai dasar ilmu Pedang Api abadi walaupun belum sempurna, hanya dalam satu kali lihat.
Dia teringat saat seumuran Sabrang pun, butuh waktu berbulan bulan untuk menguasai dasar ilmu Pedang api abadi.
“Anak ini punya bakat yang mengerikan. Apakah tindakanku kali ini benar mengajarkan ilmu ini, bagaimana jika dia menggunakan ilmunya kelak di jalan yang salah?” gumamnya bingung.
“Sabrang, kakek ingin bertanya padamu. Kenapa kau sangat tertarik belajar ilmu beladiri?” tanya ki Ageng tiba-tiba.
Sabrang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia terlihat malu-malu dan menjawab,
“Aku ingin kelak melindungi kakek, hanya kakek satu satunya keluargaku.” Anak itu terlihat polos.
Ki Ageng tersenyum lebar mendengar jawaban Sabrang, dia mengusap rambut Sabrang dengan lembut.
“Apakah kakek terlihat butuh dilindungi? Dengarkan kakek baik-baik!” seru Ki Ageng sambil merubah posisi duduknya dan menatap Sabrang dengan lembut.
“Dulu kakek mempunyai guru bernama Suliwa. Dialah satu-satunya orang yang berhasil menguasai ilmu kitab Api abadi. Seluruh dunia persilatan gempar melihat kehebatan ilmunya. Hampir semua pendekar pilih tanding yang menantangnya berakhir dengan kekalahan. Kombinasi Kitab api abadi dan Pedang Naga apinya membuatnya tak terkalahkan, Bahkan beberapa pendekar memohon untuk menjadi muridnya, akhirnya dia mendirikan Sekte Pedang Naga Api." Ki Ageng bercerita dan Sabrang mendengarkan dengan seksama.
"Makin lama kehebatannya makin diakui oleh seluruh sekte di dunia persilatan dan nama sekte Naga api menjadi besar dalam waktu singkat. Tapi kau tau, ada harga yang harus dibayar dari ilmu sehebat dan sekuat Kitab api abadi. Perlahan lahan sifatnya mulai berubah, dia tanpa segan membunuh siapapun yang berani melawannya.
Dia jadi haus darah dan terus ingin bertarung.
Kemudian seluruh pendekar dunia persilatan, baik aliran putih maupun alirah hitam bersatu melawan guru Suliwa. Dia menjadi musuh bersama dunia persilatan. Hingga suatu malam kesadarannya kembali dan dia menangis karena telah membunuh banyak orang.
Dia berpesan pada kakek bahwa, Pedang naga api dan kitab api abadi mempunyai jiwa di dalamnya. Semakin hebat kitab dan ilmunya maka, semakin jiwa tersebut menguasai diri kita. Sehingga akhirnya, kita bukan menjadi diri kita sendiri. Setelah berpesan kepada kakek, dia lalu menghilang bersama Kitab api abadi dan Pedang naga apinya. Sampai hari ini kita semua tidak mengetahui keberadaannya.”
Ki ageng melanjutkan, “Itulah sebabnya lima belas tahun lalu sejak guru menghilang, kakek menggantikannya dan kakek memutuskan sekte Pedang naga api menarik diri dari dunia persilatan.”
Sabrang terlihat berpikir sejenak dan bertanya, “Berarti kakek tidak menguasai Pedang api abadi secara sempurna?”
Ki Ageng menggeleng pelan dan menjawab, “Di dalam kitab api abadi terdapat dua belas tingkatan jurus dan kakek hanya menguasai sampai tingkat Lima. Selain karena tingkat kesulitan dalam menguasainya sangat tinggi, kakek juga belum memiliki tenaga dalam yang besar. Kitab api abadi menitik beratkan pada tenaga dalam. Jika dipaksakan dengan tenaga dalam seadanya, tubuhmu akan hancur.”
Ki Ageng terlihat memejamkan mata sebelum melanjutkan ucapannya,
“Sabrang kakek belum mengajarimu ilmu Api abadi karena kakek takut kau akan seperti guruku. Kau berbeda dengan kakek, bakat alami mu luar biasa. Kau tau nak walaupun, hanya tingkat lima dan tanpa pedang naga api, kadang nafsu bertarung kakek tidak terkendali. Semua murid kakek hanya belajar ilmu api abadi sampai tingkat dua.”
Sabrang kemudian berdiri di hadapan Ki Ageng dan berkata, “Kakek tenang saja, demi melindungi kakek aku tidak akan kehilangan kendali,” janjinya penuh keyakinan.
Ki ageng hanya tersenyum tipis memandang muridnya dan bergumam, “Semoga saja aku tidak salah langkah dengan mengajarinya ilmu mengerikan ini."
“Baiklah cukup hari ini. Ingatlah pesan kakek padamu! Sekarang kerjakan tugasmu seperti biasa!”
“Kakek masih ingin menyuruhku mengangkut air? Bisakah aku istirahat hari ini saja?” Sabrang protes pada kakeknya.
“Tidak ada libur latihan jika kau ingin menjadi pendekar seperti kakek,” jawab Ki Ageng sambil terkekeh lalu berjalan pergi. Di dalam hatinya sudah membulatkan tekad akan menurunkan ilmu pedang api abadi pada sabrang.
“Hamba mohon maaf yang mulia ratu, izinkan si tua ini bertaruh pada pangeran,” lirih Ki Ageng.
Sabrang hanya bisa menggerutu dan menuruti perintah kakeknya. Hari-hari berikutnya dilalui sabrang dengan latihan bersama kakeknya dan seperti sebelumnya Ki Ageng selalu dibuat kagum dengan perkembangan sabrang.
Hingga akhirnya, sabrang menguasai ilmu pedang api abadi tingkat satu.
“Kau sungguh anak yang langka, dalam waktu lima bulan sudah berada di tingkat satu,” puji Ki Ageng tersenyum bangga. Sabrang hanya tersenyum canggung mendengar pujian gurunya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
ZULWARDANI
anak terpilih
2024-01-13
1
Narraherry
anak jenius.. 👍🏻👍🏻👍🏻
2023-12-20
2
Reliana Jelita
semoga selanjutnya TDK bertele-tele n memnosankan
2023-06-24
2