“Keluarlah kau Arya Dwipa, aku lawanmu!" ucap ki Barja berteriak sambil mengarahkan goloknya kearah pintu gerbang yang dijaga prajurit Malwageni.
Para prajurit penjaga terlihat ketakutan saat melihat aura yang dikeluarkan oleh ki Barja.
“Kau menyambutku dengan kecoa seperti mereka?" ki Barja tersenyum mengejek, dia kemudian merapal kuda kuda sesaat sebelum mengangkat goloknya.
"Golok Setan tingkat dua : Hawa iblis neraka,“ seketika gerbang keraton yang kokoh hancur berkeping keping saat ki Barja mengayunkan goloknya, hampir seluruh prajurit yang berjaga di depan gerbang meregang nyawa tanpa tau apa yang menyerang mereka. Kecepatan jurus golok setan memang terkenal tak bisa dilihat mata biasa.
“Kudengar Hantu Pencabut Nyawa merupakan salah satu pendekar terhebat di dunia persilatan, aku beruntung dapat menyaksikannya hari ini," terdengar suara lantang dari dalam keraton.
Ki Barja tampak terkejut dan mencari arah suara berasal, dia merasakan tekanan tenaga dalam yang sangat besar.
“Akhirnya kau keluar juga Arya Dwipa ku kira kau melarikan diri," ucap ki Bajra saat melihat sesosok tubuh berjalan dari arah dalam keraton.
“Saatnya keris penguasa kegelapan berpindah tuannya", ucapnya pelan.
“Kurang ajar kau tua bangka, aku yang akan melawanmu,” tiba tiba Lembu Dongga menyerang ki Barja dengan sekuat tenaga.
Dia mengayunkan pedangnya sambil melepaskan aura dari tubuhnya.
“Jurus seribu pedang tingkat dua : Hujan pedang suci,” Dongga melesat cepat kearah ki Barja.
Ki Barja tampak tenang, dia menarik pedangnya dan menangkis jurus Lembu Donggo dengan mudah, dia memutar sedikit tubuhnya dan mencengkram tubuh Dongga dengan lengan kirinya.
“Tapak Iblis Mencengkram Naga,” lengan kiri Dongga melepaskan tenaga dalam yang sangat besar.
“Sejak kapan?” Lembu Donggo tidak dapat menghindari serangan itu, tubuhnya bergetar hebat saat menerima serangan ki Barja.
“Bocah ingusan kurang ajar, mati kau!!”. Lembu Donggo tersungkur ke tanah dan muntah darah, dia mencoba bangkit namun kembali tersungkur sebelum hilang kesadaran.
Melihat lembu Donggo tumbang Arya Wijaya menjadi geram, dia mengeluarkan keris penguasa kegelapan dan mulai merapal kuda kudanya.
"Kau akan menerima akibatnya," teriak Arya Dwipa sambil bergerak cepat.
Arya Dwipa melesat dengan kecepatan tinggi kearah ki Barja.
“Jurus Tiupan angin neraka,” seketika Arya Dwipa menghilang dari pandangan ki Barja.
“Ilmu yang sangat mengerikan,” gumam ki Barja pelan sambil menatap kesekelilingnya.
Belum sempat berpikir ki Barja merasakan energi yang menekan dari atas. Saat menoleh ke atas terlihat ribuan keris dengan kecepatan tinggi mengarah padanya.
Tanpa berpikir panjang ki Barja membuat pelindung dari tenaga dalam.
“Jurus Tameng iblis," ki Barja dengan cepat membuat pelindung tenaga dalam diseluruh tubuhnya.
"DUUUARRRR" terjadi benturan tenaga dalam yang dahsyat di udara.
Ki Barja sedikit mendorong Arya Dwipa sambil melompat menjauh, terlihat tubuhnya terhuyung sebelum tiba tiba muntah darah.
“Sungguh luar biasa pusaka itu, bahkan tameng iblis pun tak bisa menahan serangannya,” gumam ki Barja sambil mengalirkan tenaga dalam ke seluruh tubuhnya.
Arya Dwipa kembali menyerang ki Barja, dia tidak memberi sedikitpun kesempatan lawannya berfikir, luapan tenaga dalamnya terus menekan semua yang berada disekitarnya.
Dalam beberapa tarikan nafas mereka sudah bertukar puluhan jurus. Tampak ki Barja mulai kewalahan akibat luka dalam yang dialaminya, gerakannya mulai sedikit melambat.
”Tidak ku sangka aku terdesak oleh anak ingusan,” umpat ki Barja kesal.
Serangan Arya Dwipa terus mengenai tubuhnya membuat ki Barja terus terpojok, sebuah serangan keras tepat mengenai dadanya membuat tubuhnya terlempar beberapa meter.
“Hari ini akan kupersembahkan darahmu untuk Malwageni tua Bangka,” Arya Dwipa bergerak cepat kearah ki Barja yang masih mengatur kuda kudanya, terlihat keris penguasa kegelapan mengeluarkan aura hitam.
Saat ki Barja sudah putus asa, Arya Dwipa tiba tiba menghentikan langkahnya dan melompat mundur saat merasakan sesuatu datang dengan cepat dari arah lain, dia berusaha menghindar namun sebuah bayangan bergerak lebih cepat ke arahnya.
“Tapak Peregang Sukma," Arya Dwipa mencoba menahan serangan tiba tiba itu dengan dengan tangannya tetapi tidak sempat, sebuah pukulan tepat mengenai dadanya yang membuatnya terpental beberapa meter.
Darah segar keluar dari mulut Arya dwipa, dia berusaha mengalirkan tenaga dalam untuk menekan efek serangan.
“Terkutuk, Pendekar apa yang menyerang dari belakang?” Sergah Arya Dwipa.
Lingga Maheswara berjalan santai mendekati ki Barja. “Mundurlah senior, kau bukan lawannya."
“Kau jangan ikut campur bocah ingusan, tadi aku hanya lengah,” balas ki Barja kesal, dia tidak terima diremehkah oleh Lingga.
Aura membunuh yang sangat besar tiba tiba meluap dari tubuh Lingga Maheswara, menekan semua yang ada di sana termasuk Arya Dwipa.
“Jangan memaksaku berbuat kasar senior, lupakan mimpimu memiliki keris penguasa kegelapan," ancam Lingga.
Ki Barja yang merasakan tekanan yang kuat pada tubuhnya sedikit melunak, dia sadar bahwa dia bukan tandingan Lingga Maheswara.
“Akan kubalas perbuatanmu hari ini bocah ingusan," ucap ki Barja sambil melompat mundur dengan perasaan marah.
“Baiklah Arya Dwipa, saatnya kau turun tahta dan berikan keris penguasa kegelapan padaku,” Lingga Maheswara langsung menyerang dengan kekuatan penuh.
Teelihat perbedaan kekuatan antara mereka berdua begitu jauh, Arya Dwipa terus mencoba menahan semua serangan dengan sekuat tenaga.
"Kau tak pandai mengukur kemampuan lawanmu," ucap Lingga sambil terus meningkatkan kecepatannya
Tubuh Lingga Maheswara tiba tiba menghilang kembali dari hadapan Arya Dwipa dan muncul tepat di sisi kanan dan mencengkram tangan Arya Dwipa.
Arya Dwipa berusaha sekuat tenaga melawan namun sia sia.
“Dengan ini musnahlah tenaga dalammu!“ terlihat tangan Lingga mengeluarkan aura hitam, seketika Arya Dwipa mengerang kesakitan saat aura itu masuk ke tubuhnya dengan cepat.
Arya Dwipa terus mencoba melepaskan dari cengkraman Lingga Maheswara tetapi tidak berhasil, tak lama darah segar mulai keluar dari mulut dan telinganya.
“Kau sudah kalah Arya Dwipa, berikan keris itu padaku,” Lingga Maheswara melirik keris penguasa kegelapan, dia dapat merasakan kekuatan yang ada di dalam keris tersebut sangat besar.
“Mimpi pun kau tak akan pernah mendapatkan keris ini,“ Arya dwipa tertawa pelan sebelum menutup matanya.
"Pergilah dan tunggu anakku menemukanmu," ucap Arya Dwipa dalam hati.
Beberapa saat kemudian keris penguasa kegelapan mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan membuat semua orang menutup mata. Saat cahaya itu menghilang keris itu sudah lenyap dari tangan Arya Dwipa.
“Kau!! Apa yang kau lakukan?" Lingga Maheswara geram melihat keris itu lenyap dari hadapannya.
“Kau lihat sendiri bukan, bahkan mimpi pun kau tak akan pernah memiliki penguasa kegelapan hahahaha."
Amarah Lingga Maheswara memuncak, “Kau tau, aku akan mendapatkan keris itu kembali apapun caranya, sekarang pergilah keneraka."
Dalam hitungangan detik tapak peregang sukma mendarat di perut Arya Dwipa. Tubuhnya ambruk ketanah dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Raja dari kerajaan kecil itupun gugur dengan gagah berani mempertahankan tanah leluhurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 539 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
awas tunggu pembalasanku
2024-01-19
0
Narraherry
Kasihan raja kecil itu,semoga kelak anaknya membalaskan dendam.
2023-12-20
2
Karina
kisah awalnya mengiris hati...
2023-11-20
3