Kedua gadis itu berbaring di atas kasur dengan posisi kaki terangkat ke atas menyenderkannya ke dinding, sedangkan kepalanya di letakkan di tepi ranjang membiarkan rambut panjang mereka terjuntai ke lantai.
" Lis... baru sehari gue udah bosen banget disini. " ujar Clara sembari menatap langit-langit kamar, begitu juga dengan Lisa.
" Iya, gue juga.. jaringan internet susah banget disini, hape puluhan juta gak ada gunanya. " keluh Lisa.
Clara mendengus kesal meratapi nasibnya. " Gue bisa gila kalo lama-lama tinggal di sini. "
" Tapi udara di sini sejuk banget.. adem rasanya. " Lisa.
" Iya, tapi tetep aja gue gak betah! "
Suara ketukan pintu menjeda obrolan kedua gadis yang sedang berkeluh kesah merasa kesulitan tinggal di lingkungan baru.
Lisa beranjak sari ranjang lalu membuka pintu. " Ada apa Sin? "
" Mbak Lisa sama mbak Clara mau di kamar aja? gak mau keliling kampung? gak bosen? " gadis remaja itu memberikan pertanyaan beruntun pada Lisa.
" Gak lah, males! " Lisa kembali berbaring di samping Clara.
Sinta ikut masuk lalu menghampiri Clara dan Lisa dengan duduk tidak jauh dari mereka.
" Mendingan nanti sore kita jalan-jalan daripada diem mulu di kamar. Nanti Sinta anterin deh mbak Clara ama mbak Lisa ke tempat yang bagus di kampung ini. " ujar Sinta.
" Disini ada taman wisata? " tanya Clara.
" Hehe... bukan sih mbak. tapi tempat nongkrong yang biasa anak muda pada kumpul. " Sinta.
" Ck, kirain! " Clara.
" Ada sih air terjun.. bagus banget lagi. tapi lumayan jauh dan harus jalan kaki. " Sinta.
" Wah.. beneran? asyik tuh.. besok ke sana yuk. " ajak Lisa yang bersemangat untuk berpetualang di alam.
" Gak! ogah gue..! apalagi jalan kaki, bisa remuk badan gue. " sela Clara yang tak menyetujui ide itu.
" Yaelah... seru tau. bisa mandi di air terjun asli. " Lisa.
" Kalo gue bilang gak ya enggak! " seru Clara.
" Iye.. iye.. " mau bisa apa Lisa? jika Clara bilang tidak mau ya dia harus mengikutinya.
" Eh Sin, disini ada minimarket kan? " tanya Clara yang ingin sekali membeli berberapa cemilan untuk menghilangkan rasa bosannya.
" Ada mbak, mau ke alpha atau ke Indom? " Sinta.
" Yang paling deket deh.. " Clara.
" Tapi motornya lagi di pake bapak ke pasar. mau nungguin bapak pulang atau jalan kaki aja? " Sinta.
" Jauh gak? " Clara.
" Gak terlalu jauh. " jawab Sinta.
Dengan berjalan kaki mereka bertiga pergi ke alpha untuk membeli beberapa cemilan dan keperluan yang biasa para wanita butuhkan.
Disepanjang perjalanan, Clara selalu menggerutu. Pasalnya Sinta mengatakan jarak untuk ke alpha tidak terlalu jauh. Namun kenyataan sudah hampir lima belas menit mereka berjalan tak kunjung sampai.
Belum lagi tatapan para warga yang selalu mengamati gerak gerik Clara. Meskipun Clara dengan sangat rapat menutupi wajahnya dengan masker, masih saja ada warga yang mengenalinya dan meminta berfoto bersama.
Wajar saja karena pakaian Clara terlihat mencolok. Mana ada gadis di kampung berpakaian kaos bermotif sobek-sebek namun tetap indah di pandang. Tidak lupa kacamata hitam keluaran dari brand LV.
Hanya senyum manis yang terpancar di wajah cantik itu. Padahal dalam hati Clara merasa sangat terganggu karena menggangu privasi nya, tapi mau bagaimana lagi, inilah resiko pekerjaannya yang menjadi seorang artis terkenal di penjuru negri ini.
Untung saja kali ini Clara hanya memakai sendal jepit, jadi memudahkannya untuk melarikan diri dari kerumunan warga, tentu dengan ucapan permintaan maaf beberapa kali.
Clara menghela nafas lega setelah sampai di minimarket, dan para warga pun sedikit menyurut. Walau di luar minimarket mereka masih setia menunggu Clara.
" Resiko Ra... resiko... " ingat Lisa sebelum Clara mengeluarkan ocehannya karena kesal.
" Untung di bantu sama mas Alpha, " ujar Sinta yang melihat dua pria karyawan minimarket sengaja mengunci pintu masuk, mencegah keriuhan.
Tidak mau membuang waktu, Clara segera mengambil keperluannya. Dua keranjang penuh sudah di tangan Lisa.
" Lu mau beli apaan? buru! " tanya Clara pada Lisa.
" Lu yang bayar ya? " ucap Lisa dengan senyum palsunya untuk menarik perhatian Clara.
" Cih! gak usah modus. " kesal Clara.
" Jadi gimana nih? lu yang bayar kan? " Lisa.
" Iya.. iya.. kaya gak biasa aja lu morotin gue. " cibir Clara.
" Kalau aku mbak? di traktir juga kan? " seru Sinta yang tak mau ketinggalan mendapat kesempatan mujur. Maklum anak SMA butuh deodoran, body lotion, bedak dan lainnya, yang belum tentu di berikan uang cuma-cuma dari orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan yang satu itu.
" Boleh dong.. ambil aja.. kalo perlu belanja buat dua bulan ke depan. " Clara.
" Wah.. baik banget sih mbak.. makasih ya.. " Sinta begitu senang mendapat gratisan.
Clara yang sudah selesai berbelanja, harus sabar menunggu Lisa dan Sinta memenuhi keranjangnya. Sembari menunggu, Clara berfoto ria dengan karyawan minimarket serta pengunjung tadi yang sudah masuk terlebih dahulu sebelum Clara datang.
Pandangan kedua mata Clara tertuju pada pria yang tengah mengobrol dengan Sinta. Sinta terlihat begitu dekat dengan pria itu.
Clara tersenyum saat Sinta dan pria itu melihat ke arahnya. Sepertinya mereka tengah membicarakan Clara.
Tak lama Sinta berjalan mendekati Clara, diikuti pria itu. Membuat hati Clara berdebar saat wajah pria itu semakin terlihat jelas karena jarak mereka semakin dekat.
Satu kata terucap di bibir Clara. " Tampan! "
" Mbak Clara.. kenalin ini dokter Reyhan. " ucap Sinta memperkenalkan Reyhan dengan Clara.
Dengan tersipu malu Clara mengulurkan tangannya. " Clara. " ucapnya di buat nada selembut mungkin.
" Reyhan.. " balasnya. " Ternyata kamu lebih cantik aslinya di banding melihat di TV. " ujar Reyhan di sertai senyum mautnya.
" Terimakasih. " ucapnya dengan tangan kanan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, mengurangi rasa gugup.
" Senang berkenalan dengan mu nona manis. " ucap Reyhan. Gadis mana yang tidak tertarik dengan Reyhan. Bukan hanya wajahnya yang rupawan, pria itu juga pintar sekali mengeluarkan rayuan mautnya.
" Pak dokter.. jangan begitu.. nanti mbak Clara bisa klepek-klepek. " Sinta terkekeh. Gadis remaja itu sudah biasa mendengar bualan Reyhan.
" Hehe.. maaf.. maaf.. udah gak sopan." Reyhan.
" Eh.. gak papa kok. Biasa aja. " Clara.
" Kalau gitu saya pamit dulu ya.. semoga kita bisa bertemu di lain waktu. " Reyhan berpamitan setelah membayar belanjaannya di kasir. Pria itu harus kembali ke puskesmas.
Clara memandangi punggung Reyhan yang semakin menjauh dari pandangannya.
" Mbak Clara! kenapa mbak senyum-senyum sendiri. " seru Sinta membuyarkan lamunan Clara.
" Gak Sin. dokter Reyhan tampan ya. " Clara masih saja memandang jejak Reyhan yang sudah berlalu.
" Iya tampan emang. Tapi lebih ganteng dokter Bastian, dia lebih keren.. " ujar Sinta sembari mengingat wajah Bastian.
Mendengar nama Bastian, senyum Clara memudar. Masih teringat jelas jika dokter Bastian itu sangatlah menyebalkan. Dokter yang kemarin bertemu dengannya.
" Cih! ganteng apaan! muka datar begitu! " Clara.
" Tapi emang lebih ganteng dokter Bastian mbak. Banyak kok gadis di kampung ini suka ama dokter Bastian. " jelas Lisa.
" Berarti mata mereka semuanya katarak! " ketus Clara.
Clara tidak percaya, bagaimana bisa si muka datar menjadi idaman para gadis di kampung?
Bukannya Reyhan yang sangat manis itu, yang seharusnya menjadi pria idaman. Sudah tampan, ramah dan murah senyum. Uhhh.. Clara begitu menyukainya.
*
*
*
...Jangan lupa berikan dukungan kalian. ...
...Like. komen. vote. ...
...Bye.. bye.. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Debora Mahardika
begitu syuliddd lupakan Reyhan🤣🤣🤣🤣
2022-10-23
0
Alika Nailaputri
🤣🤣🤣🤣 Love U Artis masuk kampung 💋💋💋💋💋
2022-01-10
0
novi 99
Reyhan suka tebar pesona mungkin play boy
2021-12-07
0