Suasana di dalam kamar itu menjadi hidup layaknya sebuah keluarga. Tapi Devan masih kurang puas dengan semua itu, dia merasa apa yang dia berikan kepada Reka masih belum cukup untuk mengisi Ketidakadilan yang diterima Reka selama ini.
"Reka mari ikut aku! ayo kita jalan jalan keluar, di depan hotel ini ada sebuah mall mungkin kali ini kita bisa menghabiskan hari di sana daripada hanya berdiam diri disini," ucap Devan kepada Reka.
"Tidak usah Devan, apa yang kamu berikan kepada kami sudah lebih dari cukup, aku takut jika lebih dari ini aku tak akan bisa lagi membalas kebaikan mu," ucap Reka sembari mengelus kepala adiknya.
Zasa kecewa dengan ucapan kakaknya tapi dia berusaha menyembunyikan kekecewaannya. Devan yang mengetahui Itu sontak tersenyum kecil.
"Ah, gimana kalau aku sama Zasa saja yang ke mall?" ucap Devan sambil memegang tangan Zasa.
"Hore ke mall, hore ... aku mau dibelikan ice cream yang banyak nanti!" ucapan polos Zasa yang sudah tidak bisa menyembunyikan kegembiraan nya lagi.
"Zasa tidak boleh begitu, kita sudah banyak merepotkan kakak Devan lho," ucap Reka kepada adiknya. Zasa yang tadinya tersenyum menjadi murung dan memilih menuruti kata kakak nya.
"Reka ... kamu membuat adikmu sedih, tak usah malu sebenarnya kamu juga ingin kan," ucap Devan sambil tersenyum kecil.
Setelah basa basi mereka bertiga mengunjungi mall. Dalam mall Devan membeli ponsel baru dan juga membelikan Reka ponsel. Berkunjung ke store baju dan memilih baju mencoba baju yang disukai. Devan membelikan semua baju yang disukai oleh Reka dan Zasa, tapi Zasa tidak terlalu berminat membeli baju malahan dia cuman mau makan ice cream saja.
Momen-momen kecil seperti ini membuat Devan bernostalgia dan mulai memandang Reka sebagai wanita. senyuman tulus dari kedua adik kakak itu membuat hati Devan merasa bahagia.
Perasaan biasa saja saat bertemu Reka Kini menjadi dag ... dig ... duk ... Perasaan aneh muncul di dada Devan saat Reka melihatnya. Devan berpikir apakah ini cinta? Tapi Devan mencoba menyembunyikan nya. Devan berpikir, apa mungkin Raja bisa menyukai manusia?
"Ada apa Devan, apa ada yang salah dengan penampilanku ku?" ucap Reka penasaran karena Devan selalu memandanginya waktu itu.
"Ah tidak, gak ada yang salah kok. Aku cuma sedikit bernostalgia dan aku pikir kamu sangat cantik," ucap Devan dengan apa adanya.
Mendengar itu Reka menjadi salah tingkah, wajahnya memerah mendengar Ucapan Devan.
"Kakak aku lapar," ucap Zasa memecah suasana.
"Ya udah, Mari kita pulang! masih ada makanan kemarin di kulkas, kita bisa menghangatkannya dan memakannya lagi."
Makanan yang di pesan oleh Devan sangat banyak, sehingga masih tersisa. Meskipun sisa tapi makanan itu masih cukup layak untuk dimakan. "Hore ..." Zasa kegirangan mendengar mereka akan makan makanan yang enak lagi.
"Daripada pulang, mending kita mampir ke tempat itu dulu. Restoran itu menjual steak dan ice cream lho," rayu Devan kepada Zasa sambil mengelus rambutnya.
"Hore! terimakasih kakak tampan yang baik. Coba kakak Devan menjadi istri kakak ku mungkin aku akan menjadi orang paling beruntung di dunia," kata polos Zasa yang membuat Reka langsung salah tingkah.
"Apa yang kalian tunggu?" teriak Reka yang langsung memasuki Restoran itu karena tidak tahu harus berbuat apa waktu itu.
Di dalam restoran Zasa berlari menuju meja yang paling besar, meja itu biasanya digunakan untuk orang yang lagi makan besar bersama satu keluarga besar.
"Bukankah meja ini terlalu besar Devan? mari kita pindah ke meja lainnya, toh kita hanya bertiga," ucap Reka.
"Tenang Reka, kita ini adalah pembeli, dan pembeli adalah raja jadi cukup nikmati saja," jawab Devan meyakinkan Reka.
Tak lama kemudian seorang pelayan datang untuk memberikan buku menu. Reka kaget melihat harga harga menu restoran tersebut. Bagi Reka satu harga makanan tersebut bisa buat hidup 7 hari.
"Eh Zasa, nanti pilih yang paling murah ya!" bisik Reka kepada Zasa.
"Kalau begitu Zasa mau ice cream," sahut Zasa dengan polos.
"Kalau begitu aku mau ini aja, gak usah pakai minum!" sambil menunjuk ke arah makanan paling murah. Tangan Reka agak gemetaran melihat harga yang selangit. Devan yang mengetahui Itu hanya bisa tersenyum kecil.
"Sudah diputuskan, aku memesan semua menu yang ada disini!" ucap Devan kepada pelayan tersebut sambil menunjuk pada buku menu tersebut.
"Terima kasih, mohon menunggu," Pelayan itu pergi meninggalkan meja tersebut.
"Hah ..." Pikiran Reka masih loading dengan apa yang dikatakan Devan. "Apa kamu gila Devan? apa kamu tidak melihat harganya? bahkan untuk air putih saja dihargai 20 ribu!"
"Hahaha ... tenang saja Reka, cukup nikmati saja. Nanti kalau ada sisa kita masih bisa take away dan bisa dimakan nanti malam," sahut Devan santai menanggapi Reka yang masih terkejut.
Pengunjung lainnya melihat ke arah meja besar yang hanya ada 3 orang, "Apa mereka sanggup bayar?" Mendengar itu Reka menjadi agak gugup.
Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya semua pesanan datang. Satu demi satu pelayan datang untuk meletakkan pesanan. Memerlukan waktu lebih dari 10 menit untuk menyajikan semua menu itu di meja. Meja besar itu seolah tak mampu menerima pesanan lagi.
Zasa hanya tersenyum melihat itu, "Ice cream, mana ice cream? yey ini ..." dengan polos dia mencoba mengambil ice cream yang tak jauh darinya itu.
"Sekarang mari kita makan!" ucap Devan kepada kakak beradik itu.
"Dik, kamu jangan cuma makan ice cream saja," Reka yang sedikit menasehati adiknya karena terlalu banyak makan ice cream.
Reka dan Zasa terus memakan satu persatu makanan tersebut, sepertinya mereka tak bisa berhenti mengunyah.
Reka tak sadar jika dirinya makan sangat banyak, dia yang awalnya menolak tapi makan paling banyak. "Hah ... kemana perginya semua makanan tadi?" Meja paling besar itu penuh dengan tumpukan piring kosong.
Devan mengangkat satu tangannya, yang membuat pelayan itu menghampirinya, "Pelayan, kami sudah selesai disini!" ucap Devan kepada pelayan itu.
Dengan cepat pelayan itu mulai menghitung satu persatu menu yang dipesan mereka, "Baik, untuk totalnya 15 juta 300 ribu rupiah kak." Pelayan tersebut menyodorkan bill kepada Devan.
Devan memberikan uang cash 16 juta kepada pelayan itu, "Untuk kembaliannya kamu bisa ambil!"
"Terima kasih kak," ucap pelayan restoran tersebut.
Setelah puas dengan jalan-jalan di mall mereka bertiga memutuskan untuk pulang.
"Aduh, maaf ya Devan," ucap Reka.
"Maaf untuk apa?" jawab Devan.
"Kakak ... harusnya kakak bilang terima kasih, bukan maaf!" ucap polos Zasa.
"Karena aku, kamu bahkan menghabiskan belasan juta hanya untuk makan," ucap Reka menyesal karena dia yang makan paling banyak waktu itu.
Devan yang mendengar itu tertawa kecil sambil mengusap kepala Zasa. "Yah itu hal wajar sih, soalnya menu di resto porsinya sedikit." Merekapun sampai di depan pintu kamar hotel, tapi saat Devan mau masuk dia melihat seorang yang seperti sedang mengawasi mereka, tetapi saat Devan mau menghampiri orang tersebut, orang itu langsung lari.
"Cih ... bagaimana para sampah itu mengetahui jika aku ada disini?" ucap Devan lirih.
"Ada apa Devan, kok tidak masuk?" ucap Reka.
Devan pun menceritakan apa yang dilihatnya kepada Reka, "Tidak, aku tadi melihat para sampah itu mengawasi kita," Devan menghampiri Reka yang masuk ke dalam kamar hotel terlebih dahulu itu.
"Devan, kamu tak perlu mengkhawatirkan aku! justru aku khawatir kepadamu Devan, karena telah menantang semua komplotan itu. Mereka adalah orang yang licik, aku harap kamu selalu dalam lindungan Tuhan," ucap Reka.
"Terimakasih Reka, karena telah percaya kepadaku." Devan memeluk Reka saat itu, dan Reka pun membalas pelukan Devan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
ghaitsaa
like again
2021-01-10
1