Reka melihat Devan pagi itu sedang melakukan olahraga kecil di balkon hotel. Pandangan Reka tajam ke arah tubuh Devan.
"Ah kamu sudah bangun Reka, itu aku sudah memesan makanan untuk mu dan adikmu. aku tak tahu apa makanan favoritmu Jadi aku beli agak banyak agar kamu bisa memilih sendiri," ucap Devan.
"Terimakasih, aku tak pilih pilih soal makanan dan juga aku gak menyangka kalau kamu cukup atletis juga," ucap reka.
Zasa yang terbangun pergi ke arah kakaknya dan memeluknya, mukanya memelas seperti memberi sinyal seolah dia sedang lapar. Reka pun memakan makanan yang dibelikan Devan bersama adiknya.
"Devan kamu tidak makan bareng kami, ini cukup banyak lho," ucap Reka.
"Ah tidak usah, aku tadi sudah makan dahulu sebelum kalian jadi tak perlu sungkan," sahut Devan singkat.
"Adik pelan pelan makannya!" Zasa sangat senang karena bisa memakan makanan enak. Mata Reka memerah seolah mau menangis.
"Kakak kenapa menangis?" ucap Zasa kepada Reka.
"Tidak apa apa ini cuma kemasukan debu," jawab Reka.
"Tapi Tempat ini kan bersih, mana mungkin ada debu. Berbeda dengan rumah kardus kita," ucap Zasa dengan polosnya.
Devan yang melihat itu segera menghampiri Reka.
"Iya mata kakak kamu kemasukan debu sini aku akan bantuin biar debunya hilang," ucap Devan sambil berdiri disampingnya Reka.
"Makasih Kakak Devan, kakak sudah tampan dan juga sangat baik kepada kami," ucap Zasa.
Devan hanya membalas Perkataan Zasa dengan senyuman kecil. Devan pergi mencari pakaian dan mandi. Disaat yang bersamaan Reka menghampiri Devan yang saat itu mau masuk ke kamar mandi.
"Eh kenapa kamu mengikuti aku?"
"Tidak, jangan salah paham sebenarnya hari ini adalah hari dimana keluargaku di bunuh. Jadi aku ingin kamu ikut denganku pergi ke makamnya, aku masih takut jika pergi sendiri," ucap Reka kepada Devan.
"Baiklah, tapi kamu selesaikan makan mu dahulu dan setelah itu bisakah kamu memakai pakaian yang lebih layak. Aku kurang tahu ukuran pakaian mu dan adikmu. Jadi, aku hanya memesan random untukmu!" ucap Devan sambil mengambil sebuah pakaian yang berada tak jauh darinya kepada Reka.
"Untuk masalah itu kamu jangan khawatir, karena kami sudah biasa memakai pakai an yang terlalu besar atau kekecilan," ucap Reka dengan sedikit tersenyum.
Saat semua sudah selesai membersihkan diri dan segala keperluan lainnya, saat itu Devan yang sedang menonton TV kaget dengan tampilan reka yang begitu anggun dan adiknya yang begitu imut.
"Ternyata kamu cantik juga setelah membersihkan diri dengan benar dan berpakaian layak," ucap Devan kepada Reka.
"Terimakasih, tapi jangan lupa jika adikku juga super imut," ucap Reka sambil Mencubit pipi adiknya.
"Iiih, kakak apaan sih?" Ucap Zasa yang sedikit jengkel dengan kelakuan centil kakaknya Reka. Hanya tawa kecil dari ketiganya yang mencairkan suasana pagi itu.
Berita pagi itu menayangkan kan tentang pembunuhan sadis kepada 29 orang tak bersalah dan pelaku masih buron. Dikarenakan rekaman Cctv-nya rusak maka wajah pelaku masih misterius. Serta terbunuhnya Walikota S dan hilangnya brankasnya yang bernilai lebih dari 50 milyar diduga pelakunya adalah orang yang sama.
"Hahaha ... bagaimana bisa mereka menyimpulkan jika mereka orang tak bersalah, ada ada aja. Apa media buta dengan bagaimana mereka menjalankan bisnis gelapnya dari jual beli manusia, perbudakan dan pembunuhan. Tapi media masih mengatakan jika mereka tak bersalah?" ucap Devan.
Reka yang melihat itu masih ketakutan sambil membayangkan kejadian malam itu. Zasa yang berada di samping reka menarik narik baju kakaknya sambil mengingatkan jika hari ini akan pergi ke makam Ibu dan Ayah. Reka yang semula murung menjadi tersenyum kecil dengan mengelus kepala adiknya dan memberi tahunya jika mereka akan segera berangkat.
Dalam perjalanan menuju makam, mereka menaiki transportasi umum. Tapi keanehan terjadi waktu itu. Terlihat Jika tak ada seorangpun yang keluar rumah, jalan menjadi sepi dan hanya ada beberapa kendaraan yang lewat serta hanya mereka bertiga yang menaiki transportasi tersebut.
"Pak kenapa hari ini sepi sekali?" ucap Devan kepada sopir tersebut.
"Kamu tidak tahu ya mas kalau jalan masih banyak yang diblokir untuk penyelidikan polisi dan banyak preman yang berpatroli seolah sedang mencari seseorang, sebenernya preman itu yang membuat warga takut keluar rumah," ucap Sopir dengan nada agak ketakutan.
Devan yang mendengar itu menjadi sedikit tersenyum. Devan melihat salah satu preman yang sedang berpatroli membawa senjata tajam yang tidak disembunyikan.
"Cih ... mereka berlagak seperti orang penting aja, padahal mereka hanya sampah," ucap Devan lirih.
"Pak turun di depan sana aja," ucap Reka.
Saat itu mereka sudah sampai di depan makam. Devan saat itu berinisiatif membelikan bunga. Terlihat dua makan berjejer dengan keadaan tidak terurus, makam tersebut dipenuhi rumput liar. Reka pun mulai membersihkan makam kedua orang tuanya disertai adiknya yang ikut membersihkan juga.
"Ibu, Ayah maafkan kami jika kami jarang mengunjungi kalian. Ibu, Ayah kehidupan kami sangat berat tanpa kalian berdua. Tapi jangan bersedih karena kami sehat dan ada seorang pria yang membantu kami keluar dari masalah ini. Ibu, Ayah aku sudah membalaskan dendam kalian jadi jangan bersedih lagi di alam sana, aku berharap kalian bisa tenang di alam sana. Aku berjanji akan terus hidup meski kehidupan ini sangat berat, aku berjanji akan terus hidup. Zasa pun sekarang sudah mulai tersenyum lagi jadi aku yang akan melindungi Zasa mulai sekarang. Aku berjanji untuk memberikan kehidupan yang layak kepada Zasa," ucap Reka pelan.
Zasa saat itu ikut menangis melihat kakaknya yang menangis.
"Ibu, Ayah Zasa kangen sama kalian. Tapi Zasa janji akan menjadi anak yang baik. Zasa janji akan menurut kepada kakak. Zasa sekarang tidak pilih pilih makanan lagi, Zasa akan menjadi anak yang kuat, Zasa janji tidak akan membuat kakak sedih," ucapnya dengan air mata yang terus menetes dari kedua matanya.
Suasana makam sangat sepi, bahkan tak ada orang di makam tersebut selain mereka bertiga yang mana menambah Haru pada waktu itu. Devan yang melihat itu sedikit meneteskan air mata. Devan berpikir jika keadaan Reka sama beratnya dengan kehidupannya dulu sebelum menjadi Raja, bahkan mungkin lebih berat karena melihat Reka adalah cewek dan harus menjaga adiknya yang masih kecil, tak terbayang kehidupan keras apa yang dialami Reka selama ini. Hanya menerima dengan pasrah kebusukan dunia ini, itulah gambaran yang cocok untuk kehidupan Reka dan adiknya. Reka waktu itu terus menangisi makam ibu dan ayahnya seperti anak kecil yang kehilangan boneka favorit nya. Langit yang cerah berubah menjadi mendung seolah menandakan Ikut bersedih melihatnya.
"Bahkan setelah menjadi Raja aku masih bisa menangis," ucap Devan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
ghaitsaa
aku kasih like aja ya
2021-01-10
1