Keesokan harinya Reka dan Dinda seperti biasa pergi ke perusahaan pagi-pagi sekali karena mereka harus berjalan kaki dan sarapan. Karena hari ini ibu kos sedang tidak ada dikediamannya. Jadi mereka lebih memilih sarapan di PT saja. Hari ini adalah hari ketiga Reka dan Dinda training produksi.
...🍂🍂🍂🍂...
...PT. PESONA SAKTI SEJAHTERA...
Setelah sampai perusahaan, keduanya langsung menuju ke kantin untuk sarapan. Tiba-tiba Reka rindu sekali dengan bundanya, padahal baru semalam Reka menelepon bahkan videocall dengan sang bunda. Reka pun menyalakan ponselnya dan mulai mencari kontak bundanya.
📞Bunda... berdering..
"Assalamualaikum bunda!" sapa Reka dengan penuh semangat.
"Waalaikumsalam, et itu suara kecilin nape sampe pengang kuping bunda Ka," pekik bunda terkejut saat mendengar suara Reka yang sedikit nyaring.
"Maaf bunda, bunda lagi apa? Reka kangen sama bunda," ucap Reka lirih dan hampir menangis.
"Bunda baru selesai bikin adonan roti sayang, baru juge semalem lu telepon Ka. Lu udah sarapan Ka?" jawab bunda dan kemudian bertanya pada Reka.
"Ini baru mau sarapan bun, bunda.. Reka pengen pulang aja hiks hiks hiks," jawab Reka yang malah menangis membuat Dinda bingung karena seisi kantin memperhatikan ke arah mereka berdua.
"Reka jangan nangis dong malu tuh kita diliatin tau!" bisik Dinda yang didengar oleh bundanya Reka.
"Loh anak bunda kok nangis sih, bunda juge kangen same lu Ka. Udeh jangan nangis nanti kalo lu libur pulang aje ye ke rumah, doain bunda supaya bunda sehat terus," ucap bunda malah membuat Reka tambah menangis tersendu-sendu.
"Yahilah malah tambah kenceng lagi nangisnya, Reka udeh nape kangen sih kangen sampe nangis gitu melow banget dah," ucap Dinda yang salah tingkah dilihat banyak orang.
Tiba-tiba Zikri yang melihat Reka sedang menangis langsung menghampiri ke meja Reka sambil memberikan sebatang coklat.
"Nih buat kamu, kata orang sih coklat bisa bikin hati jadi relaks," ucap Zikri sambil tersenyum dan memberikan coklat tersebut.
Bunda mendengar suara laki-laki pun bertanya pada Reka.
"Reka entuh siape ? pacar lu ye?" tanya bunda penasaran.
"Dia bos Reka bun, bunda nanti Reka telepon lagi ya, bunda sehat-sehat disana," ucap Reka sambil menghapus air matanya.
"Lah kok bisa? iye dah bunda juga mau oven roti, aamiin lu juga ye, assalamualaikum," kata bunda yang sebenarnya masih penasaran.
"Waalaikumsalam," jawab Reka kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
Zikri yang tadinya berdiri di depan Reka sekarang berpindah duduk disamping Reka membuat Reka semakin salah tingkah. Semua orang yang berada di kantin pun menatap iri pada Reka. Baru kali ini mereka melihat direkturnya duduk bareng pegawai biasa di kantin khusus pegawainya, karena biasanya Zikri makan diruangan terpisah.
Reka mengambil coklat yang diberikan Zikri tadi. "Makasih ya pak coklatnya," ucap Reka tersenyum.
"Iya sama-sama, pelan-pelan makannya saya tinggal dulu," jawab Zikri tersenyum dan kemudian pergi dari hadapan Reka dan Dinda.
"Reka! demi apapun pagi ini lu jadi pusat perhatian semua karyawan disini, sumpah gue deg degan banget. Pak Zikri ternyata ganteng juga ya, kalaupun dia duda gue mau deh jadi istri selanjutnya," ucap Dinda sambil senyam senyum sendiri dalam halusinasinya.
"Hei jangan kebanyakan halu! udah cepet abisin sarapannya abis itu kita masuk ke ruang training, bentar lagi masuk nih," kata Reka.
"Santai keles! lu juga belom dimakan itu sarapan lu malah makan coklat dari pak Zikri, sakit perut tau rasa lu," ucap Dinda yang hampir tersulut emosi.
"Wah sekate-kate lu ye, nyumpahin gue, iye gue makan nih," imbuh Reka dan ia pun mengahabiskan makanannya kurang dari 10 menit.
"Luar biase lu Ka, laper ape doyan bu!" pekik Dinda kemudian tertawa.
Setelah keduanya menghabiskan sarapan mereka. Keduanya pun langsung menuju loker yang kemudian ke ruang training yag
ada di ruang produksi tersebut.
Materi training kali ini adalah praktek kecepatan dan juga tertulis. Reka dan Dinda serta empat orang lainnya di tes dengan menggunakan waktu. Kali ini giliran Reka, dengan penuh fokus serta konsentrasi, Reka mampu menyelesaikan tesnya dengan sangat baik dan juga benar.
"Gue rasa ini efek coklat tadi pagi Ka," bisik Dinda seraya meledek Reka. Reka pun hanya menghela nafasnya yang sedikit lega karena telah menyelesaikan tantangan pertamanya.
Kemudian giliran Dinda, ia pun dengan rasa gugupnya berusaha menyelesaikan dengan baik. Setelah diakhir tes, Dinda mendapat waktu yang pas-pasan dan pekerjaan yang masih sedikit berantakan.
Dinda pun diberi kesempatan untuk mengulang kembali.
"Ayo Dinda lu pasti bisa."
Dinda menarik nafasnya dalam-dalam, lalu saat Bir Ali berkata mulai. Dinda pun langsung fokus serta berkonsentrasi. Akhirnya dia mampu menyelesaikan dengan baik walaupun masih berada di belakang Reka.
Setelah tes praktek selesai, kemudian dilanjut untuk tes tertulis. Semuanya duduk di kursi yang terpisah dan juga berjauhan. Semua pertanyaan berbentuk essay. Inilah satu lagi titik kelemahan Dinda. Ia paling tidak suka mengisi essay. Karena sewaktu sekolah pun saat disuruh mengerjakan soal essay, dia justru malah mengarang bebas. Mungkin lebih mirip membuat cerpen, sampai waktu itu ia terkena hukuman berlari keliling lapangan sendirian.
Berbeda dengan Reka, ia lebih suka essay karena ia bisa mengeluarkan pendapatnya lewat jawaban itu sendiri dengan bahasanya. Tes tertulis berlangsung selama hampir 1 jam lamanya. Dan Dinda mengumpulkan paling terakhir dari teman-temannya.
Reka dan Dinda pun bisa bernafas lega karena telah menyelesaikan tes hari ini. Bel istirahat singkat 10 menit pun berbunyi. Istirahat kali ini Reka manfaatkan untuk memainkan ponselnya sedangkan Dinda berbaring sambil memejamkan matanya sejenak.
Tak terasa bel masuk pun berbunyi kembali, Reka membangunkan Dinda untuk kembali ke ruang training.
"Enak banget rasanya habis ngelenyap Ka, seger lagi ini otak gue."
"Alah dasar *****, cuma rebahan aja langsung mimpi itu gue rasa.
"Hehe itu lu tau Ka."
"Iyalah tau pan gue tau sampe bentuk iler lu kayak gimana gara-gara bantal lu jatoh kemaren malem. Sumpah gue lebih heran kenapa iler lu bisa ngebentuk pulau kayak gitu Din."
"Sialan banget dah segala diomong. Pan gue jadi malu Ka."
Reka pun tertawa cukup kencang, membuat Dinda langsung menutup mulut Reka dengan tangannya. Namun kejahilan Reka pun muncul, ia malah menggigit tangan Dinda. Alhasil Dinda pun teriak kesakitan.
"Reka parah banget tangan gue sampe digigit, manaan merah lagi!"
"Eh iya emang? mana gue liat?" Reka pun penasaran akhirnya melihat tangan Dinda, namun bukannya diberitahu, malah Dinda menepuk kening Reka.
"Asem emang si Dinda! awas aja lu pulangnya."
Dinda pun malah tertawa dengan nafas yang tersengal-sengal.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
.
like.
ak lnjut k keliru 😊
2021-06-04
0
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
semangat kak
2021-05-31
0
Titik pujiningdyah
reka dan dinda tuh kocak banget ya thor ternyata😂😂😂
2021-05-25
1