Author Pov
...SMAN HARAPAN BANGSA...
Keesokan harinya, semua murid dikelas Reka tiba-tiba diadakan ujian dadakan. Beruntung Reka semalam sudah belajar jadi perasaannya sedikit lebih tenang.
"Dinda lu ngapa sih gelisah amat," ucap Reka yang melihat Dinda langsung membuka buku dan menghafal materi yang akan diujikan.
"Diem apa Reka gue lagi belajar, ujiannya 5 menit lagi," kata Dinda yang mulut komat kamit seperti sedang membaca mantra.
"Emang lu mah tebang-tebang, belajar tuh harusnye semalem, lah ini materi sebanyak itu mau lu apalin 5 menit doang itu otak apa celengan," ledek Reka.
"Emang otak sama celengan apa bedanya?" tanya Dinda dengan polosnya.
"Kalau otak itu gak bisa dipaksa buat diisi, lah kalo entuh celengan tinggal lu bongkar dah baru bisa masuk semuanye," kata Reka dan Dinda hanya ber oh ria lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ujian pun dimulai, Reka dengan penuh konsentrasi mengisi soal dengan jawaban yang tepat, sedangkan Dinda seperti cacing kepanasan yang tidak bisa diam.
"Dinda! sini kamu maju ke depan! kerjakan soalnya di samping saya!" kata bu Lastri yang ternyata memperhatikan Dinda sedang berusaha mencoba untuk menyontek ke Reka.
"Sial! Reka awas lu!" kata Dinda sambil menatap tajam ke Reka.
"Makanya belajar," ledek Reka sambil menjulurkan lidahnya.
Ini mah ujiannya double, udah soalnya susah ditambah suruh ngerjain disamping nih guru, makin panas dingin aja, ini jawabannye ape lagi, ya Alloh beri aku petunjukMu.
Beberapa jam kemudian, pelajaran bu Lastri pun selesai, semua murid bisa bernafas lega setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh bu Lastri. Walaupun banyak diantara mereka yang tak yakin dengan jawaban mereka sendiri, terlebih soal itu berbentuk essay.
"Soalnya susah banget sih ya, gue gak yakin nilai gue bagus," kata Winda.
"Lumayan lah," jawab Reka dengan santai.
"Widih bener-bener gak tebang-tebang ini si Reka sama ucapannya kemaren, anda luar biasa," seru Jeki sembari tepuk tangan.
Setelah melewati hari yang cukup menegangkan, akhirnya bel pulang pun berbunyi. Sepulang sekolah, lagi-lagi Dinda merengek supaya Reka mau nongkrong dengan anak-anak merpati. Merpati adalah nama tempat nongkrong Reka and the geng di perkampungannya.
...🍂🍂🍂🍂...
...KAMPUNG SEJAGAD...
"Ayolah Reka, ikut ye," ajak Dinda.
"Sorry Din sebentar lagi pan kite lulus, gue gak mau main-main sekarang," kata Reka yang baru tiba di depan rumahnya.
"Ya udah deh kalau begitu, daah," kata Dinda dengan lesu lalu meninggalkan Reka dan pulang ke rumahnya.
Dinda dan Reka seperti kancing dan benang, kalau salah satu gak ada seperti ada yang kurang. Karena Reka menolak untuk nongkrong akhirnya Dinda pun memilih pulang ke rumahnya.
Reka membuka kunci rumah dengan kunci cadangan, karena biasanya Tina masih berada di restauran. Namun kini berbeda, pintu rumah Reka tidak terkunci.
Loh kok gak dikunci, ape bunda udah pulang ye?
"Assalamualaikum bun, bunda," ucap Reka sambil mencari keberadaan Tina ternyata ada di dapur.
"Bunda tumben jam segini udeh dirumah?" tanya Reka sambil mencium punggung tangan bundanya.
"Sini duduk Ka," ajak Tina sembari menarik tangan Reka lalu keduanya duduk sofa yang ada di ruang keluarga.
"Ade ape bun?"
"Sebenarnye restoran kite sudah bangkrut Ka, bunda udeh cari cara supaye entuh restoran tetep bertahan ternyate gak bisa, akhirnye tadi restorannye bunda jual deh," Tina menghela nafas panjang lalu melanjutkan pembicaraannya.
"Enam bulan lagi pan lu lulus ye, nanti biar bunda jualan dari rumah aje, lu mau kan bantu bunda? kalo bukan lu siapa lagi yang mau bantuin bunda Ka, pan bunda disini sendiri," Reka tersenyum mendengar perkataan bunda yang sangat lembut.
"Iya bun, Reka mau kok. Abus lulus nanti Reka bakal cari kerja biar bunda gak kerja keras lagi ya," kata Reka langsung memeluk bundanya dengan penuh kasih sayang. Tak lama mereka pun melepaskan pelukannya.
"Oh iya, kira-kira kite bakal jualan apa ya?" tanya bunda dengan wajah yang mulai serius.
"Gimane kalo kite jualan roti aja bun, kan roti buatan bunda enak bener tuh, dulu juge direstoran paling laris roti buatan bunda pan," jawab Reka dengan sangat antusias.
"Ah iya, ide bagus oke deh besok sepulang sekolah lu anterin bunda belanja bahan kue ye, sekalian ajak si Dinda buat bawain belanjaan," ajak bunda kemudian terkekeh.
"Siap bunda, Reka mau ke kamar, mau ganti baju, dah bunda," kata Reka kemudian berdiri lalu berlari ke kamarnya. Sedangkan Tina hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum simpul.
Sesampai di kamar, Reka langsung membersihkan kamarnya karena kebiasaannya bangun siang Reka di pagi hari masih belum hilang. Alhasil kamar Reka masih berantakan sekali. Sekarang Tina sengaja membiarkannya, hanya ingin tahu kalau Reka sekarang sudah benar-benar berubah.
Setelah kamarnya bersih dan rapih, Reka pun menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya tersebut. Tak butuh waktu lama Reka pun keluar dari kamar mandi lalu berjalan menuju ruang ganti.
Setelah berganti pakaian, iapun merasakan lapar. Reka keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Sesampai di dapur, Reka melihat Tina sedang menulis sesuatu. Karena penasaran, Reka pun menghampiri sang bunda.
"Lagi nulis apaan bun?" tanya Reka sambil menghampiri bunda di meja makan.
"Ini bahan-bahan kue buat besok yang harus dibeli Ka," jawab bunda yang masih tetap menulis dan Reka pun mengangguk.
"Bunda masak apa hari ini?" tanya Reka sambil mendaratkan bokongnya di kursi.
"Buka aje tudung sajinye, itu ada ayam goreng, sambel terasi, lalap selada sama timun terus ade sayur asem juge," jawab bunda dan mata Reka pun langsung berbinar melihat ada ayam goreng dan sambel terasi kesukaannya dan juga mendiang sang ayah.
Reka pun tiba-tiba teringat ayahnya.
"Kok diem sih? ayok makan katanye laper," ucap bunda membuat Reka tersentak kaget.
"Ah iya bun, Reka cume inget ayah aje. Dulu kalo bunda lagi masak kayak gini Reka sama ayah selalu perebutan kepala ayam," jawab Reka terkekeh kemudian mengambil piring dan mengambil nasi serta lauknya.
"Iye bunda juga lagi kangen ayah, makanya bunda masak kayak gini. Eh abis makan kita ke makam ayah nyok," seru bunda dan Reka pun mengangguk.
"Iya bun, ayok bunda juga makan biar tetep sehat," kata Reka dan mereka pun makan bersama.
Selesai makan, Reka dan bunda bersiap-siap untuk ke makam. Reka mengeluarkan motor matic peninggalan ayahnya dari garasi yang ada di belakang rumahnya. Ia pun melajukan motornya dengan santai sambil menikmati sore hari.
Sesampai di makam, ternyata banyak juga yang berziarah. Reka dan bunda langsung ke tempat terakhir ayahnya disemayamkan.
Mereka berdoa begitu khusu' memanjatkan doa kepada Sang Khalik. Tak terasa air mata keduanya jatuh begitu saja membasahi pipi mereka. Rasa rindu yang menyelimuti hati mereka akan sosok seorang ayah dan suami yang begitu mereka cintai.
Sekarang hanya tinggal kenangan yang menyatu dalam setiap memori yang tersimpan dari masa itu. Lembut tutur katanya, sentuhan tangannya serta senyumannya, semua hanya ada dalam kenangan indah yang tidak bisa disentuh lagi. Hanya dapat diingat dan disimpan rapih.
Kepergian sang ayah membuatnya tersadar akan hatinya yang rapuh saat cinta pertamanya telah tiada. Begitupun bunda, walaupun tutur bicara bunda bar-bar karena darah betawi yang begitu melekat sejak kecil. Justru membuat ayah selalu jatuh cinta pada bunda hingga nafas terakhirnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mei Shin Manalu
Lanjut
2021-06-16
0
coco
mampir LG.
jgn lupa di dear star
2021-06-16
1
hengki30
lanjot
2021-06-15
1