Pagi hari Reka menelepon sang bunda lebih dahulu setelah sebelumnya ia telah selesai memoles wajahnya dengan make up tipis yaitu hanya bedak tabur dan lipgloss.
"Assalamualaikum bunda, bunda maaf baru ngabarin soalnya kemarin Reka ketiduran."
"Waalaikumsalam, iye gak ape-ape. Ntuh abangnye si Dinda juge udah cerite semuanye sama bunda. Syukurlah kalau lu berdua udah nemu kosan yang nyaman."
"Iya bunda alhamdulillah, rezeki buat kite."
"Bunda nanti sore Reka telepon lagi ya, sekarang Reka mau berangkat kerja dulu. Assalamualaikum bunda sehat-sehat dan baik-baik ye bun."
"Waalaikumsalam, iye lu berdua juge ye."
Sambungan telepon pun terputus, Reka dan Dinda yang telah selesai bersiap, keduanya pun keluar dari kamar kos. Setelah sampai di teras Reka dan Dinda bertemu ibu kos.
"Pagi bu," sapa Reka dan Dinda bersamaan.
"Pagi, udah mau berangkat ?" tanya ibu kos.
"Iya bu, kalau begitu saya permisi," pamit Reka dan ibu kos pun mengangguk.
Reka dan Dinda pun berangkat ke kantor. Karena jarak dari kos dan kantor dekat jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki.
...🍂🍂🍂🍂...
...PT. PESONA SAKTI SEJAHTERA...
Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di kantor. Sebelum masuk ke dalam ruang produksi, Reka dan Dinda pun pergi ke kantin untuk sarapan.
"Ka lu cari tempat duduk ye biar gue yang pesenin makanan. Oh iye, lu mau makan ape?" tanya Dinda membuat Reka berpikir sejenak.
"Gue lontong sayur aje deh Din sama aqua botol ya," jawab Reka dan Dinda pun mengangguk.
Dinda pun mengantri untuk membeli sarapan sementara Reka mencari kursi kosong dan ternyata Reka mendapat kursi yang bersebelahan dengan ruang makan khusus direktur.
Reka pun tidak memperdulikannya, memilih untuk memutar kursinya membelakangi dinding kaca tersebut.
"Nih Ka pesenan lu, ayok buruan makan nanti keburu masuk," ucap Dinda sambil meletakkan nampan berisi sarapan untuk mereka berdua.
Beberapa menit kemudian Reka maupun Dinda sudah merasa kenyang dan mereka pun pergi menuju loker khusus untuk produksi.
Bel masuk pun telah berbunyi Reka dan Dinda ikut berbaris untuk melakukan senam pagi. Setelah selesai mereka ikut breefing pagi. Reka dan Dinda masih terasa asing karena mereka belum mengenal orang-orang yang berada di ruang produksi ini.
"Dengan Reka dan Dinda?" tanya seorang laki-laki menghampiri Reka dan Dinda saat telah selesai breefing.
"Iye pak," jawab Reka dan Dinda bersamaan.
"Kalian ikut saya ke ruang training ya soalnya kalian masih belum bisa langsung memegang proses produksi," ucap seorang laki-laki dengan memakai nametag leader.
Setelah memasuki ruang training ternyata didalam sudah ada 3 laki-laki dan 3 perempuan yang juga anak baru seperti Reka dan Dinda. Mereka pun saling berkenalan.
Tanpa sepengetahuan siapapun, Zikri memutuskan untuk patrol ke ruang produksi pagi ini.
"Pak sekarang ada meeting dengan bagian quality control," ucap Hansen sekretaris Zikri.
"Tunda 1 jam lagi, saya mau patrol ke ruang produksi," ucap Zikri kemudian meninggalkan Hansen begitu saja. Sedangkan Hansen hanya menghela nafasnya.
Tidak seperti biasanya pak Zikri sepagi ini patrol. Bahkan ia sering menolak jika diajak patrol ke ruang produksi.
Zikri masuk tanpa ditemani Hansen, semua orang di dalam ruangan produksi begitu terkejut baru kali ini direktur mereka masuk ke ruang produksi karena biasanya hanya sekretarisnya saja.
Zikri berjalan ke seluruh ruang produksi termasuk ruang training yang berada didalamnya. Langkah Zikri terhenti saat melihat Reka berada didalam ruang training tersebut.
Bir Ali yang sebagai leader training melihat Zikri di depan pintu pun langsung membungkukkan tubuhnya memberi tanda hormat pada Zikri.
"Selamat pagi pak."
"Pagi."
Semua peserta training mengikuti arah pandang Bir Ali. Dan mereka pun ikut menirukan yang dilakukan Bir Ali saat bertemu direktur tak terkecuali Reka.
Senyuman tipis yang hampir tak terlihat pun terukir di bibir Zikri. Setelah puas melihat Reka, Zikri pun kemudian pergi dari ruang produksi dan kembali ke ruang kerjanya.
"Tumben banget direktur masuk ke sini, biasanya tidak pernah selama saya bekerja disini baru kali ini saya bisa melihat direktur secara langsung," kata Bir Ali yang didengar oleh semua peserta training.
Mendengar ucapan Bir Ali membuat Reka tercengang ia kemudian bertanya-tanya dalam hatinya.
"Apa karena ada gue disini? ah yang bener aje gue terlalu kepedean, udeh Reka gak usah baper!" ucap Reka dalam hatinya mengerutuki dirinya sendiri.
Mereka pun akhirnya melanjutkan materi kembali. Tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Reka dan Dinda pergi ke loker untuk melepas baju antistaticnya dan juga mengganti sepatunya dengan sepatu biasa.
Sesampainya dikantin, mereka pun mengantri untuk mengambil makan siang mereka.
"Dinda lu yakin mau ngambil daging? emang lu gak takut itu dagingnye nyelap di gigi lu?" tanya Reka memastikan membuat Dinda pun berpikir sejenak. Dinda teringat saat ia terakhir makan daging dan berujung sakit gigi kemudian akhirnya giginya pun harus dicopot karena gusinya sudah sangat bengkak akibat daging yang menempel di sela gigi tersebut dan sulit untuk dilepaskan.
"Gak jadi deh, gue makan ayam aja," Dinda berpindah ke antrian khusus lauk olahan ayam.
Setelah mereka memegang nampan yang berisi makanan, keduanya pun mencari tempat duduk yang kosong. Lagi-lagi mereka dapat di dekat ruang makan khusus direktur. Entah kenapa hati Reka masih tak terima dengan ucapan Zikri. Ia pun memutar kursinya membelakangi ruangan tersebut.
Tanpa Reka sadari, sewaktu Reka duduk ternyata Zikri sudah ada didalam dan memperhatikannya. Zikri hanya tersenyum tipis.
Mungkin belum sekarang saatnya atau mungkin kita tidak akan pernah ada saatnya untuk bersama. Aku telah salah menghadirkan harapan pada hatiku sendiri, padahal jelas-jelas ada seseorang yang sedang membutuhkanku disaat-saat terakhirnya.
Zikri teringat akan istrinya yang tengah terbaring sakit sejak ia melahirkan anak perempuan mereka. Walau keduanya dijodohkan, namun Zikri tidak pernah mengacuhkan ataupun menyakiti istrinya. Terlebih ia sudah memiliki bidadari cantik yang membuatnya menjadi lebih tegar menjalani hidupnya.
Zikri pun memilih untuk segera menyelesaikan makan siangnya yang kemudian bergegas keluar dari ruangan tersebut karena suasana hatinya sedang tidak baik. Sementara Reka dan Dinda pun dengan cepat segera menyelesaikan makan siangnya juga dan bergegas untuk sholat dzuhur.
Beberapa menit kemudian, bel masuk pun telah berbunyi. Reka dan Dinda kembali ke loker produksi dan memakai pakaian serta sepatu antistaticnya. Keduanya pun langsung berjalan ke ruangan training kembali.
Bir Ali pun mulai menerangkan materinya kembali. Semua peserta training pun begitu fokus mendengarkan dan menyimak yang disampaikan oleh Bir Ali. Terlebih Reka dan Dinda yang keduanya sangat buta tentang dunia industri.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mommy_Asya
Zikri inget istri di rumah
2021-06-02
0
.
makin seru, lnjut thor.. 🙋👍
2021-06-01
0
Abu Alfin
jadi inget waktu kerja di perusahaan dulu
🙏🙏🙏✌
2021-05-31
0