Kara termenung di ruangannya, kevin tak menyertakannya dalam meething kali ini.
"Apa aku kasih kevin kesempatan yah? tapi gimana kalau dalam waktu satu bulan aku masih gak cinta sama dia?". Batinnya.
Kevin memang sempurna menurut ukuran para kaum hawa, wajah yang tampan di tunjangi dengan kekayaan yang melimpah, wanita mana yang tak tertarik padanya, hanya kara yang sama sekali tak tertarik menjalin hubungan dengannya, penolakan itu juga yang sedikit melukai harga diri kevin yang tak pernah di tolak itu.
Dua jam terlewat, kevin berjalan ke ruangannya setelah menyelesaikan meethingnya. Wajah suntuknya kian terlihat, kara pun tak berani menyapanya, hanya sekedar memandanginya dari jauh dia sudah dapat menilai bahwa kevin masih menyimpan kesal padanya.
Seharian itu kevin tak menghubungi kara lagi, kara merasa semakin serba salah, sikap kevin padanya kian dingin. Sampai tiba waktunya pulang pun kevin tak menyapa kara. Kevin yang biasanya memaksa untuk mengantarkan kara pulang, namun kali ini kevin terlihat pulang lebih dulu.
Kara menghela nafas berat, serba salah berada di posisinya, meenerima enggan menolakpun tak bisa. Kara memilih pulang dan melupakan sejenak persoalannya dengan kevin, terlalu rumit hingga dia memilih acuh saja.
Sampai di depan gerbang perusahaan kara terlihat sedang menunggu ojol yang di pesannya lewat aplikasi di ponselnya, kara yang sedang menunduk mengangkat kepalanya ketika terdengar suara deru mobil yang di kenalnya lewat di depannya, tanpa menoleh kevin melajukan mobil sportnya melewati kara. Ada rasa aneh di hati kecil kara ketika melihat kevin di depannya tanpa mengajaknya pulang bersama seperti biasanya. Sikap kevin sekarang sangat berbeda dengan ketika dia melamar kara. Kara bisa melihat sorot manik tajam kevin ketika menatapnya seakan ada kebencian disana.
⚘⚘⚘⚘⚘
Keesokan paginya, seperti biasanya kara tengah bersiap untuk pergi bekerja. Dia merogoh tasnya guna mengambil ponselnya disana. Dia akan menghubungi kevin dan memberikannya kesempatan. Semalaman dia memikirkan hal ini, dan sampai pada keputusan untuk menerima kevin sebagai calon suaminya, tak lupa juga dia memakai cincin yang kevin berikan pada saat melamarnya.
Pada sambungan ke tiga kevin mengangkat telponnya.
Tanpa basa basi kevin berbicara pada kara, "Ada apa?". Ucapnya.
"emmmh apa, bapak bisa jemput saya di apartement?". Tanya kara gugup, ada sedikit rasa takut di hatinya akan penolakan kevin, mungkin ini juga yang dirasakan kevin hingga membuat kevin kesal pada kara, begitu pikirnya.
"Untuk apa saya jemput kamu?". Tanya kevin dingin, dari nada suaranya, kara bisa menilai kalau kevin masih marah padanya.
"Ada hal yang mau saya bicarakan pada bapak, apa bapak bisa jemput saya?". Kara kembali bertanya karena kevin tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Baiklah, setengah jam lagi saya sampai".
Tut...
Kevin mematikan sambungan telponnya tanpa menunggu kara menjawabnya, kara hanya bisa menghela nafas berat seraya memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Semoga keputusanku untuk menerimanya benar". Batinnya.
Setengah jam berlalu, kara tengah menunggu kedatangan kevin di depan apartementnya, lebih baik dia yang menunggu dari pada kevin menunggunya, yang sudah pasti akan menambah kemarahan kevin padanya.
Sebuah mobil sport mewah berhenti di depannya, tanpa menunggu lama lagi kara masuk kedalam mobil tersebut. Wajah dingin kevin menyambutnya.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang.
"Ada apa? apa yang mau kamu bicarakan? kalau soal penolakan kamu saya gak perduli lagi, dan buang saja cincin yang saya berikan kemarin". Ucap kevin tanpa menatap kara, pandangannya lurus menatap jalan yang tengah di laluinya.
"Bukan itu yang mau saya bicarakan". Kara menjeda ucapannya, mempersiapkan mentalnya untuk melanjutkan obrolannya. "Saya menerima bapak, dan saya akan memberikan kesempatan pada bapak untuk bisa membuat saya jatuh cinta ke bapak, sebagai buktinya, saya akan selalu memakai cincin ini". Tangan kara terangkat untuk memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
Kevin menepikan mobilnya, dia menatap kara yang berada disampinya yang juga tengah menatapnya. Posisi mereka saling berhadapan satu sama lain.
"Apa kamu serius? kamu tidak sedang mempermainkan saya kan?". Tanya kevin.
"Saya serius pak, saya mau jadi istri bapak". Ucap kara ragu.
"Ada keraguan dari ucapanmu kara, saya tidak mau memaksakan kehendak saya, terserah padamu jika kamu ingin menolak".
"tidak pak, keputusan saya sudah bulat, saya menerima lamaran bapak".
Kevin tersenyum menatap kara, tangannya terulur untuk menggenggam jari tangan kara, "terima kasih".
Kara pun tersenyum membalas ucapan kevin. Entahlah, apa keputusannya benar atau salah, yang pasti dia akan mencoba membuka hatinya untuk kevin walau dia ragu dengan keputusannya sendiri.
⚘⚘⚘⚘⚘
Sampai di kantor kara berjalan di belakang sang bos yang kini berstatus sebagai calon suaminya.
Keduanya memasuki ruangan masing-masing tanpa ada percakapan di antara mereka, suasananya mendadak canggung dan terasa aneh untuk kara. Sementara kevin terlihat biasa-biasa saja.
Tak lama berselang, kevin kedatangan sahabatnya Leo.
"bro gimana kabar lo? maksud gue kabar taruhan lo?". Ucap Leo.
Kevin tersenyum meremehkan, "Apa sih yang gue gak bisa? gue menang dari lo". Ucap kevin bangga.
"oh ya?? tapi dalam taruhan itu, lo bisa di katakan menang jika lo berhasil mengajak dia menikah." Ucap Leo.
"Lo gak percaya sama gue kalau gue berhasil melamarnya?".
"Apa buktinya??". Tantang Leo.
"Lo bisa lihat cincin lamaran gue di jari manisnya."
"Ok gue mau lihat keberhasilan lo". tantang leo.
Kevin mnghubungi kara lewat intercom di mejanya.
"Kara tolong buatkan dua kopi untuk saya dan Leo".
"baik pak".
Berselang beberapa menit kara memasuki ruangan kevin untuk mengantarkan kopi yang diminta oleh sang bos.
"Silahkan pak". Ucap kara.
"Terima kasih nona kara".
Kara tersenyum mengangguk, ada rasa tak suka pada kevin ketika melihat kara tersenyum pada Leo.
"Jika tidak ada lagi, saya permisi pak". Kara hendak melangkah pergi sebelum suara Leo menghentikan langkahnya.
"Nona kara, anda sudah memiliki kekasih?". Tanya Leo berpura-pura tidak tahu.
"Maksud bapak?". Kara bertanya setelah dia kembali membalikan badannya menghadap Leo.
"Ah bukan apa-apa nona kara, saya hanya penasaran melihat cincin yang ada di jari manis nona kara".
"Emmmh itu, maksud saya, cincin ini..."
Kara menjeda ucapannya, dia menatap kevin yang juga tengah menatapnya, seolah mengerti dengan tatapan mata kara maka kevin pun mengangguk tanda setuju jika kara mengatakan yang sebenarnya pada Leo, karena memang itu tujuan kevin. Agar Leo percaya bahwa ia telah melamar kara.
"Cincin ini pemberian dari pak kevin". Ucap kara.
"Wow, sangat mengejutkan nona kara, jadi kevin telah melamarmu?". tanya Leo untuk sekedar meyakinkan kekalahannya dalam bertaruh.
"Iya tuan Leo, ini cincin lamaran darinya, maaf saya permisi". Kara terburu-buru pergi keluar serelah dia menatap kevin sekilas, tampak kevin tersenyum padanya. Kara tidak tahu arti senyuman kevin yang sebenarnya adalah karena dia memenangkan taruhan untuk menaklukannya.
Ah kara yang malang....😥😥😥
gaes gaes jan lupa jempol ya jempol, iya jempol😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
my_dear_Budiarti
biasanya kisah cinta seperti ini, disaat bunga cinta mulai tumbuh, niat utama taruhan terbongkar....
selanjutnya... terserah othor....
2024-09-30
1
Herlina Lina
kevin kamu pasti menyesal
2024-03-21
0
Ita rahmawati
apa yg terjdi klo kara tau 🤔🤔
2024-02-17
0