POSESIF

Kevin yang tak tahan melihat keakraban kara dan aji memutuskan untuk menemui mereka. Dia berjalan seraya memasukan kedua tangannya pada saku celananya.

"Ternyata kamu disini, aku mencarimu ke apartement".

"Pak kevin". Kara menelan ludahnya yang terasa bercokol di tenggorokan, dia tahu kevin akan marah padanya, namun dia berusaha tak perduli akan hal itu.

"Lo ngapain kesini vin?." Tanya aji.

"Pertanyaan itu harusnya buat lo ji, ngapain lo kesini? Gue kesini tentu saja menemui calon istri gue". Kevin menekan setiap kata-katanya, entah mengapa hatinya begitu panas melihat kara dan aji. Padahal dia sendiri sadar, bahwa hubungannya hanyalah kepura-puraan semata. Dan kekesalan kevin pada kara bertambah dengan adanya pemandangan ini.

Aji terdiam mendengar kata-kata kevin, memang benar kara calon istri sahabatnya itu, namun itu semua hanya kebohongan.

"Kara kamu udah selesai kan makannya? kita pulang?". Tanya aji pada kara yang sedari tadi hanya terdiam.

"Tidak, kara bareng gue". Ucap kevin tegas.

"Tapi dia kesini bareng gue, jadi pulang juga bareng gue". Aji bersikeras.

"Lo gak ada hak ngatur-ngatur dia ji, dia calon istri gue kalau lo lupa!!".

"Calon istri? calon istri.."

"Sudah-sudah, mas, aku pulang bareng pak kevin yah, maaf, lain kali kita ketemu lagi". Kara menatap aji dengan memelas, dan aji tak bisa menolak keinginan kara.

Kara memotong ucapan aji, kevin menatap tajam sahabatnya itu, kevin tahu aji akan mengatakan yang sebenarnya, namun beruntungnya kevin, kara memotong ucapan aji.

"Yaudah, kamu hati-hati ya, mas pulang dulu. terima kasih untuk malam ini". Aji bahkan tak segan mengusap puncak kepala kara di depan kevin.

Kara membulatkan matanya, dia tak menyangka aji akan seberani itu di depan kevin. Kevin mengepalkan tangannya, merasa amat marah dengan yang dilakukan aji di depannya.

Setelah kepergian aji, kevin menarik tangan kara untuk keluar dari tempat itu, "Apa saja yang kalian lakukan sebelem aku datang?". Kevin menatap tajam kara, kara dapat merasakan dinginnya sikap kevin.

"Aku dan mas aji hanya makan saja, kami tak melakukan apapun, jangn bicara seolah-olah aku wanita murahan pak kevin yang terhormat". Kekesalan kara belum hilang pada kevin karena ucapan kevin tadi sore, dan sekarang kevin berbicara seolah-olah kara wanita murahan, sungguh membuat kara marah, namun dia masih berusaha menahannya.

"Bagus kara, kamu semakin berani padaku. Kamu sadar bukan kalau kamu sudah menjadi calon istriku? apa pantas kamu pergi berdua saja dengan laki-laki lain?".

"Pak kevin kita itu.."

"Cukup kara, aku tegaskan sekali lagi, aku tidak suka kamu pergi dengan laki-laki lain tanpa seijinku".

Kara memejamkan matanya sejenak, mencoba meredam rasa kesal dihatinya, percuma saja berdebat dengan kevin, karena kevin tidak akan pernah mengalah.

"Dan satu lagi kara, aku ingin secepatnya menikahi kamu, dalam waktu dua minggu ini, kamu harus mempersiapakan dirimu".

"Tapi pak, aku.."

cup...

Lagi-lagu ucapan kara menggantung, kevin mencium bibir kara, tentu saja kara tak bisa berkata apa-apa, dia terlalu kaget dengan apa yang di lakukan kevin padanya. Kevin melepaskan ciumannya, dan kara hanya diam mematung.

"Aku akan melakukan hal yang lebih gila lagi kalau kamu membantahku". Ucap kevin tegas, dia tersenyum melihat kara yang masih diam mematung, kara tersadar setelah tangannya di tarik oleh kevin untuk pergi dari sana dan kembali ke apartement kara. Yang sebenarnya kevin pun tak menyangka dengan apa yang dilakukannya, dia seberani itu pada kara yang statusnya hanya calon istri taruhan saja. Namun entah mengapa dia tak bisa menahan dirinya, kara terlihat lebih menawan dari biasanya, padahal kara tak memakai make up sedikitpun, bahkan dia mencepol rambutnya dengan sembarang. Tapi kara terlihat berbeda di mata kevin.