Alvin Mark sampai di perusahaannya tepat pukul setengah tiga, ia segera memasuki perusahaannya dan disanalah wanita yang ia hindari selama ini sedang duduk di lobi. Wanita itu menatap kesana kemari terkadang ia juga berdiri dan mondar mandir disana. Alvin berbalik, ia akan masuk ke kantornya melalui pintu darurat.
"Mark..." teriak Karen.
Sial...terlambat sudah aku menghindar. pikir Alvin.
Alvin berbalik dan menatap Karen yang sudah ada di dekatnya, lalu pura pura tersenyum.
"Ya Tuhan, sulit sekali menghubungimu mark." ujar Karen.
"Maaf aku sangat sibuk Karen, dan sekarang aku ada meeting." jawab Alvin.
"Aku akan menunggumu disini sampai kau selesai meeting Mark." kata Karen.
Alvin menggeleng. "Aku akan terus sibuk Karen, lebih baik kau pulang sekarang." ujarnya.
"Tapi Mark, aku ingin berbicara padamu. Sudah lama sekali aku ingin mengatakannya." ujar Karen.
"Lain kali saja Karen, aku masuk dulu." jawab Alvin. Ia sedikit berlari agar Karen tak mengejarnya.
Alvin bisa bernafas lega saat melihat wanita itu pergi dari perusahaan dengan wajah yang muram.
Maafkan aku Karen, kau jangan berharap banyak. Aku hanya menyukai Keke. gumam Alvin.
Ia segera masuk ke kantornya, disana Jane sudah menunggunya.
"Apa pak Gibeon sudah sampai?" tanya Alvin.
Jane menggeleng. "Belum pak, tadi asistennya mengatakan mereka akan sampai sekitar 15 menit lagi." jawabnya.
"Baiklah, siapkan saja semua yang akan kita bahas Jane. Jika ia sudah datang, panggil aku." perintah Alvin seraya meninggalkan Jane tanpa menunggu jawaban sekertarisnya.
Alvin memejamkan matanya di sofa, tiba tiba ia rindu pada Keke di rumah sampai akhirnya ia benar benar terpejam. Suara ketukan pintu membuatnya terkejut.
"Masuk..." ujarnya.
"Maaf pak Alvin, pak Gibeon sudah sampai dan menunggu di ruang meeting." ujar Jane.
"Kau duluan masuk, aku akan menyusulmu setelah cuci muka." jawab Alvin.
"Baik pak." jawab Jane lalu meninggalkan atasannya untuk menyambut pak Gibeon.
Tak lama kemudian, Alvin juga masuk ke ruang meeting dan langsung bertemu dengan pria yang hanya setahun lebih tua darinya. Pria itu tinggi dan juga tampan, matanya berwarna biru dan kulit bulenya sangat putih.
"Selamat datang di perusahaan kami pak Gibeon." ucap Alvin.
"Terima kasih pak Mark. Kita langsung saja membahas tujuanku kemari." jawab Gibeon.
Alvin mengangguk anggukkan kepalanya dan menyuruh Gibeon duduk. Pria itu membawa 2 orang asisten.
"Jadi apa penawaran anda pak Gibeon?" tanya Alvin.
Gibeon mengambil koper dan membukanya. Disana ada uang yang mungkin bernilai triliunan. "Aku sudah tahu jika perusahaan anda sangat berkembang dengan pesat, aku juga sangat tertarik dengan pembuatan Manequin anda. Jadi aku menawarkan investasi sebesar seratus juta USD." ujar Gibeon.
Alvin terbelalak. "Wow investasi yang sangat besar pak, tapi apakah anda tahu seperti apa perusahaan kami." ujarnya lalu menyerahkan dokumen perusahaan pada Gibeon.
"Sebesar apapun investasi para investor, aku hanya bisa memberikan 10% keuntungan dari penjualan Manequin milikku. Itu sudah peraturan perusahaan. Dan anda bisa melihat laporan keuangan kami." ujar Alvin.
Gibeon mengangguk anggukan kepalanya. "Melihat dari modal dan kekayaan bersih anda, tentu saja uangku tak ada apa apanya. Aku akan tetap berinvestasi pasif. Aku tak mau ikut andil dalam perusahaan, aku hanya ingin keuntungan tiap bulan masuk ke rekeningku. Dan 10% dari pendapatan perusahaan, jika dilihat dari laporan keuangan ini cukup besar. Jadi aku setuju." jawab Gibeon.
Alvin tersenyum. "Anda yakin tak ingin berpikir terlebih dahulu pak?" tanyanya.
Gibeon mendapat bisikan dari asisten asistennya, lalu menatap Alvin sambil tersenyum. "Aku sangat yakin." jawabnya.
"Baiklah, Jane dokumen perjanjian." pinta Alvin.
Jane menyerahkan pada keduanya. Lalu setelah beberapa menit mereka membacanya, keduanya tetap setuju dan menandatangani kontrak tersebut. Keduanya resmi bekerja sama, jabatan tangan keduanya menandakan kesepakatan dalam jangka panjang. Gibeon akhirnya pamit dari perusahaan.
"Aku heran, mengapa pak Alvin selalu bisa meyakinkan para investor dengan tawaran seperti itu." ujar Jane.
Alvin tertawa. "Apa kau baru mengenalku Jane, tentu saja dengan pendapatan kita seperti itu 10% sangat besar." jawabnya. "Aku akan pulang sekarang, aku sangat merindukan Keke." sambungnya.
Jane mengangguk dan membiarkan atasannya pulang lebih awal. Tapi Jane tersenyum sendiri.
Atasan yang aneh, sudah bertahun tahun ia menganggap Keke seperti manusia. Seandainya Keke benar benar hidup, pasti pak Alvin akan senang dan bahagia. Tapi sayang sekali, pak Alvin lebih suka menjomblo di umurnya yang sudah 30 tahun. gumam Jane.
*****
Rumah mewah bak istana megah terletak di kawasan elit Bougival, Paris. Itulah rumah yang ditempati Alvin Mark bersama Keke. Memiliki 7 pelayan di rumah besar itu, membuat Alvin memang tidak kesepian. Ia segera masuk ke kamarnya, dan memeluk Keke.
"Apa kabarmu sayang, aku sangat merindukanmu. Kau tahu, hari ini aku bertemu dengan Karen lagi dan itu sangat menjengkelkan. Tapi ada kabar bahagia juga, ada investor baru dari Amerika yang menginvestasikan uangnya begitu banyak pada perusahaanku. Aku ingin membawamu jalan jalan Keke. Apa kau sudah makan dan mandi?" tanyanya seperti orang gila.
"Baiklah aku akan mandi sekarang, setelah itu kau temani aku makan malam. Tidak ada kata tidak sayang." ujar Alvin lagi lalu masuk ke kamar mandinya.
Alvin sangat lama jika sudah mandi, ia bisa menghabiskan waktu satu sampai dua jam disana, entahlah apa yang ia lakukan dengan tubuh yang kekar itu. Ia keluar dari kamar mandi dan membalikkan tubuh Keke.
"Kau tak boleh melihatku berganti pakaian Keke, itu akan merusak harga diriku." ujarnya.
Alvin juga tak pernah mengganti pakaian Keke, yang melakukannya tentu saja pelayannya. Walaupun Keke dibuat oleh tangannya sendiri, tapi setelah itu Alvin tak menyentuh atau melihat tubuh Keke sembarangan.
"Baiklah aku sudah selesai, kau ikut aku makan." ujar Alvin sambil mengangkat tubuh Keke.
Pelayan menyambutnya di ruang makan, ia mendudukkan Keke di sebelahnya dan menyediakan makanan buat Keke. "Makanlah agar kau selalu sehat." ujarnya.
Jika orang lain melihat tingkahnya pertama kali, mungkin benar benar menganggap Alvin pria gila. Tapi orang di sekitarnya sudah sangat paham dengan apa yang dilakukan Alvin, ia selalu melakukan itu karena menganggap Keke benar benar seperti manusia. Itulah mengapa ia tak butuh wanita lain untuk berada disampingnya. Selain ia belum menemukan yang cocok, ia juga tak ingin pasangannya menyuruhnya membuang Keke dari hidupnya.
Bagi Alvin siapapun wanita yang akan menikahinya kelak, maka istrinya harus terima menjadi wanita kedua setelah Keke. Alvin menyelesaikan makannya lalu membawa Keke ke ruang santai untuk menonton televisi sambil mengobrol.
"Bagaimana caraku menghindari Karen? Aku tak menyukai wanita itu Keke. Aku tetap menyukaimu disampingku." ujar Alvin.
"Keke, aku ingin sekali membawamu ke perusahaan. Tapi aku tak ingin pria lain menatapmu. Tapi aku juga selalu merindukanmu setiap waktu. Keke katakan sesuatu padaku." ujar Alvin lagi. "Sudahlah, kau memang lebih suka diam daripada berbicara padaku. Sekarang lebih baik kita tidur, tentu saja kau harus tidur disampingku." sambungnya sambil membawa Keke ke kamarnya.
Alvin Mark merasa lelah dan akhirnya ia tertidur bersama Keke, Manequin cantik kesayangannya.
*****
1...
2...
3...
Next Part 3
Happy Reading All...😘
ILUSTRASI MANEQUIN KEKE👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
astaga..... kenapa aku membayangkan yang iya iya
2023-01-05
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
ehhhh ehhhh ehhhh....
2023-01-05
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
andai aja si Keke jadi manusia. betapa bahagia si Alvin
2022-11-07
0