...Setelah pulang sekolah, Moza dan Veronika dijemput oleh Stevan. Karena ia meminta pulang lebih awal agar bisa menjemput adik adiknya lalu bertemu dengan kekasihnya....
"Tumben Moza gak dianterin sama temennya." sindir Stevan.
"Hari ini Satria ada kepentingan, jadi gak bisa nganterin aku dulu." Jelas Moza sembari cemberut.
"Gitu yaa."
...Moza dan Veronika naik mobil ditempat yang berbeda agar tidak menimbulkan banyak pertanyaan dari siapapun....
"Ver, kak Sarah mah ke Jepang." Ucap Stevan.
"Kapan kak?" Tanya Veronika.
"Katanya Minggu depan, nanti kakak mau ketemu sama Sarah. Mau nitip pesan gak?" Tanya Stevan, karena Veronika selalu meminta oleh oleh dari Jepang.
"Sarah siapa?" Tanya Moza.
"Itu loh, pacarnya kak Stevan." Sahut Veronika.
"Pacar.."
"Iya."
...Moza merasa badmood saat mendengar jika Stevan sudah mempunyai pacar. Namun tidak ada yang bisa dia lakukan untuk itu, Protes pun tidak berhak....
...Sampainya dirumah, Moza pergi begitu saja tanpa berterima kasih kepada Stevan. Dan tidak menyapa Lina....
"Adara kenapa Veronika?" Tanya Lina bingung.
"Gak tahu ma, mungkin lagi badmood aja." Ucap Veronika.
...Stevan bingung dengan sikap yang ditunjukan oleh Moza saat mendengar jika dirinya mempunyai pacar. Rasanya ada sesuatu yang membuat Moza ngambek....
...Stevan memutuskan untuk menemui Moza dikamarnya. Agar tidak menjadi ngambek yang berkelanjutan....
...Tok..Tok..Tok.. Stevan mengetuk pintu kamar Moza, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar itu. Lalu Stevan berinisiatif untuk masuk kedalam....
"Mozaa..." Stevan mencari keberadaan Moza.
"Aaahhh." Teriak Moza dari dalam kamar mandi.
"Moza.." Stevan menghampiri asal suara itu.
"Aaawwww." Moza meringis kesakitan.
"Moza kamu kenapa?" Tanya Stevan.
"Kak stevan ngapain di kamar aku?" Tanya Moza.
...Tanpa menjawab Stevan mengangkat tubuh Moza lalu menidurkannya di ranjang. Moza yang tidak berbusana hanya memakai piyama Handuk merasa malu saat Stevan memangkunya....
"Ada yang sakit gak?" Tanya Stevan.
"Nggak ada kak." Sahutnya.
"Syukurlah."
"Kakak ngapain dikamar aku?" Tanya Moza.
"Maaf kalau kakak lancang, kakak cuma mau tanya kamu kenapa? Sepanjang perjalanan dari sekolah ke rumah kok manyun aja." Ucap Stevan.
"Aku gapapa kok, cuma badmood aja." Sahutnya dengan bibir cemberut.
"Kamu kalo cemberut gitu jelek." Stevan mencubit pipi bulat Moza.
"Aaww, kak sakit tahu. Gapapa jelek masih ada yang mau ini." Sahut Moza.
"Senyum dong." Pinta Stevan.
"Gamau."
"Terus maunya apa?" Tanya Stevan memancing.
"Mau dipeluk sama cium." Kata Moza mengetes.
"Zaa, kita ini adik kakak. Gak pantes kalo peluk cium gitu." Ucap Stevan. Padahal dalam hatinya ia ingin sekali mencium Moza.
"Tapi kakak sama Veronika bisa. Padahal kan kalian saudara kandung." Kata Moza.
"Beda dong Zaa, kita itu tidak saling punya nafsu. Tapi kan kakak sama kamu gak ada hubungan darah." Jelas Stevan.
"Kalo gitu bagus dong, kita bisa berciuman dalam Islam pun gapapa mungkin karena tidak ada hubungan darah." Moza terus saja mencari pembenaran.
"Zaa, oke. Tapi kamu janji gak akan marah lagi sama kakak."
"Aku bukan marah kak. Aku cuma cemburu ternyata kakak punya pacar."
"Tapi kakak lebih dulu mengenal Sarah dibanding kamu. Dan kakak juga sayang sama kamu."
"Kalo sayang kenapa kita gak ciuman?"
"Moza, kamu serius? Maksud kakak, kamu ngajak kakak berciuman. Kamu itu masih SMA." Kata Stevan.
"Kalo cuma ciuman sama pelukan aku juga gak polos polos amat kak."
"Zaa, awas ya kamu..." Stevan mendekati Moza.
...Wajahnya saling berdekatan dan tatapannya pun semakin dalam. Stevan merasa tidak pernah se dag-dig-dug seperti ini bertatapan dengan perempuan sekalipun itu Sarah....
"Zaa, maaf kakak gak bisa melakukan itu." Stevan pergi ke kamarnya untuk bersiap.
...Stevan bersiap untuk menemui kekasihnya, sementara itu Moza masuk kekamar Stevan diam diam....
"Udah rapih aja, mau kemana kak." Tanya Moza.
"Kakak mau ketemu sama Sarah." Sahutnya sembari merapikan pakaiannya.
"Hmm, gitu.. Yaudah semoga sukses." Ucap Moza sembari bergerutu.
"Kamu kenapa sih Za? kamu cemburu." Tanya Stevan.
"Menurut kakak?"
"Kakak gak paham dengan arti cemburu yang kamu punya. Apa yang perlu di cemburui dari hubungan kita." Kata Stevan.
"Emang ya, gak ada yang bisa mengerti perasaan aku." Moza meninggalkan kamar Stevan dan membanting pintu.
"Moza.. kamu kayak anak kecil banget." Gumamnya.
...Moza masuk ke kamarnya dan mengunci pintu, ia menangis sendirian didalam kamar. Entah apa yang merasukinya hingga ia bersikap kasar kepada kakak tirinya....
...Namun di hati Moza timbulah rasa bersalah karena sudah membanting pintu. Namun rasanya malu untu meminta maaf....
...Stevan berangkat ke tempat Sarah. Lalu ia tak sengaja melihat Sarah yang sedang berbicara dengan lawan jenis. Hingga ada saatnya dimana laki laki itu mencium tangan Sarah dengan mesra sehingga Sarah tersenyum....
...Sarah melihat keberadaan Stevan, ia melepaskan genggaman tangan Bagas....
...Bagas adalah teman sekolahnya dulu, mereka saling mempunyai rasa suka satu sama lain. Namun hanya karena gengsi mereka enggan mengakui perasaannya. Namun saat Sarah berhubungan dengan Stevan mereka bertemu kembali sehingga membangunkan rasa itu yang sudah lama terpendam....
...Secara tak sadar Sarah berhubungan dengan Stevan tidak atas dasar cinta, namun hanya sebatas mengagumi karena cara Stevan treat like a Quin terhadap Sarah....
"Stevan.. Kamu lihat semuanya?" Tanya Sarah.
"Iya, itu sangat jelas Sarah. Kenapa kamu tidak bilang kalo kamu tidak mencintai saya? Kenapa kamu membohongi diri sendiri?" Ucap Stevan dengan hardiknya.
"Maafkan aku stev, tapi aku selalu berusaha untuk mencintai kamu. Tapi dengan kedatangan Bagas kembali membuat rasa itu seketika hancur lagi. Susah payah aku berusaha mencintai kamu, namun rasanya sulit mencintai kamu sepenuhnya."
"Ternyata selama kita bersama kamu tersakiti oleh perasaanmu sendiri. Maaf Sarah kita harus mengakhiri hubungan ini." Stevan pergi meninggalkan Sarah dan Bagas.
"Stevan, aku mohon tunggu.. Kita mulai dari awal lagi, aku mau berusaha lagi." Ucap Sarah memohon.
...Namun Stevan terus saja berjalan menuju mobilnya, Sarah terus mengejar mobil Stevan namun sayang ia terjatuh dan Bagas segera menolongnya. Melihat itu di kaca spion, membuat Stevan semakin yakin tidak ada lagi yang bisa di rubah dari Sarah....
...Stevan pulang kerumah ibunya, lalu mengirim pesan kepada Moza....
"Moza aku butuh kamu."
"Kakak kenapa?"
"Kakak butuh kamu. Apa kamu bisa kerumah kakak sekarang, tapi jangan sampai ada yang tahu kalo kita akan bertemu."
"Tapi kak."
"Kalo kamu tidak mau, tidak apa apa."
...Tanpa basa basi Moza segera bersiap untuk pergi ke rumah Stevan. Tanpa diketahui siapapun....
...Sampainya dirumah Stevan, Moza segera masuk namun tidak ada siapapun di rumah itu. Lalu Moza pergi ke kamar Stevan. Lampu kamarnya mati hanya cahaya lampu LED yang mencahayai ruangan tersebut....
...Stevan menarik tangan Moza lembut lalu memeluknya dari belakang, membuat Moza terhanyut dalam pelukan itu....
"Aku butuh kamu saat ini." Stevan berbisik. Tercium aroma tidak sedap dari mulut Stevan.
"Kakak minum?" Tanya Moza.
"Sedikit, itu tidak masalah?" Tanya Stevan.
"Tidak, tapi aku kira kakak tidak minum."
"Aku hanya berusaha menjadi baik di hadapan Ibu dan Veronika. Tapi percayalah kakak tidak seburuk itu, yaa sewajarnya aja seorang laki laki." Ucap Stevan.
...Mendengar itu, Moza sedikit terkejut karen didalam cerita ibunya Stevan adalah sosok laki laki yang sempurna. Namun ia bisa melihat sisi lain dari Stevan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments