"Moza, Lo lagi ngapain?." Tanya Veronika.
Moza melepaskan genggaman tangannya, ia kaget dengan kedatangan Veronika yang tiba tiba.
" nggak.. eh .. itu tangan kak Stevan dingin banget Ver, Apa kita ke rumah sakit aja ya!." Ucap Moza gugup.
"Kak, kita kerumah sakit ya! Aku telpon ibu sekarang." Veronika mengambil ponselnya untuk menelpon ibunya.
"Gak usah Vero, kakak gapapa kok. Jangan repotin ibu." Ucap Steven.
"Yaudah, Ver kasih obat itu aja dulu. Kakak udah makan?." Tanya Moza, Steven menggelengkan kepala.
"Yaudah bentar, Veronika belikan bubur ya! Gauri loe tungguin disini. Cuma didepan kok gak lama." Ucap Veronika kemudian bergegas ke luar komplek menggunakan sepeda.
Di kamar itu hanya ada Moza dan Stevan, Perasaan senang bercampur khawatir Moza terus menggenggam tangan Stevan. Perlahan tangan Stevan hangat, kemudian Moza melepaskan genggamannya.
"Kok dilepas." Tanya Stevan.
"Takutnya Veronika salah paham, lagi pula tangannya udah hangat kok sekarang. Kaka cepet sembuh ya! Aku khawatir melihat kak Stevan sakit gini." Ucap Moza menatap mata Stevan yang sayu.
"Makasih kamu udah khawatir, kamu memang adik yang sayang sama kakaknya " Ucap Stevan sembari tersenyum.
"Iya dong, aku sayang banget sama Kakak. Mau peluk." Ucap Moza.
Stevan membukakan tangannya, Moza memeluknya erat. Begitupun sebaliknya, Stevan memeluk Gauri. Ia merasakan kenyamanan yang ada didalam pelukan itu. Kemudian mereka saling melepaskan pelukan, suara pintu terdengar terbuka tanda Veronika sudah kembali.
"Kak, makan dulu ya. Biar aku siapin." Ucap Veronika kemudian duduk disisi kasur.
Veronika menyuapi kakaknya, sementara itu Moza menyiapkan obat untuk diminum Stevan.
"Ver, Lo jadi nginep dirumah gue? Terus kak Stevan gimana?." Tanya Moza
"Kayaknya untuk sekarang gak dulu deh, kak Stevan sendirian lagi sakit. Gatau besok, itu juga kalo kakak udah sembuh." Sahut Veronika.
"Gapapa kok Vero, kakak bisa jaga diri. Lagi pula sekarang kakak udah baikan, kalo kamu mau nginep gapapa kakak sendirian." ucap Stevan menyela.
"Serius? udah baikan." Tanya Moza.
"Iya, udah sekarang mana obatnya. Pasti langsung sembuh kalo udah minum obat." Ucapnya meyakinkan.
"Aku gak yakin deh, aku tahu kalo kaka sakit itu gimana. Manja banget." Ucap Veronika membuat Stevan tersipu malu.
"Apaan manja. Gak ya." Stevan mencubit pipi Veronika, kemudian mereka saling tertawa.
Moza merasa senang berada dikeluarga ini, melihat canda tawa keluar dari kakak beradik ini. Sudah lama ia tidak merasakan hal ini selain bersama teman temannya.
Sementara itu dirumah, Bram pamit ke kantor.
"Sayang, aku berangkat kekantor ya! Kamu baik baik dirumah. Nanti kalo mereka udah balik lagi bilangin papa ke kantor. Semoga mereka bisa lebih akrab lagi." Ucap Bram.
"Iya pah, kamu hati hati dijalan. Jangan lupa makan siang aku udah bekalin kamu makan siang, biar lebih sehat lagi gak makan sembarangan diluar." Pesan Lina.
"Baik bos ku, kalo soal masak kamu memang nomor satu. Kayaknya aku gak makan diluar lagi deh selain sama kamu." Bram memuji istrinya.
"Kamu bisa aja. Yaudah aku antar kemobil ya."
"Iya sayang,."
Pengantin baru itu jalan bergandengan tangan walaupun sekedar keluar rumah. Lina mencium tangan suaminya, sebaliknya Bram mencium kening Lina.
Lina melambaikan tangan kearah suaminya yang sekarang mengemudi mobil menuju kantornya. Setelah sekian lama, Lina merasakan kembali menjadi seorang istri. Ia berharap ini menjadi pernikahan yang terakhir bahkan jika maut memisahkan ia ingin pergi berdua bersama suaminya.
Lina menelpon Veronika yang belum juga sampai, padahal hanya untuk mengambil beberapa baju.
Telpon berlangsung.
"Vero, kamu udah sampe rumah?."
"Udah Bu, ini aku lagi siap siap beresin baju sama Moza."
"Serius, jadi kalian udah bisa menerima satu sama lain."
"Apaan sih Bu, ya udah dong. Kan ini untuk selamanya."
"Ibu senang sekali mendengarnya. Nanti malam kita rayakan."
"Segitunya Bu."
"Iya dong sayang, ini itu hal yang sangat membahagiakan. Akhirnya kamu bisa menerima pernikahan ini."
"Aku udah sadar Bu, ini untuk kebahagiaan dan kebaikan ibu sendiri. Mulai sekarang aku akan menjadi support sistem untuk ibu."
"Syukurlah, Oh iya. Kakak kamu ada dirumah?."
"Ada Bu, tadi habis makan."
"Sekalian nanti malam ajak ya! kita barbeque an di taman rumah."
"Hahaha.. Iya Bu."
"Yaudah ibu tutup ya telponnya. Sampai nanti ."
"Iya Bu, bye."
Lina menutup telponnya, Veronika membesarkan volume telponnya agar Stevan dan Moza juga mendengar apa yang ia bicarakan bersama ibunya.
"nanti kakak usahain datang." Ucap Stevan. Ia ingin sekali datang.
"Kalau kakak masih sakit jangan paksain ya! Kalo perlu kita atur jadwal lagi.Biar aku yang ngomong sama ibu." Ucap Veronika.
"Gapapa kok, sekarang juga udah baikan." Sahut Stevan.
"Ver, emang kakak loe keras kepala ya? ngeyel banget si." Canda Moza.
"Banget Moza." Sahut Veronika.
Stevan tertawa mendengar itu, sementara itu Veronika membereskan baju baju yang akan ia bawa kerumah barunya bersama ayah tirinya.
Melihat Stevan yang membaik, Veronika dan Moza akhirnya pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments