Malam pun tiba, Bram membawa Lina untuk kerumahnya malam ini. Stevano pun menyarankan hal itu, mengingat Veronika belum juga memberi restu. Ia takut akan ada hal yang tidak di inginkan di rumahnya.
"Mama tinggal di rumah om Bram aja untuk saat ini. Biar aku yang jagain Veronika di rumah."Ucap Stevano sembari membawa koper milik ibunya.
"Mama titip Vero ya sayang, kamu sering kasih kabar tentang Vero untuk mama ya!." Pesan Lina.
"Iya ma, Om titip mama saya ya! Saya pulang dulu ke rumah." Stevano menyalami ayah barunya.
"Iya Stevan, sekarang kan ibu kamu sudah jadi istri saya." Ucap Bram tersenyum.
Kemudian Bram dan Lina masuk kerumah kemudian bertemu dengan Gauri.
"Loh pah, kan Stevan mana?." Tanya Moza sambil celingak celinguk mencari keberadaan kakak barunya.
"Kakakmu pulang Moza." Sahut Lina.
Moza berlari ke arah pintu, nampak Stevan yang hendak masuk kedalam mobil menoleh ke arah Moza.
"Kak .. "
"Ada apa Moza? Aku mau pulang." Sahutnya menutup kembali pintu mobil.
"Kaka gak nginep disini? padahal aku seneng loh kalo kakak tidur di rumah aku." Ucapnya lembut.
"Nggak dulu, soalnya di rumah kan ada Veronika. Kakak gak mungkin ninggalin dia sendirian, apalagi kan dia sekarang lagi ngambek." Ucap Stevano membuat Moza sedikit kecewa.
"Tapi kapan kapan kakak nginep disini ya!." Ucapnya sembari membuat ekspresi yang menggemaskan.
Ekspresi wajah itu membuat Stevan ingin mencubitnya.
"Iya deh." Stevan tersenyum.
"Hati Hati ya!!." Ucapnya kemudian melambaikan tangannya.
Dengan wajah yang datar Stevano masuk kedalam mobilnya kemudian meninggalkan rumah Moza.
"Gemes banget si gue sama Moza, Cantik dan lucu." Ucapnya pelan sembari mengendarai mobil.
Suasana rumah yang sepi, tanpa ada kehangatan keluarga lagi. Veronika merasa kesepian tanpa kakak dan ibunya, dengan fikiran yang belum dewasa Veronika seringkali merajuk.
Ia pikir hidup hanya bertiga saja sudah cukup tanpa kehadiran ayah. Karena mereka sudah terbiasa tanpa sosok ayah, Veronika tidak ingin kasih sayang ibunya terbagi untuk Bram dan anak tirinya.
Mungkin mulai saat ini ia harus terbiasa hidup sendiri tanpa ibunya lagi.
"Veronika, kakak pulang." Teriak Stevan dari bawah.
Veronika segera menghampiri Stevan.
"Ibu mana?." Tanya Veronika dengan mata yang sembab.
Stevano menghampiri adiknya, kemudian memeluknya erat.
"Vero, kamu hari ini harus menerima kenyataan bahwa ibu kita sudah menikah lagi dengan Om Bram." Ucapnya pelan.
"Aku gak mau kak.. aku gak mau kasih sayang ibu terbagi." Ucapnya sembari menangis.
"Sudah cukup ibu merasakan kesendirian ini Vero, kita juga harus ikut bahagia ya! Kasih sayang ibu gak akan terbagi untuk siapapun." Ucap Stevan menenangkan Vero sehingga ia berhenti menangis.
"Tapi sekarang ibu mana?." Tanya nya memastikan.
"Ibu sekarang di rumah Om Bram, kalo kamu mau ketemu ibu kakak antar kesana. Tapi kamu harus janji untuk bersikap baik kepada om Bram dan keluarganya." Ucap Stevano mengingatkan.
Veronika mengangguk. Kemudian dia bersiap siap untuk bertemu dengan ibunya. walaupun berat ia mencoba untuk menerima, Walau tidak secepat itu.
Stevano melihat ponselnya yang dari tadi tidak ia pegang. Terdapat pesan ucapan selamat untuk ibunya, Karena tidak semua yang ia undang datang.
Veronika turun dari tangga kemudian mengajak kakaknya untuk sebera berangkat kerumah Bram.
Mereka menaiki mobil dan segela mengemudi ke rumah Bram.
Dirumah Bram...
"Bentar ya sayang, aku keruang kerja dulu. Mau lihat laporan di kantor hari ini." Ucap Bram kemudian meninggalkan Lina di ruang tengah.
Moza datang kemudian menyapa Lina, tidak ada kecanggungan di sana.
"Bu, ayah mana?." Tanya Mosa basa basi.
"Ayah ke ruang kerjanya dulu Moza." Ucap Lina.
"Oh iya Bu aku mau tanya tentang ka Stevan dong." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.
"Ada apa dengan Stevan? Moza."
"Cuma pengen tau aja karakter anak ibu itu gimana sih.. Hehe." Ucapnya cengegesan.
"Stevan itu orang nya baik, bertanggung jawab dan dewasa. Setelah ayahnya tiada, Stevan lah yang menjadi sosok kakak dan anak yang baik." Ucap Lina sembari tersenyum mengucapkan nya.
"Oh ya??.. Terus, terus."
"Iyaa, dia itu orangnya penuh kasih sayang. pokonya semua ada di dia, Gauri nanti juga kamu akan merasakan kasih sayang dia." Ucap Lina mengusap tangan Moza.
Moza hanya tersenyum salah tingkah, tidak salah ia mengagumi Stevan.
Pintu di ketuk.. Stevan datang bersama Veronika, membuat Lina lega.
"Sayang... " Lina berjalan menghampiri Veronika kemudian memeluknya dan meneteskan air mata.
"Bu, maafin Vero ya! Vero egois." Ucapnya sbari menangis lagi.
"Gapapa sayang, ibu ngerti kok. Maafin ibu ya gak ngerti sama perasaan kamu, sehingga ibu memutuskan untuk menikah tanpa kamu."Ucap Lina yang juga menangis.
Melihat itu Moza menjadi melow. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan hangat seorang ibu, ia merindukan sosok ibu.
Moza meneteskan air matanya tak tersadar Stevan juga melihatnya menangis, Moza tersenyum kemudian ia pergi ke taman di belakang rumahnya.
"Bu, bentar ya!." Ucap Stevan, ia berjalan mengikuti Moza.
Ditaman itu, ia melihat Moza yang menangis. baru kali ini ia melihat gadis itu menangi, karena dari awal bertemu Moza adalah sosok yang periang.
"Mama, aku kangen." Moza menangis sesenggukan.
Stevan melihat hal itu bingung, apa yang harus ia lakukan. mengingat ia juga pernah merasakan merindukan seseorang.
Sebuah tangan menyentuh rambut Moza, membuat Moza kaget kemudian menoleh ke orang tersebut.
"Kakak."
"Kamu kenapa?." Tanya Stevan kemudian duduk di sebelah Moza.
"Gapapa kak, aku cuma kangen sama mama." Ucapnya sembari mengusap air matanya.
"Kakak paham kok rasanya seperti apa. Sekarang kan sudah ada ibu, kamu anggap ibu sebagai ibu kamu." Stevan memeluk tubuh mungil Moza.
"makasih ya kak, ternyata ibu benar. Kakak adalah sosok penyayang." Ucapnya merasa tenang didalam pelukan laki-laki ini.
"Ibu bilang apa emang?." Tanya Stevan melepaskan pelukannya dan menatap wajah Moza.
Moza merasa salah tingkah kala Stevan menatap matanya.
"Boleh cium gak?." Spontan Moza menanyakan hal itu.
Mendengar itu, Stevan kaget. Ada apa dengan anak ini.
" Gak boleh." Ucapnya Stevan beranjak untuk pergi.
Moza merasa sedih, tak di sangka rupanya Stevan mencium rambutnya sebelum ia pergi.
Rasanya jiwanya menari nari di dalam tubuhnya, kejadian ini tidak akan ia lupakan seumur hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments