Episode 3

Malam pun tiba, Bram membawa Lina untuk kerumahnya malam ini. Stevano pun menyarankan hal itu, mengingat Veronika belum juga memberi restu. Ia takut akan ada hal yang tidak di inginkan di rumahnya.

"Mama tinggal di rumah om Bram aja untuk saat ini. Biar aku yang jagain Veronika di rumah."Ucap Stevano sembari membawa koper milik ibunya.

"Mama titip Vero ya sayang, kamu sering kasih kabar tentang Vero untuk mama ya!." Pesan Lina.

"Iya ma, Om titip mama saya ya! Saya pulang dulu ke rumah." Stevano menyalami ayah barunya.

"Iya Stevan, sekarang kan ibu kamu sudah jadi istri saya." Ucap Bram tersenyum.

Kemudian Bram dan Lina masuk kerumah kemudian bertemu dengan Gauri.

"Loh pah, kan Stevan mana?." Tanya Moza sambil celingak celinguk mencari keberadaan kakak barunya.

"Kakakmu pulang Moza." Sahut Lina.

Moza berlari ke arah pintu, nampak Stevan yang hendak masuk kedalam mobil menoleh ke arah Moza.

"Kak .. "

"Ada apa Moza? Aku mau pulang." Sahutnya menutup kembali pintu mobil.

"Kaka gak nginep disini? padahal aku seneng loh kalo kakak tidur di rumah aku." Ucapnya lembut.

"Nggak dulu, soalnya di rumah kan ada Veronika. Kakak gak mungkin ninggalin dia sendirian, apalagi kan dia sekarang lagi ngambek." Ucap Stevano membuat Moza sedikit kecewa.

"Tapi kapan kapan kakak nginep disini ya!." Ucapnya sembari membuat ekspresi yang menggemaskan.

Ekspresi wajah itu membuat Stevan ingin mencubitnya.

"Iya deh." Stevan tersenyum.

"Hati Hati ya!!." Ucapnya kemudian melambaikan tangannya.

Dengan wajah yang datar Stevano masuk kedalam mobilnya kemudian meninggalkan rumah Moza.

"Gemes banget si gue sama Moza, Cantik dan lucu." Ucapnya pelan sembari mengendarai mobil.

Suasana rumah yang sepi, tanpa ada kehangatan keluarga lagi. Veronika merasa kesepian tanpa kakak dan ibunya, dengan fikiran yang belum dewasa Veronika seringkali merajuk.

Ia pikir hidup hanya bertiga saja sudah cukup tanpa kehadiran ayah. Karena mereka sudah terbiasa tanpa sosok ayah, Veronika tidak ingin kasih sayang ibunya terbagi untuk Bram dan anak tirinya.

Mungkin mulai saat ini ia harus terbiasa hidup sendiri tanpa ibunya lagi.

"Veronika, kakak pulang." Teriak Stevan dari bawah.

Veronika segera menghampiri Stevan.

"Ibu mana?." Tanya Veronika dengan mata yang sembab.

Stevano menghampiri adiknya, kemudian memeluknya erat.

"Vero, kamu hari ini harus menerima kenyataan bahwa ibu kita sudah menikah lagi dengan Om Bram." Ucapnya pelan.

"Aku gak mau kak.. aku gak mau kasih sayang ibu terbagi." Ucapnya sembari menangis.

"Sudah cukup ibu merasakan kesendirian ini Vero, kita juga harus ikut bahagia ya! Kasih sayang ibu gak akan terbagi untuk siapapun." Ucap Stevan menenangkan Vero sehingga ia berhenti menangis.

"Tapi sekarang ibu mana?." Tanya nya memastikan.

"Ibu sekarang di rumah Om Bram, kalo kamu mau ketemu ibu kakak antar kesana. Tapi kamu harus janji untuk bersikap baik kepada om Bram dan keluarganya." Ucap Stevano mengingatkan.

Veronika mengangguk. Kemudian dia bersiap siap untuk bertemu dengan ibunya. walaupun berat ia mencoba untuk menerima, Walau tidak secepat itu.

Stevano melihat ponselnya yang dari tadi tidak ia pegang. Terdapat pesan ucapan selamat untuk ibunya, Karena tidak semua yang ia undang datang.

Veronika turun dari tangga kemudian mengajak kakaknya untuk sebera berangkat kerumah Bram.

Mereka menaiki mobil dan segela mengemudi ke rumah Bram.

Dirumah Bram...

"Bentar ya sayang, aku keruang kerja dulu. Mau lihat laporan di kantor hari ini." Ucap Bram kemudian meninggalkan Lina di ruang tengah.

Moza datang kemudian menyapa Lina, tidak ada kecanggungan di sana.

"Bu, ayah mana?." Tanya Mosa basa basi.

"Ayah ke ruang kerjanya dulu Moza." Ucap Lina.

"Oh iya Bu aku mau tanya tentang ka Stevan dong." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.

"Ada apa dengan Stevan? Moza."

"Cuma pengen tau aja karakter anak ibu itu gimana sih.. Hehe." Ucapnya cengegesan.

"Stevan itu orang nya baik, bertanggung jawab dan dewasa. Setelah ayahnya tiada, Stevan lah yang menjadi sosok kakak dan anak yang baik." Ucap Lina sembari tersenyum mengucapkan nya.

"Oh ya??.. Terus, terus."

"Iyaa, dia itu orangnya penuh kasih sayang. pokonya semua ada di dia, Gauri nanti juga kamu akan merasakan kasih sayang dia." Ucap Lina mengusap tangan Moza.

Moza hanya tersenyum salah tingkah, tidak salah ia mengagumi Stevan.

Pintu di ketuk.. Stevan datang bersama Veronika, membuat Lina lega.

"Sayang... " Lina berjalan menghampiri Veronika kemudian memeluknya dan meneteskan air mata.

"Bu, maafin Vero ya! Vero egois." Ucapnya sbari menangis lagi.

"Gapapa sayang, ibu ngerti kok. Maafin ibu ya gak ngerti sama perasaan kamu, sehingga ibu memutuskan untuk menikah tanpa kamu."Ucap Lina yang juga menangis.

Melihat itu Moza menjadi melow. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan hangat seorang ibu, ia merindukan sosok ibu.

Moza meneteskan air matanya tak tersadar Stevan juga melihatnya menangis, Moza tersenyum kemudian ia pergi ke taman di belakang rumahnya.

"Bu, bentar ya!." Ucap Stevan, ia berjalan mengikuti Moza.

Ditaman itu, ia melihat Moza yang menangis. baru kali ini ia melihat gadis itu menangi, karena dari awal bertemu Moza adalah sosok yang periang.

"Mama, aku kangen." Moza menangis sesenggukan.

Stevan melihat hal itu bingung, apa yang harus ia lakukan. mengingat ia juga pernah merasakan merindukan seseorang.

Sebuah tangan menyentuh rambut Moza, membuat Moza kaget kemudian menoleh ke orang tersebut.

"Kakak."

"Kamu kenapa?." Tanya Stevan kemudian duduk di sebelah Moza.

"Gapapa kak, aku cuma kangen sama mama." Ucapnya sembari mengusap air matanya.

"Kakak paham kok rasanya seperti apa. Sekarang kan sudah ada ibu, kamu anggap ibu sebagai ibu kamu." Stevan memeluk tubuh mungil Moza.

"makasih ya kak, ternyata ibu benar. Kakak adalah sosok penyayang." Ucapnya merasa tenang didalam pelukan laki-laki ini.

"Ibu bilang apa emang?." Tanya Stevan melepaskan pelukannya dan menatap wajah Moza.

Moza merasa salah tingkah kala Stevan menatap matanya.

"Boleh cium gak?." Spontan Moza menanyakan hal itu.

Mendengar itu, Stevan kaget. Ada apa dengan anak ini.

" Gak boleh." Ucapnya Stevan beranjak untuk pergi.

Moza merasa sedih, tak di sangka rupanya Stevan mencium rambutnya sebelum ia pergi.

Rasanya jiwanya menari nari di dalam tubuhnya, kejadian ini tidak akan ia lupakan seumur hidupnya.

Episodes
1 Pertama bertemu
2 Episode 1
3 Episode 2
4 Episode 3
5 Episode 4
6 Episode 5
7 Episode 6
8 Episode 7
9 Episode 8
10 Episode 9
11 Episode 10
12 Episode 11
13 Sarapan bareng pacar.
14 Sekolah lagi
15 Jebakan
16 cemburu
17 salah paham
18 Double date
19 Bioskop
20 Hanya ada aku dan kamu
21 NoVer (Gino dan Veronika)
22 tumbuh
23 Iya aku maafin..
24 Sekolah seru
25 Cerita anak anak sekolah
26 Tentang satria.
27 Satria PT 2
28 Jumpa pertama.
29 Berniat resign
30 Time
31 Hai nik.
32 Marhsa
33 sedikit tentang Vani
34 Sesakit itu.
35 Cantik
36 Berolahraga
37 Dinner
38 Om ku.
39 Teman lama.
40 Coffeshop
41 Episode 39
42 Episode 40
43 Episode 41
44 Episode 42
45 Episode 43
46 Episode 44
47 Episode 45
48 Episode 46
49 Episode 47
50 Episode 48
51 Episode 49
52 Episode 50
53 Episode 51
54 Episode 52
55 Episode 53
56 Episode 54
57 Episode 55
58 Episode 56
59 Episode 57
60 Episode 58
61 Episode 59
62 Episode 60
63 Episode 61
64 Episode 62
65 Episode 63
66 Episode 64
67 Episode 65
68 Episode 66
69 Episode 67
70 Episode 68
71 Episode 69
72 Episode 70
73 Episode 71
74 Episode 72
75 Episode 74
76 Episode 75
77 Episode 76
78 Episode 77
79 Episode 78
80 Episode 79
81 Episode 80
82 Episode 81
83 Episode 82
84 Episode 83
85 Episode 84
86 EPISODE 85
87 Episode 86
88 Episode 87
89 Episode 88
90 Episode 89
91 Episode 90
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pertama bertemu
2
Episode 1
3
Episode 2
4
Episode 3
5
Episode 4
6
Episode 5
7
Episode 6
8
Episode 7
9
Episode 8
10
Episode 9
11
Episode 10
12
Episode 11
13
Sarapan bareng pacar.
14
Sekolah lagi
15
Jebakan
16
cemburu
17
salah paham
18
Double date
19
Bioskop
20
Hanya ada aku dan kamu
21
NoVer (Gino dan Veronika)
22
tumbuh
23
Iya aku maafin..
24
Sekolah seru
25
Cerita anak anak sekolah
26
Tentang satria.
27
Satria PT 2
28
Jumpa pertama.
29
Berniat resign
30
Time
31
Hai nik.
32
Marhsa
33
sedikit tentang Vani
34
Sesakit itu.
35
Cantik
36
Berolahraga
37
Dinner
38
Om ku.
39
Teman lama.
40
Coffeshop
41
Episode 39
42
Episode 40
43
Episode 41
44
Episode 42
45
Episode 43
46
Episode 44
47
Episode 45
48
Episode 46
49
Episode 47
50
Episode 48
51
Episode 49
52
Episode 50
53
Episode 51
54
Episode 52
55
Episode 53
56
Episode 54
57
Episode 55
58
Episode 56
59
Episode 57
60
Episode 58
61
Episode 59
62
Episode 60
63
Episode 61
64
Episode 62
65
Episode 63
66
Episode 64
67
Episode 65
68
Episode 66
69
Episode 67
70
Episode 68
71
Episode 69
72
Episode 70
73
Episode 71
74
Episode 72
75
Episode 74
76
Episode 75
77
Episode 76
78
Episode 77
79
Episode 78
80
Episode 79
81
Episode 80
82
Episode 81
83
Episode 82
84
Episode 83
85
Episode 84
86
EPISODE 85
87
Episode 86
88
Episode 87
89
Episode 88
90
Episode 89
91
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!