Pagi yang indah, hari ini rasanya semua masalah sudah selesai. Keluarga ini akhirnya lengkap.
"Good morning semua ... " Sapa Moza menghampiri meja makan.
"morning sayang," Sahut Bram. Kemudian Bram mencium kening Gauri.
"Pagi Moza, kita sarapan bareng ya!." Ucap Lina.
"Bu, kayaknya Vero pulang aja ya! gak enak disini takut ngerepotin kalian." Timpal Veronika.
"Gapapa sayang kamu juga boleh tinggal disini kok." Sahut Bram.
"Iya Veronika, sekarang kan kita udah jadi sodara." Ucap Moza.
Veronika hanya terdiam, lalu Lina menggenggam tangannya. Mengisyaratkan untuk mengiyakan.
"Yaudah deh, aku disini dulu." Ucapnya
Bram dan Lina senang mendengar jawaban Veronika. Lalu mereka sarapan bersama.
Disisi lain, Stevan berada dirumahnya sendirian. Ia merasa tidak enak badan, namun ia tidak berani memberitahukan siapapun. Termasuk ibunya.
Makan pun selesai, Veronika pamit untuk pulang dulu. Ia akan mengambil beberapa baju untuk tinggal disini.
"Bu, aku pulang dulu ya! Aku mau ambil baju baju aku beberapa. Kan aku gak bawa baju ganti." Ucap Veronika. Tak sengaja Moza mendengar percakapan itu.
"Kamu kesana naik apa? kamu telpon kakak kamu untuk jemput!."
"Gak diangkat Bu. Vero biar naik taxi aja."
"Maaf, sebelumnya aku denger kamu mau pulang dulu. Biar aku antar ya! Kan kamu mau balik lagi kesini." Usul Moza curi curi kesempatan untuk bertemu Stevan.
"Udah gak usah, gw bisa sendiri kok."
"Udah ayok! Gue ikhlas kok." Ucap Moza memaksa.
"Ni orang pengen banget nganterin gue." Batinnya.
Akhirnya Veronika bersedia untuk diantar oleh Moza, Walaupun ia sedikit memaksa. Tapi Moza senang, pasti dia bisa bertemu dengan Stevan.
Diperjalanan nampak hening, tidak ada obrolan apapun. Mungkin jika berada satu mobil dengan Stevan, Moza akan lebih bawel menanyakan hal hal yang gak penting.
"Ver, Lo mau kan sodaraan sama gue. Gue pengen banget punya sodara cewek, biar bisa curhat dan membicarakan hal yang gak bisa gue ceritain ke orang lain." Pinta Moza tulus dari hatinya.
"Dari awal gue gak bisa menerima pernikahan nyokap gue sama bokap loe. Tapi demi kebahagiaan nyokap gue udah mulai sedikit bisa membuka hati gue buat om Bram." Jawab Veronika dengan wajah menghadap ke kaca mobil.
"Percaya sama gue, bokap gue itu orang baik. Beliau pasti bisa membahagiakan Ibu, gue sendiri saksi hidup ayah. Bukannya gue membanggakan ayah, tapi itu memang adanya." Jelas Moza meyakinkan.
"Gue tau kok, Om Bram bisa bikin ibu bahagia. Tapi gue? Gue juga masih butuh kasih sayang ibu." Ucap Veronika meluapkan perasaannya.
"Veronika.."Moza menghentikan laju mobilnya.
Veronika menoleh ke arah Moza.
"Dengerin Gue, rasa sayang sama Lo ada tempatnya masing masing. Dilubuk hatinya yang paling dalam ibu sangat sayang sama Lo, setelah itu ada tempat lagi untuk Kak Stevan dan sekarang ada tempat baru lagi dihati ibu untuk ayah. Jadi Lo gak usah khawatir." Moza menenangkan Veronika untuk tidak takut akan berbagi kasih.
" Gue gak nyangka loh, Lo dewasa banget. Oke sekarang gue paham, Mulai sekarang gue mau jadi sodara Lo." Ucap Veronika tersenyum lebar.
"Lo serius? Aaaa gue seneng banget Ver." Moza memeluk Veronika.
"Jadi gini yaa rasanya punya sodara cewek." Batinnya, Veronika membalas pelukan Moza.
Diperjalanan Moza dan Veronika sekarang lebih berani untuk ngobrol satu sama lain. Sampailah dirumah Veronika.
"Kok sepi ya Ver, Kak Stevan kemana ya?." Tanya Moza sembari melihat lihat sekitar.
"Iya gue juga gak tahu, dari tadi gue telpon gak di angkat Mulu." Sahut Veronika membuka pintu. Ternyata tidak di kunci.
"Kayaknya lagi tidur ya."
"Gak mungkin, Kak Stevan selalu bangun lebih awal." Ucap Veronika, kemudian ia mencari Stevan di kamarnya.
Stevan nampak sedang tertidur dengan tubuh dibalut selimut tiga lapis, Veronika menyadarinya jika Stevan sedang tidak enak badan.
"Kak... Kakak kenapa?." Tanya Veronika, Moza mendengar itu langsung masuk kedalam kamar Stevan.
"Kakak menggigil Vero." sahutnya dengan nada pelan.
"Kak Stevan..."
"Kak Stevan demam Moza, Lo tungguin dulu kak Stevan ya. Gue mau cari obat dulu di bawah." Ucap Veronika, kemudian meninggalkan Moza dan Stevan berdua.
"kenapa Kakak gak bilang kalo kakak gak enak badan, tau gitu kemarin nginep di rumah." Ucap Moza, kemudian ia menggenggam tangan Stevan.
"Kak dingin banget." Kata Moza, ia menggenggam kedua tangan Stevan kemudian Moza meniupkan nafasnya agar memberikan sensasi hangat.
Veronika datang membawa obat, dan tak sengaja melihat adegan itu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments