"Iya.. pacaran. Karena pertemuan kita terlalu singkat. Bagaimana kalau kita mulai dari awal lagi" ajak Arben dengan senyum manisnya. Masih ada hati yang terluka disana namun ia tak ingin membuat luka itu semakin melebar. Kebahagiaan Dira adalah prioritas utamanya saat ini.
"Iya bang, Dira mau" jawab Dira yang sudah lebih tenang.
-_-_-_-_-
Hari ini Dira sudah diperbolehkan pulang, Arben menjemput istrinya di rumah sakit selepas apel pagi.
"Assalamualaikum.." Arben menyapa Dira dan mama Shila di dalam kamar.
"Wa'alaikumsalam.." jawab Dira dan mama Shila.
Arben membawa bunga cantik untuk Dira. Kamu segalanya untuk Abang tulisan di secarik kertas di bucket bunga itu.
"Terima kasih bang" ucapnya tertunduk dan tersipu malu.
Kalem banget kamu sayang, Abang suka istri yang kalem. Tapi ternyata istri banyak tingkah dan manja juga Abang rindukan.
"Abang sayang kamu" ucapnya sambil mengecup hangat puncak kepala Dira.
"Apa mama hanya pajangan disini?" tegur Dira yang melihat Arben seolah tak melihatnya.
"Eehh.. maaf ma, Arben juga sayang mama" ucap Arben sambil merangkul mamanya. Arben salah tingkah sempat melupakan Shila.
Rival membuka pintu ruang rawat Dira dan melihat keluarga yang saling menyayangi.
"Ini baru namanya keluarga" kata Rival bahagia melihat senyum Dira yang mulai mengembang.
#
Para ajudan masih berjajar rapi mengantar Rival yang akan melaksanakan kunjungan kerja bersama Shila.
"Apa mama akan pergi lama?" tanya Dira yang seakan masih menyimpan trauma dengan kepergian orang tuanya.
"Nggak sayang.. satu minggu aja. Baik-baik sama Arben ya di rumah" pesan mama Shila.
"Jaga istri Ben. Kamu jangan banyak ulah! Brian juga!" papa Rival ikut memberi pesan.
"Siaap!!" jawab Arben dan Brian.
Di luar banyak wartawan yang ingin meliput tentang kejadian hilangnya pesawat yang membawa panglima. Para wartawan berkerumun ingin mewawancarai Dira tapi Arben sengaja menghalangi.
Ada seorang wartawan pria yang terus saja mendekati Dira hingga Arben jengkel di buatnya.
"Apa benar suami Bu Nadira punya hubungan khusus dengan seorang pramugari berinisial 'C'?" tanya seorang wartawati yang terus mendekati Dira. Tangan Arben yang akan mulai bertindak, di cegah oleh Dira.
"Nggak ada ya mbak, itu hanya isu saja" jawab Dira sambil tersenyum.
"Tapi kami mendapatkan foto kebersamaan foto suami anak dari panglima sedang berselingkuh di luar kota" tanya wartawati itu.
"Kalau Mbak mau menjelekan nama anak panglima silakan saja. Bukankah itu salah satu pencemaran nama baik. Suami saya tidak begitu. Kalau Mbak nggak bisa menunjukan sumber valid nya, mbak juga termasuk memfitnah suami saya lho" tegas Dira dengan senyum diwajahnya.
"Ayo bang!" ajak Dira.
Arben masih terpaku tak menyangka Dira bisa mengatakan hal seperti itu dari sifatnya yang manja.
"Bisa gendong Dira? Dira masih sakit bang!" sengaja bisiknya manja di telinga Arben.
"Apapun maumu sayang!" jawab Arben yang langsung mengangkat Dira masuk ke dalam mobil.
Senyum Dira begitu indah menggoda iman seorang Arben, tatapan mata Dira seakan membiusnya hingga jantungnya berdetak lebih kencang.
Seorang kameramen mengambil video tersebut dan untuk dokumentasi lalu mengambil ponselnya juga dan merekam adegan itu untuk di kirim pada seseorang.
-_-_-_-
"Jangan sedih, Abang memang salah dulu nggak bisa mengontrol perasaan" Arben tau istrinya hanya berpura-pura tegar saja padahal dalam hatinya menangis kencang.
"Dira kesel sama Abang, sampai bisa jadi gosip begini"
"Iya, Abang akan selesaikan sendiri" ucapnya sambil melirik ke arah Dira.
Dira yang merasa Arben memperhatikan setiap gerak geriknya menjadi salah tingkah. Saat ia melirik balik ke arah suaminya, Arben pun terlihat sedikit canggung.
Arben berdehem menghilangkan rasa canggungnya. Di dalam dadanya ada yang berdesir naik turun tak bisa ia jabarkan.
Kenapa jantungku rasanya mau copot begini. Berdekatan dengan Dira! rasanya kaku, tapi aku nggak ingin jauh dari Dira.
"Hmm.. mau pulang kemana?" tanya Arben yang terdengar bodoh.
"Ke asrama donk bang. Mama Shila nggak ada" jawabnya pelan.
"Oh iya ya!" Arben menggaruk rambut cepaknya.
Seorang anggota yang mengemudikan mobil Arben pun sampai ikut tersipu malu melihat kemesraan Danki B dan istrinya.
-_-_-_-
Arben menata makan malamnya di meja makan. Menu sop ayam kampung dan perkedel kentang menjadi menu makan malam mereka.
Saat makan malam pun tak banyak yang mereka bicarakan dan hanya saling lirik saja.
"Abang bobok dimana?" tanya Dira pelan.
"Ya dikamar" jawab Arben.
"Sama Dira lagi bang?"
"Kalau sama tetangga memangnya boleh?" goda Arben menahan senyum geli.
"Ya nggak boleh"
"Terus kenapa nanya? Aneh kamu ini"
"Dira kira Abang sudah nggak mau sama Dira lagi" ucapnya menunduk lugu.
"Nggak mungkin lah Abang nggak mau. Kalau Abang kangen gimana?" Arben yang sudah semakin gemas langsung mencolek hidung Dira.
Pipi Dira langsung memerah seperti tomat dan duduk dengan salah tingkah sambil menghabiskan makan malamnya.
"Kemarin galak sama Abang, sekarang malu begini" ledek Arben.
Pipi Dira semakin memerah saja, ia segera minum dan membawa piring kotor ke tempat mencuci piring.
"Letakan saja. Kamu belum sehat!" kata Arben mencegah Dira mencuci piringnya.
"Ini hanya cuci piring bang, nggak belah kayu"
Arben segera mengangkat istrinya masuk ke dalam kamar, tak ingin istrinya kelelahan dan sedih karena masih mengingat kepergian orang tuanya juga bayinya.
"Nurut apa kata Abang apa susahnya sih?" tatapan mata tajam Arben membuat Dira lumayan merasa takut. Takut karena ia adalah istri Arben yang harus menurut apa kata suaminya.
"Apa Abang akan terus mempertahankan Dira apapun yang akan terjadi?"
"Itu sudah jelas. Kenapa masih tanya lagi?" Arben berjalan membawa Dira sampai kedalam kamar.
"Kalau ada pria yang mendekati Dira, bagaimana Bang?"
"Silakan saja kalau sudah siap bibirnya jadi double dua, tangan patah atau kakinya jadi pincang. Nggak ada yang boleh sentuh istri Abang sedikit pun. Kalau masih ngeyel juga, jangan harap dia masih punya gigi besok pagi. Siapa orangnya????" tanya Arben sambil merebahkan Dira perlahan.
"Nggak ada sih bang, Dira hanya bilang 'kalau' Bukan berarti ada khan?"
"Jangan macam-macam di belakang Abang" ancam Arben.
"Abang cemburu??" tanya Dira melihat ekspresi kesal suaminya.
"Buat apa cemburu? Abang tuh nggak cemburuan. Di lihat dari manapun tetap Abang yang menang" jawab Arben dengan sombong.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Harriva
love.....
2021-03-23
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
mbk naraaaaaaa love love deh akuuuu
2021-02-12
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
❤❤❤❤❤❤❤❤
2021-02-12
0