"Ini yang kedua" Arben mendorong Dira perlahan. Di selipkan rambut indah hitam berkilau milik Dira di belakang telinga.
"Sulit kah percaya sama suamimu ini?"
"Hanya kekuatan, kepercayaan dan kejujuran dalam setiap hubungan. Jika perempuan sudah rusak, pasti akan berbekas tapi kalau laki yang rusak pasti nggak meninggalkan bekas. Jadi Abang minta percayalah sama Abang, kamu sendiri yang merasakan bagaimana saat kita berdua" bujuk Arben sambil memeluk istrinya.
Saat istrinya tidak percaya padanya, itulah hal yang sangat menyakitkan untuknya. Benar kata papanya, bermain api bisa menghancurkan rumah tangga jika ia tidak bijak menyikapi nya. Seperti yang ia lakukan dulu dengan Carissa, meskipun dirinya tidak melakukan hal lebih tapi perilaku Carissa sungguh bom waktu untuk Arben dan kini ia menyesalinya.
"Dira ingin sendiri bang! Dira terlalu bodoh untuk Abang nikahi. Keluarlah bang!! Dira ingin berpikir dan mengintrospeksi diri" pinta Dira.
"Tapi dek!!" Arben tidak ingin meninggalkan Dira sendiri.
"Dira mohon bang!!"
-_-_-_-_-
Rival meminta kedua putranya untuk datang ke rumahnya. Rival menghajar kedua putranya habis habisan.
"Jangan bang!!" Shila sudah menangis melihat kedua putranya di hukum.
"Kalau nggak kuat lihat, masuk sana!! jangan ikut disini" bentak Rival pada Shila yang ingin menutupi tubuh kedua putranya.
"Masuk ma! Brian nggak akan mati cuma gara-gara cambuk papa" ucapnya dengan senyum.
"Iya ma, Arben masih tetap ganteng kok" bujuk Arben.
Shila pun berlari masuk kedalam rumah. Tatapan membunuh Rival mengarah pada kedua putranya.
"Papa sudah sering mewanti kalian tapi kalian tidak mau mendengarnya. Kamu Arben.. kalau wanitamu nggak bisa mengontrol diri, harusnya kamu yang sadar. Dan kamu Arben.. Kamu anak papa yang terlihat diam, tapi kamu bahkan lebih parah dari Brian!! Lihat istri-istri kalian. Seperti apa sekarang. Pernah nggak kamu memikirkan perasaan mereka??"
#
"Ampuunn pa!!!!!" teriak Brian dan Arben yang mendapat cambukan dari sang papa.
"Kalau Abang terus memukuli anak Shila, biar Shila bunuh diri aja bang" ancam Shila sudah menggores pergelangan tangannya memakai silet.
"Mama.." Arben langsung bersimpuh dan menutup matanya, ia takut karena pernah melihat mamanya bersimbah darah.
"Jangan dek..!! Iya, Abang berhenti" Rival melempar cambuknya ke sembarang arah lalu berlari menghampiri Shila. Brian pun panik melihat mamanya.
"Jangan sakiti anak Shila bang, Biar Shila saja yang bicara kalau Abang nggak bisa bicara dengan baik.
***
"Aagghh.. sakit sekali" Arben kesulitan membuka kaosnya. Punggung dan dadanya terasa perih dan sakit.
Dira membantu menaikan kaos yang dikenakan Arben dan ia bisa melihat tubuh suaminya terlihat memar dan luka, sisi bibirnya pun terluka.
"Apa papa sering mencambuk Abang seperti ini?" tanya Dira yang sudah ingin menangis.
"Hanya pernah tapi nggak sering. Ini karena kesalahan Abang sendiri" jawab Arben memercing kesakitan.
"Abang masuk ke kamar!!" titah Dira yang langsung dituruti Arben.
Tak lama Dira masuk ke kamar membawa baskom berisi air hangat dan handuk kecil untuk menyeka badan Arben.
"Egh..sakit dek..!!" Arben menggeliat kesakitan saat Dira menyeka badannya.
"Diam bang!!" Dira sedikit menekan luka Arben.
"Uugghh..." rintihannya menahan sakit.
"Sakit??" tanya Dira.
"Lebih sakit saat kamu nggak percaya sama Abang" jawab Arben.
"Kalau Dira saat ini menginginkan Abang untuk Dira sendiri apa Dira salah? Dan kalau Dira inginkan Abang hanya sayang Dira, apa Dira egois?" tanya Dira tegas.
"Nggak dek, itu hak mu sebagai istri Abang. Dan itu memang kewajiban Abang" jawab Arben tegas.
"Kalau begitu hapus namanya dari ponsel Abang. Dira nggak mau ada dia lagi. Dira nggak mau!!!!" tangis Dira semakin menjadi sambil menyerahkan sesuatu di tangan Arben.
Arben melihat benda itu dan langsung bersujud syukur. "Alhamdulillah Ya Allah.. Terima kasih semua berkahMu".
Arben memeluk Dira, air matanya menetes tanpa aba-aba. Ia menciumi wajah Dira lalu beralih ke perut istrinya. Sungguh hatinya sangat bahagia mengetahui Dira sedang mengandung buah hatinya.
"Terima kasih sayang, kamu mau mengandung anak Abang. Jangankan menghapus nama Rissa di ponsel Abang, di hati Abang pun nama Rissa sudah terhapus" hanya air mata yang mengungkapkan segala perasaan Arben hari ini.
"Sungguhkah bang?"
"Apa benar Abang sebahagia ini mengandung anak kita?" tanya Dira heran dan tidak percaya.
"Iya dek"
"Nggak ada alasan untuk Abang nggak bahagia. Kalau rasa sakit di badan Abang bisa membuat Abang mendapatkan hatimu dan anak kita, Abang rela mendapatkan cambukan ini lagi" ucapnya bahagia.
"Sekarang jangan capek kerja ya dek" Arben menaikan kaki Dira ke atas ranjang lalu menyelimuti istrinya.
"Dira nggak sakit parah bang. Khan Abang yang sakit" protes Dira.
"Abang nggak apa-apa"
"Selamat datang sayang. Kesayangan papa" ucapnya mendusel ke perut Dira.
"Papa pasti senang dengarnya dek, kita kabari sekarang?" tanya Arben.
"Besok saja bang, ini sudah jam sebelas malam" cegah Dira.
***
Hari ini adalah hari pernikahan Brian. Sama persis seperti prosesi Abang nya. Acara berlangsung hingga malam tiba. Dira belum sempat menghubungi orang tuanya karena kesibukan mama papa Dira sebagai panglima.
Arben melihat istrinya yang sudah nampak kelelahan disana.
"Kita pulang yuk! Apa ngamar sekalian dek?. Kamu kelihatan capek sekali. Abang nggak mau kamu ada apa-apa" kata Arben cemas.
"Ini korsetnya ketat bang" bisik Dira.
"Sudah tau ada dedek kenapa pakai korset????" tegur Arben.
"Sini ikut Abang!!" Arben menggandeng tangan Dira ke toilet gedung.
#
Arben melonggarkan korset Dira lalu mengikat pelan dan tidak terlalu kencang.
"Jaga anak kita! Jangan ceroboh begini dek!"
"Iya bang, maaf"
Arben mendekati Dira lalu mengusap kening Dira. Dilihatnya istrinya yang sangat cantik dengan makeup lengkap.
"Si dedek nyari papanya tuh" bisik Arben.
"Terus gimana bang?" tanya Dira dengan panik.
Arben tersenyum gemas melihat Dira tidak paham maksudnya.
***
Brian menggendong Shisi masuk ke dalam kamar.
"Akhirnya kita menikah juga!!" senyum Brian mengembang sempurna.
"Harusnya malam ini jadi malam spesial buat kita" ucap Shisi bersedih.
"Setiap malam selalu indah untuk Abang. Yang penting kamu yang Abang lihat"
Shisi mengangguk lalu merebahkan tubuhnya yang lelah.
"Tidur dek!! Abang pijat ya. Malam ini Abang nggak mau apa-apa. Lihat kamu jadi istri Abang aja sudah cukup" Brian mengecup kening Shisi lalu memijat Shisi hingga istrinya tertidur.
Maaf sayang, cara Abang salah. Abang hanya nggak mau kamu dimiliki orang lain. Abang akan memperbaiki sifat Abang untuk menjadi suami yang bertanggung jawab untuk kamu.
***
"Bang, semua sudah tidur. Abang tidur di Mess apa disini" tanya Lilan pada Hilman.
"Kamu masuk kamar sana!! Nanti kalau kamu sudah tidur, Abang kembali ke Mess"
"Abang disini saja ya! Lilan sepi" rengek Lilan.
"Nggak bisa dek, kalau Abang disini terus bahaya" jawab Hilman.
"Kita sudah tunangan bang"
"Tunangan itu belum menikah, godaan dan cobaan semakin besar" kata Hilman.
"Jangan pulang lah bang" rengek Lilan lagi yang langsung naik ke paha Hilman.
Hilman dengan cekatan langsung menurunkan Lilan dari pangkuannya.
"Dek, bantu Abang sedikit donk. Jangan begini ya!" ucapnya memelas.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Windarti08
haduhhh... kok anak-anak Rival pada gak bener ya kelakuannya...
Lilan yg polospun bisa gitu juga, untung Hilman nya sabar dan sadar jadi ga kepancing
2023-05-29
0
Nonengsupartika
waaha nak rival bener" yah bikin kesel smua deh
2022-06-17
0
Yulli Anni
m
2021-05-30
0