tok..tok..tok..
"Biar Dira yang buka pintunya bang!" kata Dira.
"Tunggu di ruang tamu. Bisa pingsan anggota Abang lihat istri Danki dekil begitu" gerutu Arben. Dira hanya bisa memonyongkan bibir dan menggerutu.
#
Pukul sebelas malam Arben dan Dira makan. Mereka memutuskan tidak pulang ke rumah orang tua Dira. Arben melirik Dira yang sedang makan nasi gorengnya dengan lahap.
"Ini kebanyakan bang, kenapa porsinya banyak sekali?" tanya Dira.
"Disini kalau pakai porsi restoran ya nggak berasa. Tentara kerja pakai tenaga sekaligus pikiran. Kami makan buat untuk bergaya tapi untuk isi tenaga"
"Ya sudah Abang habiskan saja. Dira nggak kuat" kata Dira.
Setelah minum, Dira menelengkup di meja makan sambil memainkan kaki sedangkan Arben menghabiskan nasi goreng milik Dira tadi.
Setelah makan Arben mengecek ponsel dan melihat pesan dari papa mertuanya.
"Papa dan mama baru pulang tiga hari lagi" kata papa di pesan notifikasinya.
Lebih baik pindah kesini saja, biar Dira belajar mandiri juga.
Arben berdiri dan mengintip Dira yang sejak tadi tidur bertumpu pada tangan di meja makan.
"Kamu ini menyebalkan sekali" gumam Arben.
Perlahan Arben mengangkat Dira dan membawanya kedalam kamar setelah itu merebahkan Dira perlahan di atas ranjang. Saat Dira tidur itulah Arben bisa melihat jelas sosok Dira dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mata Arben mulai jelalatan.
Putih mulus, hidung mancung, bibir pink alami, pinggul sexy dan dada sungguh idaman para pria apalagi pakaian Dira tidak berbahan tebal jelas memperlihatkan lekuk tubuh polos di dalamnya.
"Astaga, aku bisa kejang di kamar ini. Gimana nih??" gumamnya menyadari pandangan matanya. Arben pun mengambil rokok di saku bajunya dan memilih menenangkan diri di teras samping rumahnya.
#
Apa kabarmu disana sayang? mas rindu. Bagaimana mas harus jelaskan sama kamu?"
dddrrrttt.. dddrrrttt.. dddrrrttt..
Arben melihat layar ponsel nya.
Rissa Sayang.
Arben segera mengangkat panggilan telepon itu. "Apa kabar sayang??" ucap Rissa di seberang sana.
***
Arben masuk ke dalam ruang karaoke private yang di pesan Rissa.
"Sayang..!!" Rissa menarik tangan Arben agar kekasihnya itu segera duduk. Rissa langsung duduk di paha Arben dan menciumnya, tangannya pun menyentuh Arben tapi kekasihnya itu mencegahnya.
"Jangan Rissa, mas sudah menikah" ucap Arben jujur.
"Jangan bercanda mas! Mas sangat sayang sama aku, nggak mungkin lah mas nikahi perempuan lain" kata Rissa sambil mencoba mencium Arben lagi.
"Mas nggak bercanda dan benar sudah menikah, jadi kamu harus belajar lupakan mas" pinta Arben.
"Mas tega sama aku? Mas bisa melakukannya sama perempuan lain selain aku???" kesal Rissa menangis dan marah.
"Kapan mas lakukan sama kamu?? Meskipun kita kelewatan, kita nggak pernah main bawah khan. Mas juga belum sentuh istri sampai hari ini karena mas ingat kamu"
Rissa merasa menang karena itu berarti Arben belum bisa melupakannya dan merasa Arben hanya menginginkan nya.
"Bagaimana kalau kita lakukan sekarang mas?" Rissa membuka kancing baju Arben.
"Mas jangan lakukan sama istrimu itu ya! Biar aku yang menyenangkanmu" kata Rissa merangkul manja.
"Rissa, mas nggak mungkin begini lagi sama kamu. Dira pasti kecewa" tolak Arben menghindari Rissa.
"Aku nggak minta mas hamili kok, aku hanya ingin lakukan sama kamu aja mas, biar kita semakin dekat" ajak Rissa sedikit memaksa.
"Jangan Rissa!!!"
"Kita pakai pengaman mas!" Rissa menarik tangan Arben hingga tak sengaja menjatuhkan tas Rissa beserta isinya. Arben melihat benda khusus pria disana.
"Kamu lakukan sama pria lain di luar sana???" tanya Arben dengan tatapan mata tajam.
"Ayolah sayang.. ini hal biasa. Jangan kekanakan" jawab Rissa santai.
"Keterlaluan kamu Rissa" Arben mengambil jaketnya dengan kasar di sandaran sofa lalu pergi meninggalkan Rissa sendirian.
-_-_-_-_-
"Perempuan sial!!!!!!!! Aku korbankan semua waktuku untuk mencintaimu Rissa. Bahkan aku menikahi Dira masih penuh rasa bersalah. Tapi kenapa kamu malah mengkhianati akuuuuu!!!!!!" kesal Arben memukul kemudi mobil dengan kencang.
"Diraaa..Apa kamu juga akan mengkhianati Abang seperti Rissa????" Arben berteriak tidak karuan di dalam mobilnya, ia sangat kecewa dan marah. Perasaan sangat terluka, bertahun tahun menanti Rissa tapi semua berujung sia-sia.
#
"Abang darimana? malam sekali baru pulang?" tanya Dira melihat raut wajah datar Arben. Arben meletakan dengan sembarangan jaket dan ponselnya.
"Apa kamu akan temui Desta diam-diam di belakang Abang??" tanya Arben dengan kesal.
"Abang Desta nggak ajak Dira keluar bang? Dira nggak tau bang Desta ada dimana" jawab Dira jujur.
"Munafik.." Seringai Arben terbawa suasana.
Dira tidak mengerti kenapa suaminya tiba-tiba saja menjadi marah. Padahal Dira tak tau apa kesalahannya. Dira menyusul suaminya masuk ke dalam kamar.
"Sudah makan??" tanya Dira datar. Tak ada jawaban dari Arben, suaminya itu hanya sibuk dengan laptopnya.
"Ya sudah.." Saat Dira beranjak pergi, tangan Arben menggapai tangan Dira dengan kasar.
"Kalau bertanya pada suami itu yang niat, yang sopan!!!!" tegur Arben tajam.
"Aa..Apa Abang sudah makan?" tanya Dira lebih lembut.
"Abang pengen makan kamu, tapi sayangnya istri Abang ini nggak tau yang Abang mau" kesal Arben menghempas kasar tangan Dira.
Dira segera keluar dari kamar tanpa bicara apapun.
Di ruang tengah Dira melihat ada panggilan telepon masuk untuk Arben dan ada pesan dari Rissa.
Semoga mas mau menemui Rissa lagi di lain waktu 😘😘
Banyak kata yang tidak Dira pahami, tapi ia selalu mengingatnya.
#
Dira menangis sesenggukan di kamar samping. Ia merindukan mama dan papanya.
papa : Apa bang Arben memperlakukan anak papa dengan baik? ( tanya papa di pesan singkat )
Dira : Baik donk pa. Dira bahagia disini sama bang Arben😍.
Setelah itu Dira mematikan cahaya ponselnya, kembali menangis sedih.
Arben sejak tadi menunggu Dira tapi istrinya itu tak juga segera masuk ke dalam kamar.
"Kemana Dira?" gumam Arben keluar dari kamar dan mencari Dira.
Arben membuka layar ponselnya dan melihat pesan dari Rissa yang telah terbaca berarti Dira sempat membaca pesan itu. Arben melongok melihat Dira tidur di kamar samping.
"Kenapa Dira malah tidur disini?" Arben membuka pintu kamar itu dan membuka pesan dari ponsel Dira. Seulas senyum melihat Dira istrinya tak gampang mengadu. Rasa bersalah pun muncul di hati Arben karena tadi sempat memarahi istrinya. Arben membelai rambut Dira dengan sayang.
Merasa ada yang membelai rambutnya, Dira bangun dan melihat Arben sudah menatap wajahnya.
Arben melihat mata istrinya masih sembab.
"Maaf kalau tadi Abang memarahi mu. Maaf ya.... sayang"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Tha Ardiansyah
Nama Carissa kaya ga asing ya? kaya selalu aja jadi ulat bulu?
2021-12-24
1
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
love love ku untukmu mbk nara
2021-02-11
0
Denog'e Kagoll Asmoro
Lanjut
2020-12-16
1