"Naik!! Ganti kebaya mu!!" perintah Arben dengan wajahnya yang terkesan dingin bagi Dira namun terlihat cool di mata wanita lain.
"Dira sudah tau bang!" ketusnya pada Arben.
"Dira, nggak boleh begitu bicaranya. Ayo bicara yang sopan." tegur mama Dira yang membuat Dira semakin menekuk bibirnya.
"Iya Abang. Dira ganti pakaian dulu" ucap Dira lebih lembut. Arben mengangguk mengiyakan.
"Maaf ya, Dira suka bandel. Semoga kamu sabar membimbingnya" ucap mama Dira penuh harap pada Arben.
"Insya Allah ma" senyum Arben tulus membuat semua orang yang melihat menjadi lega.
***
Brian menertawai Lilan dan Dira yang sedang bercanda ria. Nampak Dira sangat bahagia bersama 'keluarga barunya'. Papa Dira semakin yakin menyerahkan putrinya untuk hidup bersama Arben.
#
"Kamu mau mahar apa dari Abang? Maaf Abang tadi lupa tanya" kata Arben menawari Dira.
"Yang tidak memberatkan Abang tapi semua hasil tangan Abang sendiri" pinta Dira.
"Katanya nggak memberatkan?" protes Arben.
"Itu bukti kesanggupan Abang jadi suami Dira" kata Dira menguji kesabaran Arben.
"Baiklah, Abang penuhi keinginanmu" jawab Arben.
"Jangan lupa dua hari lagi Abang jemput untuk lengkapi berkas kesehatan di rumah sakit"
"Iya, Dira ingat bang! Abang sudah bilang lima kali ini" kesal Dira.
"Nggak takut kamu??" ledek Arben.
"Kenapa harus takut?" jawab Dira.
"Yaaa.. yaa.. anak panglima bebas" ucapan Arben seolah terdengar mengejek Dira.
"Terserah apa katamu Bang" Dira melengos meninggalkan Arben.
"Heh.. tunggu!!!" Arben menghentikan langkah Dira.
"Apalagi Abang????"
"Salim dulu!!! Nggak sopan kamu sama calon suami" perintah Arben.
Dira maju ke depan Arben lalu melompat membenturkan dahinya ke dahi Arben.
"Hwaaduuuhhh.. Masya Allah..Lihat kalau kamu sudah jadi istri Abang, nggak akan ada ampun lagi" teriak Arben.
Dira secepatnya berlari menghindari Arben yang masih mengusap dahinya karena kesakitan.
***
"Sudah apa belum?" tanya Arben dingin.
"Sudah.." jawab Dira.
"Ayo makan siang dulu, setelah jam istirahat baru hasilnya akan keluar" ajak Arben.
#
Arben melihat raut wajah Dira tak seperti biasanya. Gadis itu nampak sedih dan tidak bersemangat.
"Kenapa? PMS?" tanya Arben.
Dira mengangguk karena beberapa hari lagi memang ia pasti akan datang bulan.
"Jangan sampai Abang jadi pelampiasan mood mu yang buruk itu"
"Bang, apa reaksi pacar Abang kalau tau kita menikah nanti" tanya Dira tiba-tiba.
"Rissa belum tau, dia jarang aktifkan ponsel. Dua Minggu ini nggak ada kabar. Abang belum sempat cerita" jawab Arben.
"Kamu gimana?"
"Bang Desta bahkan nggak ada kabar sejak kejadian malam itu" ucapnya sedih.
"Desta???" gumam Arben memikirkan sesuatu.
#
Arben tersenyum sinis membaca keterangan 'tersegel' di secarik kertas keterangan dokter.
Apa yang tidak bisa di lakukan anak panglima.
***
Arben melihat berkas pengajuan pernikahan miliknya yang sudah selesai di tanda tangani. Karena Dira anak Panglima tentu saja semua akan lebih mudah.
Terbersit rasa bersalah dalam dirinya. Bukan nama Carissa disana tapi nama Nadira yang akan menjadi istrinya.
"Mas nggak bermaksud seperti ini Rissa. Kalau saja saat itu kamu datang. Mas pasti akan pertahankan kamu. Tapi sekarang kamu sendiri yang menghindari Mas" gumamnya mengusap berkas di atas mejanya.
"Kamu jauh dari wanita yang Abang inginkan Dira. Tidak ada cinta di antara kita. Apalagi penampilanmu masih sangat kekanakan"
Arben mengusap wajahnya, kepalanya terasa pening memikirkan banyak hal. Arben menghela nafas panjang.
"Lebih baik aku pergi dulu membuatkan permintaan calon istri" gumamnya dalam hati.
***
Arben mendatangi toko emas dan meminta di buatkan cincin untuk maskawin nya. Sampai disana Arben tidak tau ukuran jari Dira.
"Ukur sebesar jari kelingking saya" perintah Arben pada pegawai toko emas.
"Bapak yakin??"
"Yakin..!!" jawabnya mantap.
#
"Ini saja pak?" tanya seorang kasir.
"Iya, itu saja"
***
Arben meletakan hasil karyanya di sudut kamar messnya. Itu adalah hasil karya yang akan ia bawa sebagai mahar pernikahan untuk Dira.
Kenapa Abang harus serepot ini mengabulkan inginmu. Ingat Dira.. hati Abang masih penuh dengan nama Carissa.
#
Nadira menangis duduk di atas ranjangnya. Ia menangisi Desta yang tak pernah menghubungi nya lagi.
"Apakah bisa Dira hidup tanpa cinta Abang?" Nadira menghapus air matanya dan berusaha tegar.
"Ayo Dira. Kamu jangan nangis! Semangat dan yakin semua akan baik-baik saja" gumamnya menyemangati diri sendiri.
***
"Dira.. Abang mau ajak kamu keluar"
"Sekarang bang?" tanya Dira.
"Besok habis lebaran!!! Ya sekarang lah. Abang kesana.. kamu sudah harus selesai" perintah Arben.
"Perempuan nggak bisa cepat bang?" pekik Dira.
"Nggak peduli.." Arben menutup panggilan telepon nya.
#
Arben melipat kedua tangannya di depan dada memperhatikan penampilan Dira.
"Ganti pakaianmu atau Abang sobek sekarang juga" tegur Arben melihat pakaian Dira yang sedikit menerawang.
Dira menghentakan kaki dengan jengkel tapi ia menuruti perkataan calon suaminya.
Di balik jendela Dira mengintip dan tersenyum penuh haru.
#
*Aku memang nggak cinta, tapi pakaianmu itu tetap bisa membuat Abang khilaf*.
"Astagfirullah.." Arben mengusap dadanya yang bergemuruh tak karuan melihat ulah calon istrinya.
"Arben.. " panggil Bu Robert calon mama mertuanya.
Seketika Arben langsung berdiri.
"Siap Ibu Panglima. Ijin arahan.."
Ibu Robert terkikik geli. "Ini mama nak, biasakan panggil mama"
"Siap!! Eehh..iya ma"
Bu Robert tersenyum. "Maaf ya kalau Dira manja. Dira nggak punya saudara. Mama saja dulu sulit sekali mendapatkan anak satu itu. Butuh perjuangan panjang. Biarkan waktu yang mengajarkan cinta dan sayang pada kalian berdua"
Tiba-tiba Bu Robert bersimpuh di kaki Arben. Arben sangat kaget dan ikut bersimpuh membantu calon mama mertuanya berdiri.
"Jangan begini ma"
"Arben.. Jika nanti Dira sudah menjadi istrimu. Maka Dira sepenuhnya adalah milikmu. Mama hanya minta satu saja. Jangan sakiti Dira walaupun kamu tidak mencintainya" ucap mama Dira.
"Saya akan berusaha menjadi sebaik-baiknya suami ma!" kata Arben.
***
"Ini semua kartu ATM Abang, kamu saja yang bawa!" perintah Arben.
"Abang bawa satu ini saja. Nanti kamu bisa cek semua isi saldo rekening Abang" kata Arben.
"Waahh.. beruntungnya, Harta Abang akan Dira kuras sampai habis" katanya sambil menyambar kartu ATM itu.
Arben menatap lekat wajah gadis yang ada di hadapannya.
Saat aku memberikan kartu ATM ku pada Rissa, dia tidak pernah mau, alasan nya aku lebih butuh karena gajiku sedikit, dia takut aku tidak bisa menghidupi nya dengan layak. Tapi Dira merasa bangga aku akan bisa menghidupi nya.
"Apa kamu tidak takut miskin hidup bersama Abang?" tanya Arben.
"Asal Abang tidak takut panas dan hujan, Dira rasa kita tidak akan kekurangan nasi" jawab Dira ringan tanpa menatap Arben.
Bola mata Dira terlihat memerah. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Arben tau calon istrinya itu seperti memendam sesuatu.
"Soal mama jangan Abang pikirkan" ucap Dira.
"Dira sanggup menghadapi semuanya. Dira sudah terbiasa di campakan begitu saja. Dira tau, jika setelah menikah nanti.. Dira harus ikut kemana Abang pergi dan menurut apa kata suami. Dira tidak akan pernah bilang sama mama dan papa tentang masalah kita" ucapnya.
Sesaat kemudian Dira tersenyum seakan menarik ucapan dan kesedihan nya.
"Aahh..apa sich. Dira jadi melow begini, padahal Dira mau menikah. Pasti bahagia donk" ucapnya sambil menggoyang kaki dengan gembira namun sesaat terdiam lagi.
Ada sebersit rasa iba dalam hati Arben melihat gadis yang duduk di sampingnya menatap hamparan bukit luas nan hijau di hadapannya.
"Jangan bohongi Abang. Kalau kamu ingin menangisi hilangnya kebebasanmu bertingkah liar, Dada Abang masih cukup lapang untuk gadis pecicilan sepertimu"
Dira langsung menubruk Arben dan menangis di dada calon suaminya, begitu lepas sampai perasaannya terasa lega. Cukup lama Dira berada dalam dekapan Arben.
"Dira benci selalu di campakan Bang!!" teriak Sekuatnya.
"Dan Abang bukan pria seperti itu" ucapnya sambil berusaha mendekat dan mengimbangi perasaan calon istrinya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
mudahlia
wkwkwk aduh kekel
2023-08-15
0
mudahlia
wkwkwkwkwk
2023-08-15
0
Windarti08
maksudnya "Dira benci selalu dicampakkan" apa ya... apa dia dulu selalu ditinggal pergi pacar-pacarnya?🤔
wah ada yg berani sama putri Panglima ya...
2023-05-29
0