"Keterlaluan lu bang! Kasihan Dira sampai begitu" kata Brian.
"Abang nggak sengaja. Abang juga nggak nyangka ternyata Dira masih......"
"Abang khan sudah lewati pemeriksaan kesehatan. Memangnya nggak baca?" tanya Brian.
"Baca.. tapi Abang nggak percaya. Kamu tau sendiri Abang ketemu sama Dira dimana" sesal Arben.
"Aahh.. nggak peka lu bang, Dira sepolos itu masih aja nggak percaya. Gue malah takut mikir Lilan di apa-apain sama Hilman" kata Brian.
"Ya kalau sudah jadi istrinya kamu mau apa?"
"Nyesek hati gue liat kelakuan lu bang!" Brian sungguh tak tega melihat kondisi Dira tadi.
"Kamu aja nyesek, gimana sama Abang yang teledor" sesal Arben lalu menghembuskan asap rokok dari bibirnya.
"Cepat masuk urus Dira bang" kata Brian mengingatkan.
#
Dira ketakutan melihat Arben mengunci pintu kamarnya.
"Abang mau apa?" tanya Dira dengan takut, ia menaikan selimutnya setinggi leher.
Arben duduk di samping Dira lalu memeluk istrinya.
"Maafin Abang" ucapnya penuh sesal.
"Jangan dibuka lagi. Dira malu" ucapnya dengan lugu mengeratkan selimutnya.
"Itu caranya biar kamu bisa hamil, kamu ini hidup di jaman apa sampai nggak tau, sekolahmu mahal tapi nggak ngerti apapun" Arben begitu iba, tak percaya di jaman seperti ini masih tersisa gadis selugu Dira, di tambah satu lagi.. Lilan.
"Dira khan sudah pernah cerita kalau apapun di batasi sama papa. Dan kalau mau jalan-jalan Dira selalu sama mama"
"Ya sudah nggak apa-apa. Abang paham. Tapi Abang sangat berterima kasih, kamu bisa pertahankan itu untuk Abang" kata Arben.
Setelah malam ini, perasaannya sungguh campur aduk. Mungkin inilah namanya cinta dan sayang. Arben mulai bisa mengakui, ada rasa yang timbul setelah ia melakukannya.
Kamu wanita yang pertama Abang 'sentuh'. Maafkan Abang yang kasar. Abang tidak tau rasa apa yang sedang muncul di hati Abang, yang jelas.. tangismu ini menyakiti hati Abang. Jangan menangis lagi Dira sayang.
"Apa..Abang begini juga sama Rissa?" Dira memberanikan menatap bola mata suaminya.
"Nggak pernah, cuma sama kamu aja" jawab Arben tegas dan jelas.
***
Hari ini ada olahraga rutin. Dira berjalan ke Batalyon dengan langkah pelan. Arben mengusap rambut cepaknya masih menyesali kebodohannya.
"Abang liat apa?" tanya Dira.
"Liat kamu jalan pelan, Abang yang terasa nyeri" jawab Arben jujur.
Dira tersenyum geli. "Baru sadar ya bang!"
***
Wajah Brian nampak murung harus pergi ke rumah Nuga, lebih tepatnya ke rumah om Gandhi.
Saat melewati jalan ke arah rumah Shisi, Brian semakin sedih karena merasa harapannya kini telah pupus.
#
"Sekarang saya serahkan pada putri saya sendiri untuk menjawabnya" kata Om Gandhi mempersilahkan putrinya untuk menjawab.
Tak lama ada seorang gadis memakai kebaya berwarna hijau, wajahnya sengaja di tutup masker. Gadis itu sedikit melirik ke arah Brian. tiba-tiba matanya berkaca-kaca dan Brian bisa melihat itu lalu menjawabnya.
"Iya bang Brian. Saya bersedia menerima lamaran Abang. Tapi saya mau bertanya"
"Apa itu Dinda Nuga" tanya Brian.
"Kalau wajah saya tidak secantik yang Abang bayangkan. Maukah Abang tetap belajar mencintai saya?" tanya gadis itu.
"Insya Allah Mau Dinda, Abang meminangmu dan memintamu menjadi istri Abang untuk menyempurnakan ibadah karena Allah"
"Baiklah bang. Saya benar-benar siap" Gadis itu membuka maskernya di hadapan Brian.
"Masya Allah.. Shisi????" Betapa terkejutnya Brian hingga tanpa sadar langsung menarik Shisi kedalam pelukannya membuat Rival dan Gandhi sibuk memisahkan mereka berdua.
"Brian mau nikah sekarang aja pa" ucapnya tak tau malu. Arben menggeleng melihat tingkah Brian.
#
"Dek, bukannya namamu itu Nuga ya?" tanya Brian.
"Iya bang, Namanya Shisi Khan Rashi Inugara" jawab Shisi.
"Astaga.. tau gitu Abang lamar kamu dari bayi dek. Kalau begini Abang jadi nyesel sudah kelamaan jomblo" kata Brian.
***
Brian nampak sumringah pulang dari rumah Shisi. Ia terus tersenyum bahagia. Rival yang melihatnya pun sampai jengah melihat putranya sudah seperti orang gila.
"Kemarin nggak mau" ledek Arben.
"Sekarang mau bang" ucapnya gemas.
Dira yang duduk di bangku depan sudah tertidur bersandar sambil memeluk Imung.
"Mbak Dira kenapa bang?" tanya Imung melihat Dira yang nampak lelah.
"Capek.." Arben tersenyum menjawab Imung.
"Abang Arben nakal, suka hajar mbak Dira" kata Brian.
"Brian!! Jangan ngomong yang nggak-nggak ya!" tegur Arben.
"Iihh.. Abang jahat. Nggak boleh nakal sama perempuan!!" Imung meninju lengan Arben.
"Abang nggak pernah nakal sama mbak Dira. Abang sayang sama mbak Dira"
"Ciyeeeeee.. ngaku kalau sudah sayang ya bang" kata Brian.
"Issh.. diam lah kau ini" kesal Arben.
-_-_-_-_-
"Kita besok pulang ke asrama atau ke rumah mama?" Arben menawari istrinya karena papa mertuanya sudah kembali dari kunjungan kerja.
"Ke asrama aja bang, Dira pengen belajar mandiri, tapi Dira belum pintar masak" ucapnya menunduk lesu.
"Nggak apa-apa, lama-lama juga pasti bisa"
"Ya sudah kalau gitu kita pulang!!" ucap Dira manja sambil menggamit lengan Arben. Tak lama ponsel Arben berdering. Ada panggilan telepon dari Si Manis. Dira pun sedikit menjauh dan perlahan senyumnya menghilang. Arben menyerahkan ponselnya.
"Silakan Nyonya Arben angkat sendiri. Apa yang menurutmu benar, silakan lakukan" Arben menyerahkan ponselnya pada Dira.
"Abang saja, Dira percaya sama Abang" jawab Dira sambil menggamit lengan Arben lagi. Arben pun mengangkat panggilan telepon dari Carissa.
"Akhirnya mas angkat juga. Mas dimana?" tanya Rissa.
"Lagi tiduran!"
"Mas jangan terlalu dekat dengan si Dira itu, jangan macam-macam sama dia. Mas itu punya aku" kata Rissa sedikit manja penuh ancaman.
"Itu dulu Rissa, sekarang mas sudah menikah. Mulai sekarang kita nggak ada hubungan apa-apa lagi" tegas Arben sambil mematikan ponselnya.
Dira melihat wajah Arben yang nampak datar saja.
"Si manis??" tanya Dira.
"Nanti Abang hapus"
"Si manis jembatan ambrol" gerutu Dira sambil menarik selimutnya.
Arben mengulum senyum, ia tau istrinya mungkin sedang cemburu. Tak biasanya Dira diam membelakanginya.
"Masa Abang dapat rambut gini?" ucapnya sambil mengusap pipi Dira.
"Terus mau dapat apa?" ketus Dira.
"Dapat yang anget. Abang kedinginan nih" Arben menciumi perut Dira dan mengusapnya.
"Semoga cepat hadir kamu di perut mama. Papa sudah mulai rindu"
***
Sudah satu bulan Dira berada di asrama dan ia mulai terbiasa melakukan tugasnya di batalyon dan sebagai istri Arben.
Hari ini rencananya mama papa Dira akan main ke asrama nya. Karena Panglima yang datang mau tidak mau pasti akan ada sedikit kesibukan disana.
Papa mama Dira heboh membelikan box bayi, pakaian bayi dan perabotan lainnya hingga para anggota lain mengira Dira sudah hamil.
"Mama kenapa beli box bayi dan lainnya. Dira belum hamil ma" kata Arben.
"Nggak apa-apa, biar ini menjadi doa untuk kalian berdua" kata papa Dira.
"Aamiin.." jawab Arben meng'aamiin'i ucapan papa mertuanya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Siti Maimunah
😂😂😂😂😂 si mis jembatan gantung sekalian diraaaa
2021-12-31
0
꧁🎋ᴊãs🐾꧂
Astoge ,hamil blom dah di beliin oerarlatan baby....😀😀😀
2021-05-08
0
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
brian bocor abissssss
2021-02-11
0