"Aku bukan lagi Khumaira yang kamu kenal dulu. Jangan sia-siakan waktu dan perhatianmu untuk orang tak tahu malu sepertiku. Hiduplah untuk dirimu sendiri. Kamu berhak bahagia," Aira melangkah menjauhi Yudha.
"Terima kasih untuk semuanya. Selamat tinggal," pungkas Aira sebelum punggungnya menghilang di balik pintu besi yang berdebam tertutup angin.
*******
Ting
Sebuah lift berhenti di lantai 7. Aira berjalan ke salah satu kamar di ujung koridor. Setelah acara usai, ibu memaksa mereka bermalam di hotel ini.
"Anggap saja sebagai bulan madu kalian berdua. Lagipula besok akhir pekan, kalian bisa menghabiskan waktu berduaan lebih banyak," ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung tangan Aira yang sedang digenggamnya saat acara baru saja usai beberapa jam yang lalu.
Aira menggelengkan kepala kala mengingatnya. Kepalanya terasa berat. Entah karena angin malam di rooftop yang membuatnya tak nyaman, atau melepaskan orang itu yang membuatnya sesak dan lelah. Lelah hati lebih tepatnya.
Grep
Ken berhasil menangkap tubuh Aira yang limbung di depan pintu. Wajahnya terlihat sangat murung seperti orang yang sedang patah hati. Ah, seharusnya ia senang jika Aira sudah mengakhiri perasaannya pada Yudha, cinta pertamanya. Tapi melihat raut wajah tak berdaya di depannya, seolah ia kehilangan masa depannya.
Ken merengkuhnya dalam pelukan. Mengelus punggungnya perlahan, mencoba menenangkan. Perlahan Aira melingkarkan tangannya ke punggung Ken, balas memeluknya. Ia membutuhkan seseorang untuk bersandar saat ini, hanya sekejap saja.
Perlahan Aira mengurai pelukan suaminya, sadar diri ia sudah kelewatan. Tidak seharusnya ia membalas pelukan barusan. Ia beranjak ke ranjang, menutup dirinya dengan selimut sampai ke atas kepala, bersembunyi dari cahaya.
Ken menyiapkan coklat hangat dan membawanya ke kamar, meletakkan gelas bening itu di atas nakas.
"Minum coklatnya selagi hangat. Aku akan keluar sebentar," ucapnya seraya mengusap kepala Aira dari balik selimut.
*******
Tuk tuk tuk
Ken memainkan jemarinya di meja, mengetuk-ngetuknya dengan irama yang sama sejak pertama datang ke restoran ini 5 menit yang lalu. Salah satu restoran cepat saji yang buka 24 jam di lantai dasar hotel.
Pintu terbuka menampilkan seorang pemuda dengan coat warna coklat yang menutupi lututnya. Ia mendekat dan duduk di depan Ken, barulah jemari itu berhenti mengetuk.
"Maaf membuat anda menunggu," ucap pria yang baru datang itu.
"Kamu masih menyukai istriku?" tanya Ken tajam.
"Apa?" Pria yang tak lain adalah Yudha itu salah tingkah. Ia memegang tengkuknya dan melihat ke bawah beberapa detik.
"Dia tidak akan meninggalkanku. Sudah seharusnya kamu melepaskannya." tegas Ken.
"Aku tahu," jawab Yudha dengan suara serak. Tenggorokannya kering membicarakan gadis pujaannya itu. Ia sudah mengambil keputusan akhir untuk melepas kisah masa lalu mereka bahkan sebelum Ken memintanya.
"Aku tidak akan menemuinya lagi. Jika kelak kami bertemu, aku pastikan itu hanya kebetulan saja. Anda tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia sangat membenciku, jadi tidak mungkin ada apa-apa diantara kami berdua," terangnya.
Yudha mengambil sebuah kotak dari dalam sakunya dan memberikannya pada Ken, "Tante Anita menitipkan ini padaku, katanya dia sangat menyukai ini selagi kecil,"
Ken membukanya dan terlihat butiran coklat sebesar kelereng yang dibungkus dengan aluminium foil berwarna silver.
"Aku akan kembali ke Indonesia malam ini juga. Tolong buat dia bahagia dan sampaikan maafku padanya. Dia tidak mau mengangkat teleponnya sekalipun. Sampai jumpa," Yudha menunduk takzim sebelum melangkah pergi. Ia mengakhiri semua perasaannya sampai disini. Merelakan orang yang dicintai tidaklah mudah, tapi juga bukan tidak mungkin jika itu demi kebahagiaannya. Meskipun harus melihatnya bersanding dengan orang lain.
*********
02.30 a.m
Ken kembali ke kamarnya yang gelap gulita. Sepertinya Aira memang sengaja mematikan semua lampunya. Ia beranjak ke kamar mandi setelah meletakkan sekotak coklat dari ibu Aira di atas nakas.
Ken keluar 10 menit kemudian dan mendapati Aira sedang berdiri menghadap jendela, menikmati pemandangan malam yang penuh kerlap kerlip lampu di segala penjuru.
"Belum tidur?" tanya Ken seraya mengusap rambutnya yang masih basah.
Aira menoleh dan mendapati Ken yang sedang mengambil hairdryer dari laci. Aira mendekat dan mengambil benda berwarna hitam itu dan membantu Ken mengeringkan rambutnya. Ken duduk menghadap Aira, membelakangi cermin.
"Dia memintaku menyampaikan permintaan maaf padamu, dan ini dari ibumu." Ken mengambil kotak berisi coklat dan menyodorkannya pada Aira, "Kamu suka coklat?"
Aira meletakkan pengering rambut di meja. Meraih kotak kecil itu dan menyuapi Ken sebutir coklat. Awalnya Ken ragu tapi akhirnya ia membuka mulutnya.
"Aku tidak suka coklat, lebih suka vanila," ucapnya sambil menutup kotak di tangannya.
Ken melirik coklat hangat yang beberapa saat lalu ia siapkan sebelum pergi, masih utuh. Dia heran karena di catatan yang Yudha berikan, Aira suka coklat.
"Aku bukan Khumaira yang dulu. Semua yang ia suka dulu, sekarang akan jadi sesuatu yang ku benci," Aira beranjak dari duduknya setelah menyimpan hairdryer kembali ke dalam laci.
"Oyasumi..." ucap Aira seraya menarik selimut sebatas perutnya.
"Aku akan tidur di luar," Ken berdiri meninggalkan Aira seorang diri. Aira hanya bisa memandang punggungnya yang menghilang ditelan pintu.
1 jam berlalu, Aira keluar berniat mengambil air putih karena haus. Netranya tak sengaja melihat Ken tertidur di sofa, membiarkan televisinya menyala.
Aira tak ingin menghiraukannya dan segera kembali ke kamar. Tapi hati kecilnya berontak, bagaimana pun juga Ken adalah suaminya, tanggung jawabnya. Aira kembali membawa selimut dan memakaikannya pada Ken. Ia bersimpuh di depan Ken dan menyentuh hidung Ken yang sedang terlelap. Perlahan jemarinya menyentuh alis Ken dari kanan ke kiri dan sebaliknya.
Perlahan Aira tersenyum, entah sejak kapan ia suka memainkannya. Terhitung ini ke tiga kalinya ia melakukan hal yang sama. Dan berakhir sebelum menyentuh bulu matanya, takut Ken terbangun.
Aira meletakkan kepalanya di atas lengan Ken dan mulai terlelap. Tanpa Aira sadari, Ken membuka matanya dan tersenyum. Tadinya ia memang tertidur, tapi saat Aira memainkan alisnya, ia merasa geli dan terbangun.
Hembusan nafas Aira di depan wajahnya membuat Ken urung membuka mata, memilih berpura-pura tidur dan membiarkan Aira menikmatinya.
15 menit berlalu, Ken bangun dan memindahkan Aira ke sofa dan menyelimutinya. Sekarang gantian ia yang mengamati wajah chubby istrinya. Ikut menyentuh hidung Aira, menjalar ke alisnya dan kembali lagi ke tempat semula.
Matanya jatuh pada bibir Aira yang berwarna salem. Ia tergoda lagi, mengecupnya sekilas sebelum menjatuhkan kepalanya di depan wajah Aira. Setidaknya ia masih punya waktu beberapa jam untuk tidur sebelum matahari terbit.
*******
Ting
"Seberapa banyak kerusakannya?" tanya Ken pada asisten yang menjemputnya beberapa menit yang lalu. Mereka baru saja keluar dari lift dan sekarang berjalan cepat ke arah mobil di depan pintu masuk hotel.
"70% sistem rusak, sisanya masih bisa kita selamatkan,"
"Sudah periksa CCTVnya?"
"Nihil. Mereka melakukan persiapan dengan matang, bahkan kamera jalan 200m dari kantor juga sudah mereka sabotase. Tak ada jejak sedikitpun," lapornya sambil menyerahkan sebuah tablet yang berisi data kerusakan secara statistik.
"Ada orang dalam yang terlibat, kan?"
"Kami masih menyelidikinya," jawabnya serba salah. Ia sudah menjadi orang kepercayaan Ken beberapa tahun terakhir. Meskipun ia sependapat dengan atasannya itu, tapi ia tidak bisa sembarangan bicara sebelum ada bukti nyatanya.
"Kita ikuti permainan mereka," perintah Ken sambil menyunggingkan senyum iblisnya.
Sementara di tempat lain, Aira membuka matanya dan beranjak bangun begitu menyadari hari sudah pagi. Cahaya matahari menerobos jendela kaca beberapa meter dari tempatnya berada. Ia memandang sekeliling namun tak ada siapapun. Hanya secarik kertas yang tergeletak di meja makan,
'Ada urusan penting, nikmati sarapanmu. Naru akan datang menemanimu,'
Aira tersenyum mendapati segelas susu vanila dan 2 potong roti bakar di meja. Rotinya masih hangat, artinya Ken pergi belum lama. Ia tersenyum menertawakan dirinya sendiri yang tersentuh oleh hal sederhana seperti ini.
"Bodoh," ucapnya sambil menikmati sarapan yang sudah Ken siapkan.
*********
Hai gaess, daijoubu desu ka?
Author lagi jenuh sama kehidupan nyata author nii. Coba aja aku yang jadi Aira ~~ *halu mode On 😂😂
Thx yang udah mau mampir. Author kasih bocoran dikit, next chapter bakal ada kejutan dari Ken sama Aira. Jangan pada baper loh yaa, cukup author aja yang mewek sendirian di kamar 😅😅
Jaa mata ne
Hanazawaeaszy 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 413 Episodes
Comments
Mr.VANO
aku selalu bersukur dg kehidupanku,walau suami tak perna meberiku hadia,yg sabat Aira,aku yakin kau pasti merasakan kebahagiaan
2021-09-15
1
Wildani
nyatanya hal sekecil apapun yg di berikn oleh orang yg kita cinta pasti merasa senang
2021-02-21
2
sad gurl
Thor, kamu sukses membuatku berhalu
2020-11-27
8