Ken berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan tergesa. Langkah panjang mengantarkannya sampai di pintu masuk ruang ICU tapi tak ada seorangpun disana.
"Yamazaki-sama dipindahkan ke ruang perawatan beberapa waktu yang lalu," ucap seorang perawat yang kebetulan melintas disana.
"Dimana?" tanya Ken tak sabar.
"Lantai 3. Kamar no 317."
Ken kembali berlalu dari tempat itu, meskipun tidak lagi berlari tapi langkahnya sangat cepat. Seperti berkejaran dengan waktu. Ia memasuki lift yang membawanya ke lantai tiga seperti yang perawat itu katakan.
Ting
Pintu lift terbuka, menampilkan koridor panjang rumah sakit yang tampak lengang. Ini adalah lantai dimana ruang VVIP berada, tentu saja hanya orang-orang tertentu seperti perawat dan keluarga pasien yang boleh berada di sana. Ken melangkah dengan pasti, mencari kamar tempat ayahnya dirawat.
Krek..
Sebuah pintu terbuka menampilkan ruangan bernuansa mint yang lembut. Pengharum ruangan menusuk indera penciumannya.
"Aira-chan, nama yang bagus. Kapan aku bisa bertemu dengannya?" Yamazaki bertanya dengan antusias pada istrinya. Ia duduk di sisi ranjang perawatan suaminya.
"Tadaima," Kenzo mendekat ke arah ayahnya yang tengah tersenyum cerah. Membuat ibunya tidak jadi menjawab pertanyaan yang ayahnya lontarkan.
(Tadaima : Aku pulang. Diucapkan oleh orang yang baru datang/pulang setelah bepergian)
'Ibu bilang ayah kritis, tapi sekarang ia justru tersenyum seperti mendapat lotre. Apa ibu menipuku lagi agar aku mau pulang?' Ken terpaku dengan alis bertaut. Batinnya tak senang melihat kenyataan di depan matanya. Dia memiliki banyak urusan di Indonesia, tapi ibu memaksanya pulang ke Jepang dengan alasan ayahnya terkena serangan jantung.
"Okaeri. Kapan kamu sampai, Ken?" Sumari langsung memeluk putra sulungnya itu. Mengajaknya duduk di sebelah ranjang ayahnya.
(Okaeri : jawaban dari tadaima, berarti selamat datang kembali)
"Kamu mengejutkanku, dimana dia?" Yamazaki menatap putranya menanti kabar baik, jikalau ia akan segera bertemu dengan kekasih anaknya seperti yang ia harapkan.
"Dia cantik." Ibunya menimpali.
Ken menatap kedua orang tuanya bergantian. Ia tidak mengerti arah pembicaraan keduanya. Naru mendekat dan menyerahkan sebuah undangan pernikahan. Ken membukanya dan netranya terbelalak saat melihat namanya terpampang disana.
"Khu... Khumaira Latif? Dare desu ka?" Ken meminta penjelasan pada adiknya.
(Dare desu ka : Siapa dia?)
Ketiganya terkejut mendengar respon Ken yang seolah tak mengenal Aira. Naru hanya mengangkat kedua bahunya, dan mengisyaratkan melalui matanya jika itu permintaan ibu.
"Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjangmu. Apalagi kamu 'olahraga berat' kan semalam? Ibu pikir kamu akan terlambat mengejar pesawatmu. Meskipun ponselmu tertinggal, tapi syukurlah kamu sampai di sini dengan selamat." Sumari mengerlingkan sebelah matanya menggoda Ken.
"Nani?" Ken semakin kesal, menatap tajam adiknya yang masih asik mengunyah permen karet di mulutnya. Ia tak yakin dengan apa yang ibunya katakan barusan.
(Apa?)
'Olahraga berat? Ponsel?' batinnya. Seketika Ken meraba ponsel di saku celananya dan memeriksanya sekilas. Dia menyadari ponsel yang ia genggam bukan miliknya, kemungkinan tertukar dengan gadis yang ia tabrak pagi tadi. Ia terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya saat di pesawat, sampai lupa tidak mengecek ponsel. Ia sempat mematikan daya ponsel itu namun tak menyadari bahwa itu bukan ponselnya. Ken menutup matanya, mengepalkan tangan menahan amarah.
"Bawa dia kemari, Ken.." pinta ayah.
Ken mendengus kesal dengan perlakuan ayah dan ibunya. Dia bahkan tidak tau apa atau siapa yang mereka bicarakan. Entah apa yang ibunya rencanakan, tapi nama di undangan itu bukan gadis Jepang. Seperti nama orang-orang di kantornya, Indonesia. Tapi mungkinkah? Sejak kapan ibu punya kenalan dari Indonesia? Atau gadis 'jogging' tadi pagi yang ibunya maksud?
Ken menggelengkan kepala menyadari ketidakmungkinan itu. Naru, ya adiknya yang tau kunci permasalahan ini.
Ken berdiri di depan Naru, ingin mendengar penjelasan adiknya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia masih pusing akibat jetlag setelah penerbangannya dari Jakarta ke Tokyo yang memakan waktu enam jam lebih.
"Katakan padaku yang sebenarnya,"
Naru menelan ludahnya dengan paksa menghadapi kakaknya yang sudah naik pitam. Dengan susah payah Naru menceritakan kesalahpahaman ibu mereka. Meskipun setelah tau kebenarannya, ibu tetap bersikeras ingin menjadikan Aira sebagai menantunya.
"Aku tidak bisa mencegahnya," ucap Naru lirih di akhir penjelasannya.
PRANGG
Ken melampiaskan amarahnya dengan memukul kaca di depannya membuat tangannya berdarah. Bahkan tak cukup sampai disana, ia menendang tong sampah dan membuat isinya berserakan.
"Aku akan kembali sore ini juga," ucap Kenzo menatap adiknya dengan tajam. "Jangan lakukan apapun tanpa perintahku !"
"Aku berharap tertelan ke dunia ini tanpa mendengarnya," Naru menangkup wajahnya, "Kakak pikir aku bisa menolak permintaan ibu? Bisa-bisa aku ditendang dari rumah," gadis itu merajuk menyadari posisinya bagai sengketa antara kakak dan ibunya.
"Dimana Yamaken?" Kenzo menatap arloji di tangannya, menanyakan adik kembarnya.
"Dia masih di China. Ada pemotretan dan baru pulang sore ini"
"Ck.. Tidak berguna," Ken pergi setelah membanting pintu warna silver di belakangnya.
"Kosuke, siapkan tiket pesawat. Aku kembali ke Indonesia sore ini juga," ucapnya pada seseorang di telepon.
Dua jam kemudian...
Bandara Narita, Tokyo - Jepang
Ken masuk ke dalam pesawat dengan tergesa-gesa. Setelah menemukan kursinya, ia segera meraih ponsel di saku kemejanya. Membuka ponsel milik gadis itu yang ternyata tak dikunci. Jemarinya bergulir atas bawah tapi sama sekali tidak ada foto selfi. Hanya beberapa foto langit senja dan pantai.
"Cih... apa benar dia seorang gadis?"
Jarinya terus bergerak naik turun, sampailah ia menemuka file berjudul "Secret". Setelah berhasil membobol keamanan file itu, ia tersenyum bangga. Seringainya muncul tapi sedetik kemudian wajahnya berubah masam, foto Aira dan Yudha semasa SMA. Seperti kebanyakan muda mudi yang sedang kasmaran, banyak foto selfi mereka berdua.
(Secret : rahasia)
"Aku tidak akan melepaskanmu" ucapnya geram sembari meremas benda persegi panjang itu. Terdengar suara pramugari yang meminta para penumpang memakai seatbelt mereka. Kenzo mencoba melupakan masalahnya dengan menatap pemandangan diluar pesawat tapi beberapa detik kemudian ia mendesah kesal. Gadis yang pagi tadi berpapasan dengannya, ia sungguh tak sabar ingin menemuinya.
(Seatbelt : sabuk pengaman)
...****************...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Yuk lanjut baca bab berikutnya.
Hanazawa Easzy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 413 Episodes
Comments
Sumi Artini
masih nyimak tapi buat authornya...semangattt....next bab yang laim moga seru yaa
2021-09-29
1
Mr.VANO
masi coba mencerna thor
2021-09-14
0
nattali
mina san
konijiwaaaaaaa😊
2021-07-05
2