"Berapa anak yang kamu inginkan?" Aira menatap gemintang di langit tanpa ekspresi.
"Hey, apa maksudmu?" Ken mencoba rileks.
"Kakek memaksa untuk bulan madu dan ingin segera menimang cucu. Bukankah lebih cepat lebih baik?"
Ken terdiam tak bisa berkata-kata.
"Kita selesaikan kontrak itu dengan damai," pinta gadis bermata bulat itu.
"Lalu kamu akan pergi setelah melahirkan?" Ken menatap Aira dari samping. Wajah nya terlihat lebih tirus dari sebelumnya saat pertama masuk kemari.
"Bukankah itu yang kalian inginkan?"
Hening
"Jadi, mari kita coba," ucap Aira menatap Ken, masih dengan wajah datarnya.
"Apa kamu begitu tidak menginginkan keberadaanku?" Ken mendekat, menatap manik mata coklat yang belakangan ini sangat ia rindukan.
"Sejak awal aku hanya jadi properti untuk kalian. Sampai kapanpun akan tetap sama," Aira membuang mukanya kembali ke depan. Menatap kolam ikan di tengah taman yang diterangi cahaya lampu kekuningan.
"Bagaimana jika saat kamu mengandung nanti, kamu jatuh hati padaku?" Ken masih tetap menatap istrinya dengan penuh perasaan.
"Aku tidak akan bermain dengan hati. Itulah sebabnya aku akan pergi setelah melahirkan putramu. Kalian akan mengurusnya dengan baik. Dan...." ucapannya menggantung di udara, "Aku tidak ingin melihatnya, lebih baik jika ia tidak tahu keberadaanku sama sekali."
Air mata menggenang di pelupuk mata indah itu. Dalam sekejap Aira menyekanya sebelum jatuh membasahi pipi, "Jadi, mari kita lakukan sekarang. Bukankah kamu menginginkannya?"
Aira menarik tangan Ken masuk kembali ke kamar dan mengajaknya naik ke ranjang. Ken membatu di sisi ranjang berwarna putih itu, menggeleng dengan tegas. Membuat lengannya terlepas dari cengkeraman tangan mungil Aira.
'Bukan ini yang aku inginkan,' teguhnya dalam hati.
"Kenapa?" Aira menatap Ken dengan penuh luka.
'Jika aku melakukannya, kamu benar-benar akan pergi dariku. Untuk selamanya,' Ken memendam perasaannya dalam hati.
"Kamu tidak menginginkanku. Benar kan?" tanya Aira dengan nada terluka.
"Apa kamu bodoh?" ucapnya refleks menahan tangan Aira yang hendak melepas kaos hijau lumut yang ia pakai.
"Ya. Aku bodoh dan tidak tahu diri. Aku tamak dan tak punya hati. Aku kejam dan akan menjadi lebih kejam lagi kedepannya. Kenapa kamu harus mendapatkan gadis mengenaskan seperti ini? Seharusnya kamu bisa mencari orang yang lebih pantas dan layak diperhitungkan sebagai ibu dari anak-anakmu !!" Aira berteriak tepat di depan wajah Ken. Melampiaskan kekecewaannya pada jalan hidup yang selama ini harus ia jalani seorang diri.
"Aku benci. Kalian, orang-orang yang dengan sesuka hati memainkan garis takdir manusia lain yang kurang beruntung. Apa kalian puas?" Aira menatap Ken penuh kemarahan, rahangnya menegang. Mulutnya terbuka ingin mengucapkan sumpah serapah yang lainnya tapi masih mampu ia tahan.
Ken merengkuh istrinya ke dalam pelukan. Meredam iblis yang ingin menyeruak mengungkap ketidakadilan dunia pada gadis yang malang ini.
Ia mengelus punggung Aira perlahan. Membuat si empunya merasa nyaman dan meredakan kemarahannya.
"Jika kamu mau berpura-pura mencintaiku, aku akan sangat senang karena kamulah orang pertama yang menginginkanku setelah semua orang membuangku. Setelah semua ini berakhir, aku akan melupakanmu dan kita bukan siapa-siapa lagi" ucapnya semakin lirih dan lemah. Ia berada di ambang putus asa sekarang.
Ken tersentak. Hatinya sesak, perasaan luka itu muncul lagi. Mendengar ucapan Aira barusan rasanya sama seperti 5 tahun lalu saat Erina mengucapkan selamat tinggal sebelum hembusan nafas terakhirnya.
Ken semakin mempererat pelukannya dan mencium puncak kepala Aira berkali-kali. Gadis yang ia cintai seolah akan pergi, meninggalkan Ken dengan kuncup bunga di hatinya yang baru saja mulai bermekaran.
"Jangan katakan apapun lagi. Aku akan selalu ada di pihakmu," Ken mengurai pelukannya dan menatap mata Aira dalam-dalam. Ia bertekad tidak akan membuat gadis yang ia sukai menderita untuk yang ke dua kalinya.
"Percayalah padaku. Aku akan melindungimu apapun yang terjadi," lanjutnya, menangkup rahang Aira yang mulai basah karena air mata yang tak kuasa dibendungnya.
Aira menggeleng, "NO !! Jangan menjeratku lebih dari ini. Cukup lakukan tugasmu, aku akan melakukan tugasku dengan baik," jawabnya mengambil jemari Ken dan memegangnya dengan gemetar, "Lakukan tugasmu. Do it !!"
Perlahan Aira membuka jilbab segi empat yang ia pakai dan meletakkannya di sisi tubuhnya. Tangannya meraih dasi Ken dan melepasnya.
Ken berada dalam kebimbangan. Jika ia melanjutkannya, bisa dipastikan Aira akan semakin menganggap dirinya hanyalah sebagai properti. Tapi jika Ken mundur, Aira akan semakin terluka karena ia merasa tak ada orang yang menginginkannya di dunia ini.
Tangannya menangkap jemari Aira yang berusaha melepaskan kancing kemeja. Ken menggeleng pelan seolah mengatakan 'Jangan lakukan itu. Kamu akan menyesalinya,'
Aira tersenyum, "Its Ok. Aku harus bertanggung jawab dengan pekerjaanku. Mohon kerjasamanya, Tuan Yamazaki" Aira menunduk hormat di depan Ken seolah sedang memohon sesuatu dengan sangat.
Hati Ken benar-benar kebas sekarang. Istri yang dipilihkan ibunya benar-benar gadis yang berbeda dengan yang lainnya. Dia memanggil nama lengkapnya dengan sapaan tuan yang menegaskan hubungan mereka yang sebenarnya. Kerjasama yang saling menguntungkan. Tanpa cinta.
"Kamu yang memintanya. Jangan salahkan aku jika nanti membuatmu menangis," Ken mencoba memperingatkan istrinya.
Aira tersenyum, senyum yang benar-benar tulus. Ia berterima kasih karena Ken mendengarkan ucapannya. Ini pertama kalinya keinginannya dikabulkan oleh orang lain.
Perlahan Ken membimbing Aira berbaring. Angin bertiup menerbangkan tirai yang menari-nari, menjadi saksi pertalian takdir dua insan yang berbeda negara itu.
*******
02.30 a.m
Aira membuka matanya perlahan dan menyapu pandangannya ke samping. Seorang pria tertidur dengan lelapnya setelah aktivitas panas mereka. Satu tangannya berada di bawah kepala, sementara tangan yang lain melilit di tubuhnya yang polos.
Seketika wajahnya memerah dan membuatnya merasa malu. Dia bahkan tidak ingin bertemu dengan siapapun sekarang. Ia menyingkirkan tangan kekar itu dan beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ini pertama kalinya dan ia tidak ingin memikirkannya lebih jauh.
30 menit kemudian, Aira berdiri di depan lemari pendingin. Mengambil beberapa buah dan mengupasnya dengan bantuan pisau yang biasa pelayannya gunakan untuk membersihkan sayuran sebelum dimasak. Sebuah handuk mengular di kepalanya, ujungnya menjuntai menutupi dadanya yang tak berisi.
Kimono mandi warna putih membungkus tubuh mungilnya yang merasa kelaparan itu.
"Anda membutuhkan sesuatu, nyonya?" tanya bibi Tsutsumi dari belakang.
"Aku lapar," jawabnya singkat.
"Saya akan menyiapkan makanan segera," wanita paruh baya itu dengan sangat cekatan bersiap memasakkan Aira sesuatu.
Aira menahan gerakan tangan wanita itu, "Aku akan makan buah saja. Bibi lanjutkan istirahat mu," pinta Aira dengan wajah bersahabat.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 413 Episodes
Comments
Mr.VANO
ap seseram itu thor,ceritang,jd tegang bacany
2021-09-15
0
evaaylis
cedih liat aira nya🤧 tapi nanti ken bucin juga kok...
sabar ya ra🤧🤧
2021-07-04
1
NisNis
😭😭😭😭sakit rasanya
2021-04-12
1