"Dia belum kembali?" tanya Kento serius.
Langkah Aira terhenti namun tidak berbalik. Ia menggeleng pelan, kemudian kembali berjalan ke tepi lapangan untuk berteduh. Ya, sejak malam itu ia tidak melihat Ken lagi. Saat terbangun di pagi hari, ia tidak menemukan siapapun di kamarnya. Hanya belati berbentuk pena yang ia genggam.
"Kamu tidak merindukannya?" tanya Kento setelah duduk di sampingnya.
"Dia yang membutuhkanku, bukan sebaliknya," jawabnya acuh.
Ken memberikan botol air mineral pada Aira, dan saat itulah ia melihat tangan Aira terluka bekas anak panah yang ia lesatkan.
'Gadis ini menarik, pantas Ken dan kakek langsung tertarik padanya. Kesulitan apa yang telah ia alami sampai bersikap setenang ini?'
"Lihat apa? Jangan menyukaiku, Ken akan membunuhmu," peringatnya dengan wajah datar.
"Hahaha.... Ken tidak akan melakukannya. Dia tidak bisa membunuh orang,"
"Tidak bisa? Bukankah hal yang biasa jika seorang yakuza membunuh musuhnya?" Aira merasa tak percaya dengan ucapan Kento.
Kento berhenti tertawa, wajahnya berubah serius, "Ken tidak pernah membunuh siapapun,"
"Tidak pernah?" Aira tak mengerti maksud adik iparnya itu.
"Hmm. Yakuza tidak selalu tentang bunuh membunuh seperti yang kamu pikirkan. Kami berkembang sesuai zaman. Jika tidak menguntungkan lagi, akan kami lepas. Jika mereka berbahaya, kami bisa mengontrolnya lewat hal lain. Bisnis misalnya. Tidak ada orang yang bisa menolak uang sekarang, kan?"
"Apa kalian berusaha mengontrolku? Atau ingin mengambil keuntungan dariku?"
Krekk krekk
Aira meremas botol minuman yang telah kosong di tangannya. Kento meliriknya sekilas dan tersenyum miris.
'Dia lebih mengerikan dari Ken,' ungkapnya dalam hati.
"Berkuda, menggunakan senjata api, memanah. Besok apa lagi?" Aira menatap Kento dengan tatapan yang menakutkan, seolah bersiap memusnahkannya sekarang juga.
Glek
Kento menelan ludahnya dengan susah payah. Intimidasi gadis yang kini berdiri di depannya benar-benar kuat. Ia sampai kesulitan memilih kata-kata.
"Hahaha..." Kento tertawa garing, menertawakan dirinya sendiri yang mati kutu di depan Aira, "Kakek sangat menyukaimu," ucap Kento pada akhirnya.
"Huh," Aira berlalu meninggalkan Kento yang geleng-geleng kepala. Tubuh mungilnya menghilang di balik pintu berwarna coklat menyusul kakek ke ruangannya.
"Dia lebih mengerikan dari kakak, benar kan?" Naru tiba-tiba muncul di samping Kento membuat fotomodel itu terperanjat dari duduknya.
"Apa yang terjadi?" Kento tak tahu apa saja yang sudah keluarganya lakukan, khususnya kakek pada menantu baru mereka. Ia baru kembali beberapa menit yang lalu dan langsung pergi ke tempat panahan saat ibu bilang Aira tengah berlatih bersama kakek.
"Kakek menekannya selama seminggu ini. 3 hari menembak, 3 hari berikutnya berkuda dan sekarang memanah. Aku tidak tahu apa yang kakek pikirkan, memaksanya berlatih sepanjang hari dan menghabiskan malam dengan belajar menata bunga sampai tengah malam,"
"Apa Ken tahu?"
Naru menggeleng, "Kakek melarang siapapun memberitahunya. Dia ingin memberikan kejutan pada Ken saat ia kembali,"
"Kapan ia kembali?" Ken menerawang jauh ke angkasa. Kakeknya tidak main-main mengurus Aira. Menginginkan kemampuannya setara dengan Ken.
"Lusa. Tapi kakak ipar terlihat semakin frustasi hari ini," ungkap Naru.
"Frustasi?"
"Hari ini dia hanya bisa melesatkan satu anak panah pada target dari 10 kesempatan yang kakek berikan. Tangannya gemetar dan selalu turun saat memegang busur. Berbeda dengan sebelumnya, dia berhasil membidik 3 dari 10 apel yang ada,"
"3 dari 10? Hanya dalam waktu 3 hari?" tanya Ken tak percaya, terlihat dari matanya yang membulat sempurna.
Naru mengangguk, "Kakek bilang kakak ipar akan masuk ke sekolah khusus pekan depan, jadi setidaknya ia harus menguasai teknik dasar dulu,"
"Ken harus segera kembali. Naru-chan, aku akan mengurusnya" Kento menghilang sebelum Naru sempat menjawabnya.
*******
Di tempat lain, Ken sedang meeting bersama klien saat ponselnya bergetar. Ia membiarkannya, dan baru melihatnya setelah meeting selesai. 7 panggilan tak terjawab dari Kento.
"Nani?" tanya Ken begitu teleponnya tersambung dengan Kento.
(Apa?)
"Cepat kembali. Dia membutuhkanmu,"
Tut tut tut
"Apa maksudnya?"
Ken berjalan meninggalkan ruang rapat menuju ke ruangannya. Tangannya terulur meraih handle pintu, tapi tiba-tiba ia berhenti. Ingatannya tertuju pada Aira, 'Apa dia baik-baik saja?' gumamnya dalam hati.
"Cari tahu apa yang mereka lakukan pada istriku," perintah Ken pada asisten pribadinya.
"Baik," jawab pria berpakaian hitam yang sedari tadi berdiri 2 langkah di belakang Ken.
22.05 JST (Japan Standard Time)
Ken memasuki kamar remang-remang berlantai kayu ini. Netranya terfokus pada ranjang berwarna putih 5 meter di depannya. Tak ada pergerakan disana, 'Apa dia sudah tidur?' pikirnya.
Asistennya sudah melaporkan kejadian yang dialami Aira seminggu terakhir, sejak hari pertama ia meninggalkan Aira yang masih terlelap.
Dengan hati-hati ia meletakkan jasnya di punggung kursi dan semakin mendekat ke ranjang yang ia tinggalkan seminggu yang lalu. Ia belum menyentuh Aira karena kesibukan yang tidak bisa ia tinggalkan.
Ken mengendurkan dasinya dan mulai masuk ke dalam selimut yang membungkus tubuh kecil istrinya sebatas perut. Perlahan Ken memasukkan tangannya ke bawah badan Aira yang terlelap dan menarik tubuhnya lebih dekat.
Aroma lemon menguar dari rambut Aira yang masih sedikit basah. Nampaknya ia mencuci rambutnya sebelum tidur tadi.
Merasa tak ada respon, Ken mencium tengkuk Aira yang membelakanginya. Ia menenggelamkan hidungnya disana, menikmati aroma khas istrinya yang sangat ia rindukan. Ah, nampaknya benar yang Kento katakan tempo hari. Gadis kecil ini sudah menjadi candu untuknya.
Awalnya Ken hanya berdiam saja selama beberapa menit, tapi iblis dalam dirinya bangkit meminta lebih. Lagipula Aira adalah istrinya, ia berhak mendapatkan lebih dari ini. Dengan perlahan tapi pasti, Ken mulai mengendus telinga istrinya dan menciumnya setelah mengibaskan beberapa helai rambut yang menutupi area sensitif itu.
Aira yang merasa terganggu menepis kepala Ken yang masih asik mencium telinganya. Matanya masih terpejam dan belum menyadari bahaya yang akan ia hadapi. Itu hanya respon yang seketika muncul karena merasa ada sesuatu yang mengganggu indera pendengarannya itu.
"Tadaima," bisik Ken tepat di telinga Aira.
(Aku pulang)
Seketika bulu roma gadis itu meremang. Alisnya bertaut untuk beberapa detik tapi tak lama kemudian kembali normal dan masuk ke alam bawah sadarnya lagi. Ken menyunggingkan senyum melihat respon istrinya.
Ken mencium puncak kepala Aira dan menyurukkan wajahnya di antara helaian rambut istrinya yang berwarna hitam. Tangannya tak tinggal diam, ia menggenggam jemari Aira dan memainkannya. Aira yang mulai merasa terusik menarik jemarinya. Ken tersenyum jahil dan mulai memasukkan tangannya ke dalam piyama yang Aira kenakan. Tangannya mengelus perut rata Aira dan memainkan jemarinya disana.
Karena tak ada respon, perlahan tangan kekar itu naik ke atas. Mencoba menjamah bagian tubuh yang lain.
Hap
Aira membuka matanya dan menangkap tangan yang sedang bergerilya di atas tubuhnya itu. Jantungnya berdetak kencang mendapat perlakuan yang mengejutkan ini. Berbagai pikiran buruk menghantuinya.
"Tadaima..." bisik Ken di telinga Aira.
Mata gadis itu membulat sempurna. Nafasnya tercekat mendengar suara yang sangat ia kenali itu. Suara yang membuatnya berada di tempat ini. Suara yang beberapa hari ini tidak ia dengar atau lihat pemiliknya.
"Ken?" lirih Aira seraya mencoba berbalik. Matanya menatap pria dengan pahatan wajah sempurna khas negeri matahari terbit ini.
"Kamu merindukanku, hmm?" tanya Ken seraya mendekatkan wajahnya ke hidung Aira.
Detik berikutnya Ken mencium bibir ranum itu dengan tiba-tiba. Aira hanya bisa membelalakkan mata bulatnya.
Brukkk
Aira refleks mendorong dada Ken bersamaan dengan kakinya yang menendang suaminya sampai terjatuh dari ranjang mereka.
"Airaa-chan, beraninya kamu menendangku?" sungut Ken seraya berdiri dan menatap tajam gadis di depannya.
Aira mengelap bibirnya dengan punggung tangan dan menatap Ken penuh kebencian. Ia tidak rela pria itu mencuri ciumannya lagi.
"Muka dua," lirihnya sambil menatap jijik pada Ken. Sebelah bibirnya terangkat dan segera melemparkan selembar kertas yang sedari tadi berada di atas nakas.
Ken menghidupkan lampu sebelum mengambil kertas itu dan membacanya. Ia terkejut dan menatap tak percaya pada Aira.
"Darimana kamu mendapatkannya?"
"Apa kamu takut aku tahu? Sayangnya kakek sengaja meninggalkan surat perjanjian itu di meja saat aku menemuinya. Atau dia memang sengaja ingin aku membacanya? Jika tidak bagaimana bisa aku punya salinannya?"
Ken tak bisa berkata-kata. Di kertas itu tertera tandatangannya dan kakek. Tertulis bahwa Ken menikahi Aira untuk sementara sampai mereka mendapat keturunan Ken. Jika anaknya laki-laki, mereka akan mengambilnya. Tapi jika anaknya perempuan, mereka akan membawanya pergi. Aira akan direkrut menjadi agen khusus/mata-mata setelah meminumkan obat yang membuatnya lupa kejadian ini. Makanya Aira harus menguasai semua senjata agar bisa menjadi mata-mata yang hebat nantinya.
"Berapa banyak wanita yang sudah melayanimu?" tanya Aira sarkas.
Ken masih terdiam. Tangannya mengepal erat di samping badan.
"Atau mungkin Erina meninggalkanmu karena hal ini?"
"DIAM !!" bentak Ken. Kemarahan telah naik ke ubun-ubunnya jika membicarakan gadis cinta pertamanya, "Tutup mulutmu atau kamu akan merasakan akibatnya,"
*******
see you next chapter
bye bye
by hanazawa easzy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 413 Episodes
Comments
Mr.VANO
kasarny kau ken,aira
2021-09-14
0
༂ 𝑫𝒂𝒏𝒏𝒚♚ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ ༂
kejam kenzo
2021-02-21
1
Moch
kenapa jadi begini?
tp gpp, lanjutkan
2021-02-20
1