"Aku juga punya syarat untukmu," ucapnya dengan mengangkat sebelah alisnya.
Aira menggenggam tangannya yang ada di bawah meja, ia merasa takut mendengar hal berbahaya yang mungkin akan Ken ucapkan.
"Lakukan semua yang aku minta, tidak ada penolakan," ucapnya dengan tegas. Aura iblis terpancar jelas di matanya.
Deg
Aira tersentak mendengar permintaan Ken. Kakinya merasa lemah seperti tak menapak bumi, seolah nyawanya tak ada artinya lagi. Permintaan itu terlalu luas artinya, dia harus mengabdi pada Ken dalam segala hal, padahal dia hanya meminta 2 hal saja.
Aira terdiam, memikirkan jawaban atas permintaan Ken. Dia harus memutar otaknya agar menemukan perisai untuk melindungi dirinya sendiri. Dia tidak boleh gegabah menyetujui permintaan calon suaminya itu, jika tidak sama artinya dia menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri.
"Bagaimana?" senyum Ken semakin lebar mengetahui Aira yang merasa tertekan.
"Aku akan memikirkannya," ucapnya dengan suara bergetar. Dia benar-benar blank sekarang. Otaknya serasa berhenti berputar menatap manik berwarna coklat itu. Tatapan dan initimidasinya membuatnya tak bisa berpikir jernih. Lagi-lagi keringat dingin mulai keluar membasahi pelipisnya.
Kento tak lepas memandang calon kakak iparnya yang mulai terlihat pucat itu. Ia merasa seperti pernah melihat gadis itu, tapi tidak yakin karena dia menemui begitu banyak orang setiap harinya.
'Mungkin mirip salah satu fansku,' lirihnya dalam hati, tak ingin memikirkannya lebih jauh.
Drrt drrtt
Ponsel Ken bergetar pertanda ada telepon masuk.
"Permisi," ucapnya seraya menjauh dari meja makan.
"Maaf, aku harus kembali ke kantor. Ada urusan mendadak," pamitnya.
Aira beranjak dari duduknya begitu mendengar kata 'kantor'
"Nikmati hidangannya. Makan yang banyak calon istriku, kamu terlalu kecil tidak enak dipegang," ucapnya seraya mengambil jas yang ada di punggung kursi.
Wajah Aira memerah, ia merasa sangat malu mendengar kata-kata Ken barusan. Terlalu vulgar mengatakannya di depan banyak orang, meskipun itu hanya keluarga mereka saja.
"Hey gadis kecil, aku berbicara tentang tanganmu. Bukan yang lain," Ken mengukir senyum jahilnya menyadari Aira yang salah tingkah, "Untukmu," Ken melempar sebuah kotak cincin berwarna putih pada Aira, untunglah gadis itu sigap menangkapnya.
"Jika setuju, pakai cincin itu. Anggap saja aku sedang melamarmu. Waktumu 3 hari. Jika tidak mau, pastikan aku tidak melihat wajahmu lagi," ucapnya sambil berlalu pergi.
Aira mematung di tempatnya, belum bisa mencerna sepenuhnya dengan kejadian beberapa detik yang lalu.
'Orang itu melamarku? Tapi dia juga mengancamku? Dia...' netranya kehilangan Ken detik itu juga, tubuh tegapnya menghilang tertelan lift di ujung ruangan. Seketika tubuhnya luruh dan terduduk di kursinya semula.
"Are you OK?" tanya Yamaken melihat calon kakak iparnya yang terlihat kacau.
"Naru, ajak Aira-chan menghirup udara segar," pinta Sumari pada putrinya. Ia maklum jika calon menantunya terkejut oleh tingkah putra sulungnya yang luar biasa itu.
Naru mengangguk dan segera meraih tangan mungil itu untuk pergi, "Ayo.." ajaknya.
Aira menurut begitu saja, berjalan bersisian dengan gadis berambut coklat itu. Meninggalkan kedua orangtuanya yang terus mengkhawatirkannya dalam diam. Tak bisa berbuat apapun.
"Maaf jika putraku mengejutkan kalian," Sumari membuka pembicaraan setelah tak ada suara beberapa menit yang lalu.
"Dia pasti akan melindungi putri kalian apapun yang terjadi. Aku berjanji akan menjamin keselamatan Aira dan menyayanginya seperti putriku sendiri,"
"Terima kasih," ucap Anita lirih, suaranya terhenti di tenggorokan. Bagaimanapun juga dia melihat dan mendengar sendiri saat Ken mengancam Aira beberapa saat lalu, bagaimana mungkin dia bisa tenang? Dan siang tadi di Bandung, dia juga mendengar dentuman keras dari pintu di lantai atas. Meskipun Aira tidak terluka, ia yakin mereka berselisih paham saat itu.
"Setelah pernikahan mereka, kami akan membawa Aira ke Jepang. Sudah menjadi tradisi bahwa pengantin wanita harus memberikan hormat pada tetua di keluarga kami. Setelah itu, resepsi pernikahan baru akan dilakukan setelah mendapat restu dari para tetua," jelas Sumari kemudian.
"Putriku hanya gadis biasa, mungkin akan sulit membuatnya terbiasa dengan tradisi keluarga kalian yang berbeda," Seno mencoba meyakinkan agar mereka tidak membawa putri semata wayangnya yang baru ia temui kemarin. Dia pergi meninggalkan Anita saat Aira masih dalam kandungannya yang berusia 5 bulan.
"Kami akan memasukkannya ke sekolah khusus milik aliansi kami. Disana dia akan belajar bisnis, memasak, berkuda, memanah bahkan menggunakan senjata tajam,"
"Itu terlalu berbahaya," ucap Anita spontan.
"Akan lebih berbahaya jika putrimu tidak bisa melindungi dirinya sendiri," Tsuguri menatap calon besannya bergantian.
"Dunia kami berbeda dengan kebanyakan orang. Aku seorang yang berkecimpung di dunia gelap selama lebih dari 30 tahun. Akan ada banyak kejadian tak terduga yang mungkin membahayakan nyawa Aira. Tapi putraku juga bukan orang yang lemah, dia pasti akan melindungi istrinya dengan nyawanya sendiri selama Aira berada si pihaknya,"
Hening
"Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, aku akan mengambil nyawaku sendiri dengan sukarela. Tolong percayakan Aira pada kami," ungkap Tsuguri kemudian menunduk 90° pada pasutri yang tampak sangat khawatir itu.
*******
Rooftop
Aira terduduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi. Tangannya menggenggam kotak cincin yang belum sempat ia buka. Ia terlalu syok dengan kejadian yang terjadi dengan sangat cepat itu.
"Mau minum?" Kento mengulurkan sekaleng minuman dingin dan melempar kaleng yang lain pada Naru.
Hap
Naru dengan sigap menangkapnya dan langsung menghabiskannya dengan sekali tegukan.
"Jangan terlalu dipikirkan, dia memang selalu begitu," ucapnya sambil duduk sejajar dengan Aira, hanya berjarak beberapa langkah.
"Jika kamu tidak sanggup, menyerah saja. Katakan dengan jelas jika kamu tidak bisa menerimanya. Aku akan berada di pihakmu,"
"Apa... Dia pernah terluka?" Aira memberanikan diri menatap Kento.
"Luka fisik tidak akan membuatnya mati dengan mudah," Kento tersenyum hangat dan menatap langit berbintang yang terlihat cerah dengan bulan sabit menghiasinya.
"Bukan," Aira memutar-mutar kaleng minumnya.
Kento heran dan menatap Aira lekat-lekat.
"Itu, tentang seseorang. Dia pernah kehilangan?" tanya Aira hati-hati.
"Uhukk...," Kento yang sedang minum tersedak saat mendengar pertanyaan itu. Dia tidak bisa menjawabnya.
"Apa kakak mengatakan sesuatu padamu?" Naru mendekat dan menatap Aira penuh selidik.
Aira bangkit, "Ekspresi kalian sudah menjawab semua pertanyaanku, terima kasih," ucapnya lalu beranjak pergi.
"Tunggu," pinta Naru yang membuat Aira terpaksa mematung di tempatnya berdiri, "Aku bisa ceritakan semuanya padamu,"
*******
Seminggu berlalu...
Udara segar menyelimuti kota ini. Negara 4 musim yang selama ini ingin sekali Aira kunjungi, Jepang.
Pernikahan berlangsung kemarin di Indonesia setelah Ken mengucap dua kalimat syahadat sebagai syarat khusus yang Aira minta. Dan sebagai timbal baliknya, sekarang ia yang harus mengikuti perintah Ken.
Mereka duduk di sebuah ruangan luas semacam aula yang sepenuhnya terbuat dari kayu. Beberapa tetua tampak menatap Aira yang ada di tengah ruangan dengan heran. Penampilannya yang memakai hijab tentu terlihat asing untuk mereka, dan fisik Aira yang biasa saja membuat mereka sangsi dengan keputusan calon penerus utama mereka kelak.
Klang...
Sebuah katana (pedang tradisional Jepang) mendarat 30cm di depannya. Seorang pria tua yang paling dihormati oleh semua orang tengah menatap Aira dengan tajam.
"Ambillah" pinta kakek yang duduk tepat di depan Aira dan Ken.
Deg
Jantung Aira serasa berhenti berdetak, tangannya mulai gemetar karena takut. Ini pertama kalinya ia melihat katana sungguhan. Selama ini dia hanya melihatnya dari film-film Jepang yang terkadang ia tonton saat waktunya sedikit senggang. Ia menatap Ken yang duduk di sampingnya untuk meminta bantuan, tapi Ken tak bergerak sama sekali. Seolah tidak terusik dengan kejadian itu.
"Ambil !! " suara bariton itu kembali menggema memenuhi ruangan ini.
Aira mengulurkan tangannya hendak mengambil pedang panjang itu saat tiba-tiba Ken menahannya.
"Dia tidak bisa menggunakannya. Memegangnya saja belum pernah," ucap Ken datar.
Brukk
Sekarang sebuah busur panah teronggok di samping katana itu, dilemparkan oleh orang yang sama.
"Jangan katakan kamu juga tidak bisa menggunakannya," ucapnya dingin.
Diam
Aira menunduk tak berani menatap lelaki garang itu. Entah apa yang akan dia lakukan sekarang. Semalam Ken berkata bahwa tidak ada yang penting, para tetua hanya ingin melihat wajahnya. Tapi sekarang, kenyataan berkata lain. Ia dihadapkan pada situasi sulit di depan orang-orang berumur ini.
Bughh
Kini sebuah pistol mendarat di pangkuan Aira yang masih terdiam. Semua pasang mata menatapnya dengan tajam.
"Maaf, aku tidak bisa menggunakannya," lirih Aira memberanikan diri menatap ketua Yamazaki yang mulai terlihat gelap raut wajahnya.
"Apa kemampuanmu? Berkuda? Mendaki gunung? Memasak? Berdandan? Melipat kertas? Menata bunga? Menari? Berkendara?"
"Nothing," jawabnya dengan datar. Ia menebalkan mukanya untuk menghadapi situasi ini.
"Apa?"
********
Arigatou minna-san...
See you next chapter 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 413 Episodes
Comments
Mr.VANO
keras amat ujianny
2021-09-14
1
¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾
nyicil baca.. maaf kak masih anak baru.. 🤭
2021-05-30
1
ɴᴀᴜғᴀʟ
👍👍👍👍
2021-05-30
1