BAB 10 KESABARAN

"A--aku, aku dari rumah teman." Oliv terbata-bata, berjalan melewati Dre yang masih melihatnya. Dengan sigap Dre mencengkram tangannya.

"Tunggu, aku belum selesai bicara."

"Apaan sih, Bang?" Oliv berusaha melepaskan tangan. Dia tau Dre akan marah, sebisa mungkin dia harus menghindar.

"Biasakan kalau akan pergi bilang dulu. Kalau kayak gini siapa yang khawatir? Mengabari enggak, di telpon gak bisa."

"Lupa." Ucap Oliv santai. Gadis ini membuat kesabaran Dre benar-benar di uji.

Dre menarik napas. Perlahan melepaskan cengkraman tangannya. Dan membiarkan Oliv berlalu.

Mata Dre masih mengikuti punggung Oliv yang masuk ke dalam kamar, kemudian Oliv mengunci pintu. Hingga pandangan Dre hanya berpusat pada pintu itu.

Dre mengusap rambut. Masih terasa panas di dalam sana. Amarah.

Amarah yang tertahan karena ketidak tegaan memarahi Oliv. Tapi sampai kapan? Jika di biarkan apa itu akan berdampak baik?

Benar-benar memberikan tantangan tersendiri untuk Dre. Merubah atau membiarkan. Dua pilihan yang harus dia mantapkan dalam hati.

Pagi.

"Pagi, Bang!" Oliv seperti tak punya beban, bersikap biasa pada Dre yang masih terlihat kesal padanya.

"Duduklah, aku ingin bicara."

Segera Oliv duduk pada kursi makan berwana cokelat bergaris putih serta meja yang senada warnanya. Di atas meja sudah tersedia sarapan yang memang setiap pagi Bi Onah selalu hadir.

Bi Onah sendiri sekilas memperhatikan mereka berdua. Dia tersenyum sembari menggeleng, tangannya masih fokus menuangkan kopi dan gula di dalam gelas. Sesekali matanya melirik ke arah Dre dan Oliv yang masih duduk di kursi makan, menikmati sarapan.

"Ini..." Dre menyodorkan buku pada Oliv, Oliv memicingkan alis.

"Ini apa?" Oliv dengan raut wajah heran.

"Ini adalah daftar aturan di rumah ini. Kamu harus mentaati setiap aturan yang ku buat di sana."

"A--apa?" Kali ini Oliv terbelalak.

Oliv membuka lembar pertama pada buku itu.

-Tidak boleh pulang malam

-Tidak boleh berpergian tanpa aku tau kamu kemana

-Tidak boleh membawa teman cowok ke rumah

Dan masih banyak lagi.

"Bang? Apaan, sih kek gini?" Oliv kesal, berusaha memprotes. Tapi Dre tak menghiraukan, tetap asik dengan segelas kopi yang baru saja di bawakan Bi Onah.

"Demi kebaikan kamu, sampai kapan mau jadi anak badung? Gak malu apa udah gede!" Dre beranjak, dia berjalan tujuannya pasti mobil yang ada di halaman rumah. "Selesaikan sarapannya, aku menunggu di mobil."

Dre berlalu, menyisakan kekesalan di hati Oliv. Suara sendok yang beradu dengan piring terdengar sangat keras. Seketika nafsu makan Oliv jadi sirna.

"Ada apa toh, Non?" Bi Onah datang menenangkan.

"Bang Dre menyebalkan, Bi!" Oliv masih terlihat kesal, tangan yang memegang sendok menimbulkan urat-urat kemarahannya.

"Gak apa-apa, yang namanya Kakak pasti ingin yang terbaik untuk Adiknya."

"Tapi dia bukan Kakakku, Bi." Sanggah Oliv yang tanpa sadar.

Bi Onah mengernyitkan dahi, berusaha mencerna perkataan Oliv yang baru saja diucapkannya.

"Maksudnya gimana, toh?"

Oliv tertegun. Jantungnya sedikit berdebar, karena menyadari kesalahannya dalam berucap.

"Gak apa-apa, Bi. Aku berangkat dulu, nanti telat." Oliv berlarian menemui Dre yang sudah menunggu. Tak lupa tangannya juga membawa catatan yang di berikan Dre untuknya.

Mereka segera bergegas. Mercedes-Benz melesat dari halaman rumah.

Bi Onah yang memperhatikan keberangkatan mereka hanya bisa menggeleng.

"Ada-ada saja keributan antara mereka berdua,"

Bi Onah kembali mengerjakan tugasnya.

Rumah Dre lumayan besar, apalagi untuk dirinya yang hanya tinggal sendiri. Sekarang berdua di tambah Oliv. Rumah yang dominan berwarna hijau pada dindingnya, berlantai keramik berwarna putih, serta terdapat perabotan yang begitu lengkap. Lukisan-lukisan yang menggantung di dinding menambah kesan indah pada rumah ini.

Halaman yang luas, terdapat beberapa tanaman bunga hias yang begitu terurus. Pohon-pohon pinang tumbuh rapi di balik pagar. Serta terdapat motor gede dan mobil BMW berwarna putih di Garasi. Rumah ini terletak di salah satu Daerah di Kota Jakarta.

Cukup mapan. Tapi, belum mempunyai niat untuk menikah--Dre.

*****

"Bang, bisa gak kita bicarakan baik-baik tentang aturan-aturan itu?" Oliv memelas, tatapan mata yang terlihat seperti mengiba.

"Sudah cukup dengan semua kebebasan mu. Sekarang saatnya kamu membenah diri, Liv."

"Masa aku gak boleh keluar malem? Bagaimana jika temen-temen mengajak ku untuk keluar?"

"Aku ikut," ucap Dre datar.

Oliv mendengus, dalam benaknya sepertinya tak ada harapan untuk membatalkan aturan itu. Oliv harus menurut, dia sadar di mana dia sekarang bernaung. Hanya Dre yang dia punya. Dan hanya Dre yang mau menampung hidup dan semua kebutuhannya. Walau sulit, tapi harus di jalankan.

"Hal yang susah sekalipun, jika di lakukan dengan ikhlas lama-lama akan terbiasa dengan sendirinya." Ucap Dre,

"Kita bisa karena terbiasa."

Kemudian mereka hanya di selimuti keheningan selama perjalanan.

Terpopuler

Comments

Lily Gogali

Lily Gogali

lanjut....

2021-09-01

0

Suri Hadassa

Suri Hadassa

Buka Hati menancapkan 10 jempolnya ❤️❤️😍
semangat selalu Thor 💪💪

di tunggu feedbacknya 🙏😊😘

2021-05-05

2

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

belum tampak tanda tanda adanya percikan cinta ya

2021-04-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!