Oliv berjalan sendirian, menyusuri jalan yang sudah lumayan sunyi. Sengaja tidak mau pulang, rumah bukan tempat yang nyaman untuknya.
Oliv menyandarkan punggung di bangku, di pinggir jalan. Sesekali motor lewat. Motor yang di kendarai para ABG dengan suara khas yang memecah telinga. Mungkin para ABG itu baru pulang dari malam mingguan.
"Sendirian nih, ye?!" Ucap mereka, terdengar meledek di telinga Oliv. Tapi memang benar, kini Oliv memang sendirian. Tak ada siapapun. Oliv hanya bisa memasang wajah kesal pada mereka.
"Emang kenapa kalau sendirian? Toh mati juga sendirian." Gerutunya.
Malam semakin larut, Oliv masih nyaman dengan bangku yang kini didudukinya. Serasa berat untuk meninggalkan. "Ah! Kalau sudah nyaman, susah untuk di tinggalkan."
"Kenapa di sini?" Suara yang tidak asing di telinga Oliv, mengagetkan.
"Abang?" Oliv terperanjat. Dre sudah ada di depannya.
"Sana pulang!"
"Enggak! Ngapain Abang Di sini?" Oliv terlihat manyun.
"Lewat."
"Oh!"
Dre menarik tangan gadis itu, memasukkannya ke dalam mobil. Mobil melaju.
"Maaf," ucap Dre. Oliv hanya diam.
"Sudah ku bilang, acaranya buat anak cowok. Masih saja ngotot!"
"Iya! Lagian sudah kelar juga."
"Marah?"
"Enggak!"
"Yaudah, ku antar pulang."
"Gak mau, Bang!"
"Nginep?"
Oliv mengangguk. Dia sudah terbiasa menginap di rumah Dre. Setiap kali nginap selalu saja memberikan alasan nginap di rumah teman sambil kerjain tugas kelompok kepada Bibinya. Tapi kali ini dia tak mengabari Bibinya, bingung mau kasih alasan apa.
*****
Rumah Pribadi Dre, tidak ada siapapun. Dia tinggal sendirian di rumah ini. Pria dewasa, seharusnya memang tak lagi merepotkan orang tua. Terlebih jika sudah bekerja.
"Sana masuk ke kamarmu. Aku masih belum ngantuk."
Oliv masih berdiam diri, kemudian ikut menyandarkan punggung ke sofa di sebelah Dre. Sofa beludru berwarna biru yang sangat empuk. Di hadapan mereka terdapat televisi layar datar yang sengaja dinyalakan Dre untuk menghilangkan keheningan diantara mereka.
"Abang..."
"Ya," Dre fokus melihat layar TV.
"Dewasa itu enak, ya. Bisa bebas, gak ada yang ngantur-ngatur ini itu." Oliv mulai berangan-angan. Dre tersenyum mendengarnya.
"Kelak, kalau kau sudah dewasa pasti akan merindukan masa-masa sekarang."
"Apanya yang mau dirindukan?!" Oliv mendengus kesal.
Dre memahami sifat ABG seperti ini. Belum menemukan makna dan tujuan kehidupan. Bisa bersenang-senang, hidup bebas, itu definisi bahagia menurut mereka.
"Sudah malam, sebaiknya tidur sana. Besok sekolah, kan?"
"Males,"
Dre mengacak pelan rambut Oliv. Gadis itu hanya memasang wajah kesalnya.
Hening
Mata keduanya masih tertuju pada layar TV, menikmati acara yang sebenarnya sama sekali tak menarik. Sesekali Dre melirik ke Oliv, curi-curi pandang pada tubuh gadis itu, membuat dia sedikit menelan saliva. Oliv hanya mengenakan kaos berwarna kuning yang tak begitu tebal, serta celana jeans yang ketat.
Dari kecil mengenal Oliv, sekarang gadis itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja.
Cantik. Wajahnya manis tak membosankan. Dengan rambut sebahu terurai. Bibir mungil, hidung mancung, dengan bulu mata yang lentik.
Dre mengusap wajah. Membuyarkan pikirannya yang entah kemana.
"Aku tidur dulu ya, Bang." Oliv menangkap mata yang sedang memperhatikan dirinya.
"I-Iya, sana."
Oliv berlalu, meninggalkan Dre sendirian. Masih di sofa yang empuk itu.
"Huh! Seandainya aku gak ingat dosa." Dre lagi-lagi mengusap wajah dengan kedua tangannya.
*****
Oliv masuk ke kamar. Memandangi langit-langit kamar yang bewarna putih. Lampu masih menyala terang di kamar itu, hingga membuat mata silau.
Berusaha memejamkan mata, yang masih enggan untuk tidur. Berharap malam tak segera berlalu, karena besok pasti masalah baru akan muncul.
*****
Pagi.
Bibi Maureen tak mendapati Oliv di kamarnya. Wanita itu seperti akan meledak saat itu juga. Lagi-lagi hanya bisa mengumpat, menyumpahi.
"Anak set*n! Anj*ng! Sialan! Kemana dia pergi? Sejak kapan?"
Paman Daniel yang mendengar suara lengkingan istrinya dari kamar Oliv hanya membisu, sambil terus menikmati secangkir kopi yang sudah tersedia di meja makan.
Geram, hampir saja cangkir itu pecah karena genggaman erat dari tangannya.
*****
Tampak Dre sudah bersiap berangkat kerja. Oliv baru selesai mandi. Masih terlihat basah rambutnya. Tetesan air dari rambutnya sedikit membasahi baju kaos yang dia kenakan, hingga menampakan 'tali' yang menggantung di pundak. Warna biru. Dre memalingkan wajah.
Huh! Godaan pagi! Benak Dre, berusaha menahan gairah.
"Kamu mau pulang, apa tetap di sini?" Tanya Dre, tak menatap gadis itu.
"Pulang. Anter, ya. Males naik Ojol!"
"Em."
Oliv mengambil tasnya, bergegas mengekori Dre yang masuk ke dalam mobil.
30 menit berlalu, mobil Dre berhenti di depan Gang, sesuai permintaan Oliv. Segera gadis itu turun dari mobil.
"Makasih ya, Bang! Dadah!" Oliv segera berlalu. Berlarian kecil. Menghilang di ujung gang.
Dre hanya geleng-geleng kepala.
Oliv sedikit heran, rumah sepi. Tak ada tanda-ada keberadaan Paman dan Bibinya. Kemana? Benaknya.
"Akh! Bagus! Gak ada mereka, bebas!!!" Oliv segera membaringkan tubuh di surganya, kasur.
Tapi tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang marah-marah, asal suara dari Bibi Maureen.
Sangat keras, Bibi Maureen membanting pintu kamar Oliv. Oliv yang sedang tiduran seketika kaget.
Segera Bibi Maureen menjambak rambut Oliv, tanpa ampun.
"Set*n! Anak sial*n!!! Dari mana kamu hah?!"
"Sakit, Bi!"
"Anak tak tau diri!!! Selalu saja membuat susah! Membuat malu!"
PLAK! PLAK!
Tamparan bertubi-tubi mendarat di pipi Oliv. Bibi Maureen terlihat sangat murka. Tatapan Oliv yang seperti minta tolong pada Paman Daniel sama sekali tak di hiraukan pria itu.
"Percuma capek-capek biayain kamu sekolah, tapi kamu sekolah gak bener. Kamu sudah di keluarkan dari sekolah!"
Segera Bibi Maureen menyeret Oliv keluar rumah, sepertinya dia benar-benar murka.
"Pergi sana kamu! Taunya bikin susah saja!!! Jangan pernah kembali ke sini!!!"
Bibi Maureen sangat-sangat emosi seperti tiada kata maaf lagi untuk Oliv. Walau gadis itu memohon menyembah di kakinya. Bibi Maureen sama sekali tak perduli. Masuk ke dalam rumah meninggalkan Oliv menangis di halaman, di saksikan orang-orang yang penasaran dengan keributan yang terjadi
Makin banyak mulut-mulut yang berlagak suci mencibir dan memaki Oliv sembari berbisik satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ
nyesek amat sih🤧🤧🤧.. ucapan itu bagian dari doa loh..masa orang disebut pake nama nama binatang..jahad..meski senakal nakalnya anak ga boleh mengucapkan kata-kata yang buruk🤧
2021-04-27
2
Sabarita
pasti ada alasan kenapa Oliv seperti itu
2021-02-28
2
💫Sun love 💫
pedih hati diperlakukan seperti itu, sabar oliv.
2021-02-12
1