"Gimana Pak Mika apa masih mau melanjutkan melihat pembanguanan?" Tanya Pak Jono.
"Gak usah. Saya balik aja. Yang penting semuanya lancar-lancar saja kan? Gak ada kendala?" Tanya Mikael.
"Iya Pak, semuanya aman kok." Jawab Jono.
Terdengar seseorang yang memanggil Jono. Jono lalu berpamitan kepada Mikael dan Gladys.
"Bisa berdiri gak?" Tanya Mikael.
"Bisa kok pak Mika." Ujar Gladys lalu berdiri dari tempat duduknya. Dia lalu berjalan di belakang Mikael dengan langkah yang pincang.
"Kamu bisa gak jalan lebih cepat?" Tanya Mikael yang merasa sedikit kesal melihat Gladys berjalan lambat.
"Nih orang punya hati gak sih? Udah tau kaki lagi terluka gini malah di suruh jalan cepet-cepet." Makinya dalam hati.
Gladys lalu melihat Mikael yang berjongkok di depannya.
"Cepetan naik. Saya gak ingin kerjaan saya yang lain terhambat gara-gara kamu." Ujar Mikael ketus.
"Gak perlu saya bisa jalan sendiri." Balas Gladys ketus.
"Kamu gak lihat apa, keadaan kaki kamu sekarang? Gak usah banyak cerewet deh. Cepetan naik."
Gladys menghembuskan napas panjang lalu menuruti perkataan bossnya.
Kini Mikael menggendong Gladys di punggungnya lalu melangkah menuju ke mobil range rover sport miliknya.
Mikael lalu menurunkan Gladys tepat di samping pintu mobil.
"Bisa masuk sendirikan?" Ujar Mikael dingin.
"Bisa pak. Terimakasih." Jawab Gladys ridak kalah dingin.
Mereka telah berada di dalam mobil.
"Lain kali kalau jadwal saya ada kunjungan ke proyek, kamu jangan pakai sepatu heels." Ujar Mikael sambil menarik seatbelt.
"Baik pak, saya akan mengingatnya."
Mikael lalu melajukan mobilnya ke jalan raya.
"Ini sudah lewat jam makan siang, saya tidak ingin di bilang boss yang tidak bertanggung jawab. Sebelum saya antar kamu pulang, kita makan siang dulu." Ujar Mikael yang masih fokus menyetir.
"Gak usah pak, saya masih sanggup kok kerja." Ujar Gladys.
"Kamu ini ngeyel banget sih di bilangin. Mau berdebat lagi?" Tanya Mikael geram.
"Saya minta maaf Pak." Ujar Gladys tanpa ada rasa bersalah.
"Untuk 3 hari ke depan kamu gak usah masuk kerja dulu." Ujar Mikael.
"Apa Pak?" Tanya Gladys untuk memastikan apa yang didengarnya.
"Kamu gak usah masuk kerja dulu selama 3 hari."
"Baik Pak."
Setelah kalimat terakhir Gladys, tidak ada lagi percakapan diantara mereka hingga mobil Mikael berhenti di depan Cafe Sun.
Gladys keluar dari mobil dan berjalan dengan langkah pincang.
"Gladys." Panggil seorang laki-laki yang membuat mereka berdua berbalik ke sumber suara.
"Pak Aaron." Ujar Gladys yang kaget dengan keberadaan Aaron.
"Ternyata ada Boss juga, kalian mau makan siangkan?"
"Iya Pak Aaron." Jawab Gladys.
"Hai Boss." Sapa Aaron.
"mmh" Balas Mikael tanpa membuka bibirnya.
"Pelit amat balasannya." Ujar Aaron.
"Mau berdiri terus disini?" Tanya Mikael
"Yah gak dong. Perut udah dangdutan gini."
Ketika Gladys melangkah Aaron memperhatikan Gladys yang berjalan pincang.
"Kaki kamu kenapa? Sampai pincang gitu." Tanya Aaron.
"Tadi terkilir, saat di proyek. Tapi udah mendingan kok." Jawab Gladys.
"Mau saya gendong gak?" Tanya Aaron.
"Gak usah berlebihan. Dia bisa jalan sendiri." Ujar Mikael ketus.
"Boss kenapa sih? Sewot aja dari tadi." Bisik Aaron kepada Mikael tapi terdengar jelas oleh Mikael.
"Jadi makan gak nih?" Tanya Mikael lagi.
"Iya Boss kita jalan." Ujar Aaron.
Aaron lalu memegang tangan Gladys untuk membantunya berjalan lalu membukakannya pintu cafe.
"Terimakasih." Ujar Gladys kepada Aaron. Sementara Aaron membalasnya dengan senyuman manisnya.
Mereka lalu duduk di dekat jendela cafe.
Seorang pelayan datang menghampiri mereka lalu memberikan buku menu cafe.
"Kamu mau makan apa Gladys?" Tanya Aaron.
"Nasi goreng seafood aja dan air putih biasa" Jawab Gladys.
"Sama saya juga itu." Ujar Aaron pada pelayan.
"Saya mau mie goreng dan es jeruk manis." Ujar Mikael
"Mbak mie gorengnya gak pakai sayur, kecapnya jangan terlalu banyak dan es jeruk manisnya esnya jangan terlalu banyak" tambah Gladys.
"Baik. Masih ada lagi?" Tanya pelayan.
"Udah itu aja Mbak." Jawab Gladys.
"Mohon di tunggu yah." Ujar pelayan ramah lalu meninggalkan mereka.
"Widih sepertinya kamu hapal banget selera Boss kita." Ujar Aaron yang merasa kagin terhadap Gladys.
Gladys tersenyum."Setiap hari pak Mika pesan mie goreng jadi saya sudah mengingatnya." Ujar Gladys.
"Saya juga mau dong. Selera makan saya di ingat terus." Canda Aaron.
"Kamu kan udah ada asisten sendiri, kenapa suruh asisten saya?" Tanya Mikael.
"Boro-boro ingat selera makan saya. Jadwal saya aja kadang salah." Ujar Aaron.
Mikael tersenyum mendengar perkataan Aaron begitupun dengan Gladys.
"Makanya itu asisten jangan di gombalin terus." Canda Mikael.
"Habisnya dia cantik sih."
"Dasar palyboy " Ujar Mikael.
"Biarin playboy daripada kamu jomblo kok dipelihara." Ledek Aaron
Gladys tersenyum mendengar ledekan Aaron kepada Mikael
"Kamu...."
Ucapan Mikael terpotong oleh pelayan yang membawa pesanan mereka.
Kini menu pesanan mereka telah tersaji.
Mereka mulai menyantap menu makanan mereka sambil sesekali tertawa kecil karena candaan Aaron.
Selesai makan.
"Boss gimana kalau kita langsung rapat aja?" Tanya Aaron.
"Boleh juga untuk menyingkat waktu." Jawab Mikael. "Gladys kamu panggil ojol aja buat antar kamu pulang." Ujar Mikael.
"Iya Pak."
"Saya aja yang antar kamu pulang." Ujar Aaron.
"Hello. Tadi kamu sendiri yang bilang mau lanjut rapat, sekarang mau antar Gladys pulang. Badan kamu mau dibelah dua?" Ujar Mikael yang sedikit kesal dengan sahabatnya itu.
Berbeda dengan Gilang, Aaron adalah teman seangkatan Mikael saat kuliah, mereka selalu bersama bahkan mereka tinggal di kamar yang sama hingga mereka lulus. Aaron memutuskan untuk melanjutkan studinya sedangkan Mikael melanjutkan perusahaan papanya.
Gladys pulang naik ojol.
***
Selesai rapat dengan Aaron, Mikael menuju ke restoran Jepang sesuai dengan jadwal yang dikatakan Gladys. Tapi Mikael masih merasa ada yang aneh, karena papanya sendiri tidak menyukai makanan Jepang.
Mikael telah sampai di restoran Jepang.
"Reservasi atas nama Winjaya." Ujar Mikael kepada salah satu pelayan restoran.
"Silahkan pak ikuti saya " Ujar pelayan itu dengan ramah.
Mikael mengikuti pelayan itu.
"Silahkan." Ujar pelayan restoran.
Mikael lalu duduk dan memesan minuman teh matcha. Setelah mendengar pesanan Mikael pelayan tadi pergi meninggalkan Mikael. Tidak menunggu lama pesanan Mikael telah tersaji.
"Terimakasih." Ujar Mikael pada pelayan yang mengantarkan menu pesanannya.
"Papah kok belum datang yah. Biasanya papa gak selama ini kalau janjian ketemu." Ujar Miakel dalam hati.
"Sorry telat, udah lama nunggu yah?" Ujar seorang wanita yang tampak tidak asing bagi Mikael.
"Sarah?" Ujar Mikael yang terkejut melihat keberadaan Sarah di hadapannya.
"Yes, i'm Sarah"
Sarah lalu duduk tepat di depan Mikael.
"Kamu kok bisa ada disini?" Tanya Mikael heran.
"Saya kan udah katakan tadi pagi, kita bakalan ketemu di luar dari kerjaan."
"Jangan-jangan.... Yah Tuhan seharusnya dari awal saya sudah menyadarinya, papa gak mungkin janjian ketemuan di restoran Jepang." Ujar Mikael dalam hati.
"Kamu kenapa?" Tanya Sarah yang melihat Mikael hanya terdiam.
"Maaf saya harus pergi." Ujar Mikael dingin.
"Gak boleh." Ujar Sarah dengan manja sambil menahan tangan Mikael. Namun Mikael langsung menarik tangannya dari genggaman Sarah.
"Paman Winjaya dan papi telah mengatur pertemuan ini. Mereka ingin menjodohkan kita berdua dan tentunya saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya sudah tertarik dengan kamu sejak saya melihat foto kamu ditambah lagi pertemuan kita pagi tadi." Jelas Sarah.
"Maaf tapi saya tidak tertarik dengan kamu." Ujar Mikael dingin.
"Kita coba pacaran aja dulu dan saya yakin kita akan cocok."
Mikael menjadi illfeel dengan wanita yang ada di hadapannya.
"Saya sudah punya pacar."
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments