Gladys telah kembali ke meja kerjanya dan tidak melihat Teddy.
"Apa Teddy dan kak Gilang masih di dalam ruangan CEO yah?" Ujarnya dalam hati.
Pintu ruang CEO terbuka membuat Gladys mengalihkan pandangannya.
Gladys lalu berdiri.
"Kak Gilang, Teddy apa kalian sudah makan siang?" Tanya Gladys.
"Kami belum makan, rasanya lapar banget." jawab Teddy.
"Mau saya belikan makanan?" Tanya Gladys
"Gak usah." Jawab Teddy
"Kamu sudah makan?" Tanya Gilang
"Sudah kak Gilang."
"Sayang banget. Padahal kami bertiga akan pergi makan siang bersama. Kamu gak mau makan lagi?" Tanya Gilang.
Mikael keluar dari ruangannya.
"Gladys kamu rapikan semua dokumen-dokumen di dalam ruangan saya." Perintah Mikael.
"Baik pak." Sahut Gladys.
Gladys menuruti perintah Mikael dan masuk ke dalam ruangan CEO. Sementara mereka bertiga pergi untuk makan siang.
Ketika masuk ke dalam ruangan CEO, pandangan Gladys langsung tertuju pada kertas-kertas yang berantakan di atas meja bahkan ada beberapa kertas yang telah jatuh ke lantai.
Gladys mengambilnya satu persatu dan mengelompokkan berdasarkan nama-nama dokumennya yang cukup memakan waktu.
"Inikan anggaran pembelian material untuk pembangunan Hotel Zey, hotel terbesar se Asia Tenggara." Gumam Gladys yang membuatnya teringat jika papanya pernah berjanji padanya ketika datang ke Indonesia akan membawanya menginap di hotel itu. Dia hanya tersenyum mengingat kenangan bersama papanya.
Gladys sedang merapikan dokumen bukti-bukti transaksi pembelian material Hotel Zey.
"Bukti transaksi ini kok agak aneh yah, harganya juga beda banget sama anggaran dan transaksi sebelumnya." Gumam Gladys yang sedang memperhatikan kertas di tangannya.
"Berikan kertas itu pada saya." Ujar Mikael yang menghampiri Gladys.
Suara Mikael membuat Gladys kaget dan menjatuhkan kertas yang ada di tangannya.
"Maaf Pak." Ujar Gladys lalu menundukkan badannya untuk mengambil kertas yang di jatuhkannya tadi. Tanpa di sadari Gladys, ternyata Mikael juga refleks menundukkan badannya untuk mengambil kertas itu. Alhasil kepala mereka saling berbenturan.
"Auhh." Ujar Gladys sambil memegang jidatnya.
"Kamu gak pa pa?" Tanya Mikael yang melihat ke arah kepala Gladys.
"Gak pa pa Pak." Jawab gladys lalu mengambil kertas tadi dan memberikannya pada Mikael.
Mikael lalu melihat ke kertas bukti transaksi itu, dan benar saja apa yang di katalan Gladys tadi. Mikael lalu mengambil laporan pengeluaran pembangunan hotel Zey dan melihat nominal yang tertera pada bukti transaksi dan laporan keuangan berbeda jauh.
Gladys yang melihat Mikael yang sedikit terburu-buru mengecek merasa heran.
"Ada apa Pak?" Tanya Gladys.
"Saya telah menemukan bukti baru dan saya rasa dengan semua bukti-bukti yang ada itu sudah cukup." Jelas Mikael yang masih melihat ke laporan pengeluaran pembangunan Hotel Zey.
Gladys semakin tidak mengerti dengan ucapan Mikael.
"Kamu panggil Teddy dan Gilang sekarang, cepat." Perintah Mikael.
"Baik Pak."
Gladys keluar dari ruangan CEO lalu menelpon Gilang dan Teddy untuk segera ke ruangan CEO.
***
Teddy telah keluar dari ruangan CEO bersama dengan Gilang.
"God job Gladys." Ujar Gilang sembari berlalu.
Ucapan Gilang membuat Gladys bingung.
Teddy telah kembli ke meja kerjanya.
"Ted sebenarnya apa yang terjadi sih?" Tanya Gladys.
"Pak Mikael itu lagi menyelidiki..."
Teddy menghentikan ucapannya setelah melihat jidat bagian kiri Gladys memar.
"Gladys jidat kamu kok memar? kamu habis jatuh yah?" Tanya Teddy panik. Dia lalu mengambil salep dari laci meja kerjanya.
"Bukan apa apa kok, tadi gak sengaja kebentur dengan kepala pak Mika." Jawab Gladys.
"Ha? kok bisa." tanya Teddy penasaran.
Gladys menceritakan kejadiannya pada Teddy.
"Lain kali kamu harus hati-hati. Biar saya bantu kamu mengoles obatnya. Nanti kalau sudah sampai rumah kamu langsung kompres yah biar gak bengkak." Jelas Teddy sembari mengoleskan obat ke jidat Gladys.
"Kalian lagi gapain?" Tanya Mikael yang baru saja keluar dari ruangannya.
"Saya lagi mengobati jidat Gladys. Pak Mika sudah mau pulang?" ujar Teddy yang menghentikan kegiatannya.
Bukannya menjawab pertanyaan Teddy, Mikael malah ingin melihat memar di jidat Gladys. Tapi di tahan oleh Gladys.
"Jidat saya sudah gak pa pa kok pak, paling besok udah sembuh." Ujar Gladys sambil menurunkan poni panjangnya untuk menutupi memar di kepalanya. Dia merasa sedikit tidak nyaman dengan perhatian dari Bossnya
"Perlu kerumah sakit?" tanya Mikael.
"Gak perlu Pak."
"Baguslah kalau begitu. Besok saya akan bertemu dengan pengacara jam 09.00, jadi kamu kosongkan jadwal saya besok di jam 09.00." Ujar Mikael lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Si Boss sok perfect ini apa gak ada rasa bersalah sedikit pun? Yah walaupun ini gak murni kesalahannya tapikan setidaknya ucapin kata maaf kek gitu." Ujar Gladys dalam hati. Dia lalu melihat jadwal Mikael untuk besok.
"kenapa tuh wajah?" Ujar Teddy yang terus memperhatikan Gladys.
"Gak papa kok, bay the way kamu belum cerita apa yang di selidiki oleh pak Mikael?" Ujar Gladys yang mengalihkan pembicaraan tapi dia juga penasaran dengan apa yang di selidiki Bossnya.
"Kamu pasti udah dengar kan gosip kalau ada karyawan devisi keuangan yang menyalahgunakan wewenangnya?" Tanya Teddy.
"Iya. Saya dengar katanya karyawan itu korupsi." Jawab Gladys.
"Iop. Itu yang diselediki Pak Mika diam-diam. Kamu ingat kan orang yang terus lihatin kamu saat kamu ke devisi keuangan tadi pagi?" Tanya Teddy.
"Iya. Dia terus nglihatin saya seperti orang ketakutan." jawab Gladys.
"Dia adalah orangnya. Kami bertiga terus menyelidiki orang itu dan memantaunya dari CCtv. Sekarang semua bukti tertuju pada orang itu. So, besok bukti-bukti itu akan diserahkan ke pengacara, biar pengacara yang mengurus sisanya." Jelas Teddy.
"Pantesan kalian sibuk banget, sampai pak Mika membatalkan jadwalnya hari ini."
"Bay the way pulang yuk." ajak Teddy.
***
Mikael telah sampai di rumah megahnya, dia di sambut kepala pelayan.
"Selamat datang Tuan, Tuan besar telah menunggu anda di ruang kerjanya." Ujar kepala pelayan.
"Terimakasih. Buatkan saya teh sencha⁵, saya berasa capek banget."
"Baik Tuan."
Mikael lalu melangkah menuju keruang kerja papanya.
"Selamat malam Pah." Sapa Mikael lalu duduk di sofa panjang ruang kerja papanya, Winjaya.
"Selamat malam nak, gimana kasus korupsi itu?" tanya Winjaya
"Semua buktinya sudah ada pah, besok saya akan bertemu paman Yos untuk memberikan semua buktinya." Jawab Mikael.
"Bagus, orang itu harus di beri hukuman seberat-beratnya, biar dia tau kalau dia salah tempat memilih perusahaan Winjaya untuk korupsi." Ujar Winjaya.
tok tok tok
"Masuk." ujar Winjaya.
Seorang pelayan masuk dengan membawa teh pesanan Mikael lalu menaruhnya di atas meja.
"Ini Tuan tehnya." Ujar pelayan itu.
"Terimakasih."
Pelayan itu telah keluar dari ruang kerja Winjaya.
Mikael menyeruput teh sencha-nya, sementara Winjaya mengambil sesuatu dari laci kerjanya dan memberikannya pada Mikael.
"Kamu lihat foto-foto wanita ini. Mereka semua wanita baik-baik dari keluarga terpandang. Papa ingin kamu menikahi salah satu dari mereka." Ujar Winjaya.
"Pah bisa gak setiap kita ketemu, papah gak bahas jodoh. Mika capek Pah" Keluh Mikael kesal.
"Kamu lihat adik kamu sekarang, dia udah berikan Papah menantu yang baik hati dan juga malaikat kecil yang lucu. Apa kamu gak mau seperti adik kamu? Ayolah Nak" Bujuk Winjaya
"Ini alasan Mika lebih memilih untuk tinggal sendiri. Mika capek di paksa nikah terus." Ujar Mikael lalu keluar dari ruang kerja papanya dan tidak memperdulikan Winjaya yang terus memanggilnya.
Mikael tipe anak yang selalu menuruti perkataan orang tua, tapi untuk masalah jodoh dia tidak ingin orang tuanya terlalu mencampuri hingga mencarikannya jodoh. Wanita yang sama sekali tidak dia kenal dan tidak dia cintai. Dia ingin mencarinya sendiri dan mengenalnya sendiri, seperti kisah percintaan adiknya dan Elin. Elin adalah wanita kedua yang di cintai Mikael tapi sayangnya Elin lebih memilih bersama adiknya.
⁵ Teh hijau Jepang
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Little Peony
Semangat selalu Thor 🌸
2021-03-12
1
Liana
up up
2021-01-02
1