Gladys tidak dapat menyebunyikan rasa senangnya walaupun terselip kesedihan. Sepanjang perjalanan garis senyum senang di bibirnya terus tergambar.
30 menit perjalanan akhirnya dia tiba di rumah sakit.
Dia segera turun dari ojol dan berlari kecil menuju ke ruang ICU (Intensive Care Unit), sebelum masuk Gladys terlebih dulu mencuci tangannya dan memakai gaun luar berwarna hijau serta masker sesuai anjuran dari perawat rumah sakit.
"Kak Lea." Panggil Gladys ketika melihat Lea yang sedang duduk di samping tempat tidur.
"Kamu sudah datang." Ujar Lea sambil tersenyum ramah.
"Iya kak. Begitu Kak Lea menelpon, saya langsung bersiap dan datang ke rumah sakit."
"Kalau gitu saya keluar dulu, sekalian mau cari minum."
Lea pun keluar dari ruang ICU meninggalkan Gladys dan Leon berdua.
Gladys menatap wajah Leon yang tampak seperti orang yang tertidur lelap dengan ventilator³ yang terpasang, kepala yang terperban dan berbagai peralatan medis yang tertempel di badan Leon, dia lalu tersenyum. "Hai Leon sayang, apa kamu bisa mendengar suara saya?" Tanya Galdys lalu memegang pipih Leon, dan tentu saja tidak ada jawaban dari Leon.
"Apakah di dalam mimpi kamu ada saya?" Tanya Gladys lagi.
Kini senyum Gladys berubah menjadi tangis. Tapi Gladys berusaha menahannya agar Leon tidak ikut merasakan nya.
Gladys sudah tidak bisa menahan tangisnya. " Leon saya pamit yah, saya janji akan datang lagi." Ujar Gladys dengan suara serak lalu mencium dahi Leon.
Dengan sedikit berlari Gladys menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tangisannya.
Gladys telah berada di luar ruang ICU dan telah melepas gaun luar juga masker yang di pakainya. Tangis yang di tahannya sedari tadi kini sudah tidak dapat di tahan oleh Gladys, dia duduk di salah satu kursi panjang rumah sakit dan menangis.
"Apa saya mampu melewati ini semua Leon? Saya rasanya ingin menyerah saja. Melihat kamu terbaring seperti itu dengan segala peralatan medis yang tertempel di badan kamu membuat hati ku sakit dan sedih. Ditambah lagi Tante Lina yang sangat membenciku, dia mengatakan kalau saya pembawa sial untuk kamu. Apakah itu benar? apakah saya pembawa sial? Bahkan si nenek sihir itu mengatakan kalau saya benalu di dalam rumah tangga papaku. Apa jangan-jangan mama juga meninggalkan saya karena menurutnya saya membawa sial untuknya?" Ujar Gladys dalam hati.
"Gladys." Panggil Lea.
Gladys yang mendengar namanya di panggil dengan cepat menghapus air matanya dan melihat ke arah Lea yang sedang menghampirinya.
"Kak Lea." Sapa Gladys dengan suara khas orang yang habis menangis dan mata sembab.
"Kamu kok cepat keluarnya?" Tanya Lea yang kini duduk tepat di samping Gladys.
"Saya masih belum terbiasa Kak melihat keadaan Leon seperti sekarang, bawaannya pengen nangis. Daripada saya nangis di dalam dan mempengaruhi Leon lebih baik saya keluar."Jjelas Gladys.
Lea tersenyum. " Awalnya saya juga seperti kamu gak tegah melihat kondisi Leon sekarang. Tapi mau tidak mau saya harus kuat. Saya yakin kamu juga pasti bisa."
"Terimakasih Kak Lea."
"Oh iya soal pembayaran rumah sakit yang mama katakan, saya sudah mengurusnya."
"Maksud Kak Lea?" Tanya Gladys kaget.
"Saya tau kamu sekarang belum dapat kerjaan, uang yang kamu punya pasti hanya cukup untuk biaya kebutuhan kamu sehari-hari. Jadi saya menggunakan uang saya untuk biaya obat-obatan Leon. Lagian Leon kan juga adik saya." Jawab Lea.
"Tapi kak Lea saya sudah berjanji ke Tante Lina untuk menanggung biaya rumah sakit Leon, selama dia di rawat. Gimana nanti kalau Tante Lina tahu? Tante Lina pasti akan marah dan tambah membenci saya." Ujar Gladys yang merasa tidak enak hati kepada Lea, dia juga takut jika nanti Lina sampai tahu.
"Kamu tenang saja, yang tahu hanya kita berdua. Lagian mama tidak tahu mengenai tagihan rumah sakit, saya juga membayarnya atas nama kamu jadi jikalau nanti mama sampai tau mengenai tagihan itu sudah tidak masalah. Tapi Gladys saya minta maaf untuk nanti tagihan-tagihan berikutnya sepertinya saya tidak dapat membayarnya lagi. Uang tabungannya saya benar-benar tipis." Ujar Lea yang merasa bersalah karena sudah tidak dapat membantu Gladys lagi.
"Kak Lea gak usah minta maaf. Justru seharusnya saya berterimakasih karena Kak Lea sudah membantu saya. Saya juga sudah melamar di beberapa perusahaan, jadi Kak Lea tenang saja. Saya pasti bisa mendapat kerjaan" Jelas Gladys.
Lea merasa kasihan terhadap Gladys dan juga adiknya. Seharusnya mereka bisa berjuang bersama untuk meminta restu mama dan menikah. Tapi sayang Tuhan berkehendak lain kepada mereka. pikir Lea, dia lalu memeluk Gladys untuk memberinya semangat.
"Kamu harus selalu ingat, Kakak Lea kalian ini akan selalu ada untuk mendukung kalian berdua." Ujar Lea.
"Terimakasih Kak Lea." Ujar Gladys.
.
³alat bantu pernapasan
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
aku mampir dengan slow
salam dari dokter tampan dan putri mafia
2021-04-17
1