Gladys dan Aaron yang mendengarnya terkejut dengan keberadaan Mikael dan Gilang.
"Bukannya kalian ke cafe Sun yah?" Tanya Aaron.
"Gak jadi Mika berubah pikiran, katanya mau makan di restoran ini." Jawab Gilang lalu duduk di kursi kosong samping Aaron, sementara Mikael duduk di kursi kosong samping Gladys.
Mikael melihat ke arah Gladys.
"Pantesan kamu cepet benget udah gak ada di meja kerja kamu. Sampai-sampai gak nanya ke saya mau makan siang apa." Ujar Mikael.
"Gak kok Pak. Tadi saya udah mau bertanya, tapi Kak Aaron bilang Pak Mika mau makan siang bareng Kak Gilang." Ujar Gladys sedikit panik
"Kalian ini pengacau aja." Ujar Aaron geram kepada kedua sahabatnya.
Ada rasa bersyukur yang dirasakan Gladys karena dia tidak harus makan berdua saja dengan Aaron. Dia takut jika nanti pacar-pacar Aaron menyalahpahami hubungannya dengan Aaron. Gladys tidak percaya perkataan Aaron kalau dirinya jomblo
Mikael dan Gilang memesan makanan. Mereka makan bersama.
Selesai makan.
"Dys kamu ikut saya." Ujar Mikael.
Belum sempat Gladys berbicara, Aaron telah mendahuluinya.
"Saya yang bawa Gladys ke sini jadi saya juga yang harus membawa Gladys kembali." Jawab Aaron cepat.
"Gak perlu. Mikael juga yang membawa saya kemari tapi dia gak harus mengantar saya balik karena saya maunya di antar sama kamu." Ledek Gilang.
Gilang sengaja melakukannya, dia tidak ingin Gladys menjadi korban selanjutnya Aaron.
"Maaf Kak Aaron, saya balik sama Pak Mika aja. Terimakasih untuk traktirannya." Ujar Gladys.
"Dengar sendirikan." Ujar Mikael ketus lalu melangkah keluar restoran diikuti oleh Gladys.
"Anak ini makin hari makin menyebalkan tau gak." Ujar Aaron yang merasa kesal dengan sahabatnya
"Sabar, orang sabar di sayang Tuhan." Ledek Gilang sembari mengusap punggung Aaron.
"Terlalu sabar di injak-injak orang. Lagian kalian berdua sama aja." Ujar Aaron sinis lalu melangkah keluar restoran.
Gilang hanya tersenyum mendengar ocehan sahabatnya lalu mengukuti Aaron.
***
Di mobil Mika.
Mobil yang dikendarai Mika telah melaju ke jalan raya.
"Saya ingin kamu menjadi pacar saya." Ujar Mikael tiba-tiba yang masih fokus pada jalanan.
"APA?" Teriak Gladys kaget.
"Gak usah teriak, saya gak tuli. Lagian ini hanya bohongan, gak serius." Ujar Mikael.
"Gak mau." Ujar Gladys singkat.
"Saya bakalan bayar kamu."
"Tapi kenapa harus saya? banyak wanita-wanita lain di luar sana." Tanya Gladys penasaran.
"Karena Papa saya mengira kita pacaran." Jawab Mikael.
Gladys kaget mendengarnya. "Kok bisa?" Tanyanya lagi.
"Temen Papa saya melihat kita berdua di hotel di Desa A dan yang lebih parahnya lagi dia melihat saat saya menggendong kamu. Dia bahkan mengambil foto kita berdua lalu memberitahukan pada Papa saya." Jawab Mikael.
"Kenapa Pak Mika gak jujur aja kalau itu hanya kesalahpahaman dan kita hanya sebatas atasan dan bawahan?" Tanya Gladys.
"Kamu ini udah kek wartawan yah, daritadi nanyaaa mulu." Ujar Mikael geram.
"Jawab aja Pak, susah banget."
"Karena dengan cara ini, Papa saya gak kejodoh-jodohin saya lagi. Puas?" Jawab Mikael kesal.
Gladys hanya diam mendengar jawaban Mikael.
"Gimana mau gak? saya bakal bayar kamu berpuluh-puluh kali lipat dari gaji kamu di perusahaan plus bonus kalau kerja kamu bagus."
"Gimana yah? Tapi saya juga butuh uang." Batin Gladys. Dia merasa bimbang dan takut jika keputusan yang di ambilnya nanti adalah keputusan yang salah.
Gladys tiba-tiba saja teringat dengan Lina yang memintanya membayar biaya rumah sakit Leon yang mengharuskan segera mendapatkan uang.
"Ok Pak. Saya setuju tapi saya ingin di bayar di muka dulu."
"Bagus. Tidak masalah." Ujar Mikael.
Ada rasa legah yang dirasakan Mikael setelah mendengar persetujuan Gladys.
Setibanya di perusahaan, mereka keluar dari mobil lalu menuju ke lift. Gladys lalu memencet tombol bertuliskan angka 25.
"Selamat siang Pak Mika" Sapa beberapa pegawai yang melihat Mikael.
Tapi bukannya membalas sapaan mereka, Mikael hanya diam saja. Sebagai gantinya Gladys lah yang membalas mereka dengan senyuman.
"Jam berapa saya akan bertemu klien bersama Aaron?" Tanya Mikael.
"Jam 02.00 pak" jawab Gladys.
"Nanti kamu gak usah ikut saya. Kamu kerjakan saja pekerjaan kamu disini lalu pulang." Ujar Mikael lalu masuk ke dalam ruangannya. Sementara Gladys menuju ke meja kerjanya.
Teddy yang baru saja datang langsung duduk di samping Gladys.
"Gimana makan siang bareng Pak Aaron?" Tanya Teddy penasaran.
"Pak Aaron bawa saya ke restoran yang biasa dia datangin, pelayan restoran pada tau Pak Aaron. Oh iya, katanya dia masih jomblo tapi tadi kita gak banyak gobrol sih. Saat makan siang tadi saya sempat takut di lihat pacar Pak Aaron dan di salahpahami tapi untung saja pak Mika dan pak Gilang datang, jadinya kita makan berempat tadi." Jelas Gladys yang di akhiri dengan senyuman.
"Pokoknya saat bersama pak Aaron kamu harus extra hati-hati. Jangan sampai kamu termakan rayuannya."
"Iya Teddy, terimakasih. Nanti kamu yah yang akan menemani Pak Mika bertemu klien?" Tanya Gladys.
"Loh bukannya kamu yang biasa menemani Pak Mika bertemu klien?" Tanya Teddy balik.
"Pak Mika bilang saya gak usah ikut, jadi saya berpikir mungkin pak Mika di temani kamu. Padahal pekerjaan saya hari ini gak begitu banyak."
"Pak Mika gak ngomong." Ujar Teddy bingung.
***
Gladys telah selesai menyiapkan dokumen untuk rapat Mikael dengan klien.
"Dokumennya udah selesai?" Tanya Mikael yang baru saja keluar dari ruangannya.
"Sudah Pak" Jawab Gladys sambil menyerahkan dokumen yang telah di siapkannya.
Mikael lalu mengambilnya dan menuju ke lift.
Saat pintu lift terbuka ternyata di dalam lift ada Aaron.
"Kamu kok sendiri?" Tanya Aaron heran.
"Memangnya kenapa kalau saya sendiri?" Tanya Mikael balik.
"Asisten kamu mana?"
"Kenapa mesti ada dia?"
"Dari tadi saya bertanya kamu bertanya. Gak bakal ada jawaban dari percakapan kita ini." Protes Aaron.
"Kalau gitu kamu aja yang jawab pertanyaan saya, biar ada jawaban dari percakapan kita." Ujar Mikael datar.
"Bodoh amat. Kamu ini bukannya membantu saya malah mempersulit sahabat sendiri."
Mereka telah tiba di parkiran mobil. Mikael dan Aaron masuk kedalam mobil masing-masing menuju ke tempat janjian bersama klien.
Ada sedikit trauma yang dirasakan Aaron ketika naik mobil Mikael berdua. Dia pernah di turunkan oleh Mikael di pinggir jalan sehingga mengharuskannya berjalan berpuluh-puluh kilometer untuk mendapatkan tumpangan. Hal itu terjadi karena Aaron membuat Mikael kesal, dia terus menerus memutar musik dengan suara keras dari hpnya, menganggu Mikael yang sedang konsen menyetir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments