Vara melambaikan tangannya ketika melihat motor yang dikendarai Daria berhenti di ujung jalan, yang artinya Daria melewati rumahnya.
"Rumah lo susah dicari," sungut Daria.
"Harusnya kita datang sore aja, kan belum gelap jadinya masih enak dicari," sahut Rakhma yang sama-sama kesal.
"Jadi, salah siapa nih?" tanya Vara yang dengan sengaja memancing emosi kedua temannya.
"Salah gue sama Rakhma, puas?!" sahut Daria.
Vara sontak tertawa. "Udah ah, ayok masuk. Sampai kapan mau di gerbang?"
"Buat teh ya? Gue pengen yang anget manis gitu," pinta Rakhma.
Vara berdecak kesal, dengan sengaja dia berkata, "Tamu banyak maunya ya kayak gini nih. Bawaan aja kagak dibawa, pengen disuguhin."
"Tamu adalah Raja."
"Pret ah. Itu mah kalau tamu yang tau diri. Nah, kalau kayak kalian berdua gini gue gak yakin."
"Asem lo."
"Hayuklah, masuk. Capek berdiri mulu," sahut Daria.
Vara membuka lebar gerbang rumahnya, kemudian berjalan mengikuti Daria dan Rakhma yang masuk dengan membawa motor.
Setelah melepas helm masing-masing, Rakhma menunjuk sebuah mobil hitam yang juga terparkir di bagasi.
"Mobil siapa?" tanya Rakhma, "setau gue lo belum punya mobil. Mobil orang tua lo juga bukan kayak begini. Kelihatannya mahal ini mah."
"Kayaknya gak asing deh nih mobil," ucap Daria.
Rakhma mengangguk setuju. "Soalnya mobil yang begini kan gak sembarangan orang punya."
"Makanya gue langsung mikir, mobil siapa ini? Gak asing, kayak pernah liat tapi entah di mana."
"Mobil yang mahal begini mah nyantol banget di otak gue."
"Makanya gua penasaran, gue apal banget yang kayak gini."
"Mobil siapa, Var?"
Vara memandang kedua temannya bergantian, kemudian menjawab pelan, "Mobil suami gue."
Selama beberapa detik tak satu pun dari mereka yang bersuara. Vara pun sudah yakin akan mendapat respon semacam ini.
"Ngehalu," gumam Vara, "kalian pasti mau bilang itu kan?"
Rakhma dan Daria tertawa garing. Keduanya lantas menepuk-nepuk bahu Vara lantaran gemas sudah dibodohi.
"Udahlah, percuma gue jelasin. Ayo masuk aja."
Dalam perjalanan menuju pintu rumah yang sebenarnya tidak jauh, hanya saja ketiganya masih sempat mengobrol dan mengomentari apa pun yang mereka lihat di depan mata. Contohnya saat ini, mereka berhenti karena melihat salah satu bunga yang mekar di malam hari.
"Mamih gue nih ngoleksi bunga yang kayak gini. Tapi gue lupa namanya apa," ucap Daria.
"Bunda gue gak suka bunga yang begini, bunda gue sukanya bunga semacam daun-daun gitu lah. Jadi daunnya gede, panjang, lebar. Ada coraknya juga," sahut Rakhma.
"Di rumah gue gak ada satu pun bunga. Ada beberapa sih, tapi itu pun bukan bunga yang menarik mata, menurut gue. Soalnya mama gue gak suka bunga, lebih tepatnya alergi serbuk bunganya itu," ucap Vara.
"Nah, tapi kok di sini banyak bunga?"
Daria juga sependapat dengan menanyakan, "Ini rumah lo atau bukan sih? Kok banyak bunganya?"
"Gue jelasin kalian tetep gak akan percaya. Percuma aja, mending kalian tau sendiri," jawab Vara, "yang jelas gue udah nikah."
"Huss, jangan asal ngomong. Lo emangnya siap nikah muda?"
"Siap gak siap sih."
"Emang lo nikah sama siapa?"
"Laki-laki paling ganteng yang sering banget kita gosipin di kampus."
"Eh, berhubung lo ngomongin kampus, gue jadi keinget kalo mobil itu mirip banget sama punyanya Pak Agam. Nah, kebetulan banget ya? Kita kan juga lagi ngebahas suami jadi-jadian lo itu," sahut Rakhma dengan semangat.
"Iya juga ya. Eh, Var, jangan-jangan lo nikah sama Pak Agam ya?"
Daria tertawa sendiri begitu pendapatnya disuarakan. Dia merasa aneh sendiri dengan kalimatnya, rasanya mustahil Vara mau menikah dengan dosen mereka yang sering mereka gosipkan.
"Pak Agam gimana kabarnya ya? Gue jadi keinget foto yang dia upload itu," ucap Rakhma, "dia beneran laki kan?"
"Laki-laki lah, buktinya dia punya pacar."
"Kalian gak penasaran siapa pacarnya?" sahut Vara.
"Emangnya lo tau?"
"Nih ya, gue jelasin. Dia itu bukan cuma punya pacar. Tapi juga punya istri."
"Maksudnya dia selingkuh?"
Vara menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. "Bukan sih. Emang gue jelasinnya belibet ya?"
"Gak sih, cuma gue nangkapnya gitu."
"Gini deh. Jadi, dia itu pernah punya pacar tapi cuma sebentar karena gak lama dari itu dia lamar pacarnya. Dan sekarang dia udah beristri."
"Oh, gitu. Eh apa?!"
"Serius? Lo tau dari mana?" serobot Daria.
"Gue bahkan ada diacara pernikahan dia," jawab Vara dengan bangga.
"Lo tau istrinya juga?" tanya Rakhma.
"Kok lo bisa datang?" tanya Daria.
Vara mengibaskan kedua tangannya. "Aduh, pelan-pelan deh. Gue bingung harus jawab yang mana dulu."
"Jawab gue dulu."
Rakhma menggeleng. "Gak. Jawab pertanyaan gue dulu."
"Apa sih? Gantian kan bisa."
"Ngalah dong, Daria."
"Harusnya lo yang ngalah."
"Kok gue sih?"
"Ya terus siapa?"
"Biar gue aja yang jawab. Tapi kita masuk dulu yuk," sahut Vara.
Tidak mungkin juga Vara membiarkan kedua temannya ribut bahkan sebelum Vara sempat memberi kejutan. Vara yakin teman-temannya akan lebih ribut setelah mendapatkan kejutan luar biasa.
"Jawab dulu. Suami lo siapa dan istrinya Pak Agam siapa?"
"Pak Agam, dan gue," sahut Vara dengan santainya. Benarkan?
"Maksudnya?"
"Mau masuk gak sih?"
"Ya udah, ayok masuk."
Ketiganya masuk ke dalam rumah, meskipun begitu Daria dan Rakhma masih membahas tentang suami Vara dan istri dosen mereka.
"Duduk dulu. Gue mau buat teh buat tamu tercinta."
"Terima kasih, Mbak," balas Rakhma dengan senyumannya.
"Eh, menurut lo apa alasan Vara pindah rumah?"
"Menurut gue orang tuanya dia udah bosen di rumah yang lama, makanya mereka pindah ke sini."
"Banyak duit kali ya?"
"Rumahnya gede banget. Ini mah kayak rumah nenek gue yang di Yogyakarta. Isinya kan keluarga besar semua."
"Keren banget ini mah. Modern tau."
"Iya. Keren abis."
Masih sibuk mengagumi rumah Vara, mereka tersentak saat bel rumah berbunyi. Dengan malas-malasan Daria menuju pintu dan membukanya.
Hitungan detik teriakan membahana menggemparkan seisi rumah itu. Mata Daria melotot dan mulutnya terbuka lebar.
"Itu, mulut kamu ditutup dulu," ucap Agam.
Daria menggigit keras bibirnya, matanya berkaca-kaca hampir menangis.
"Ah!"
Teriakan lain berasal dari Rakhma yang baru saja muncul.
"Kalian kenapa teriak?"
Rakhma dan Daria bergeming. Mereka sempat memikirkan apa yang mereka lihat hanyalah halusinasi saja. Namun, bagaimana bisa mereka berhalusinasi secara bersamaan?
"Mas, udah datang?" tanya Vara tiba-tiba.
"Mas?" kaget Daria dan Rakhma bersamaan.
"Suami gue."
"Suami?" Dari dan Rakhma kembali mendapat kejutan.
Vara mengangguk. Kemudian dia mengambil alih kantong kresek dari tangan suaminya.
"Mas kenapa gak bawa mobil?"
"Cuma sebentar, repot kalau naik mobil, lagian jalan kaki juga bisa, " balas Agam.
"Aku pikir warung satenya udah tutup."
"Belum."
Vara tersenyum lebar. Dia memang meminta tolong Agam untuk membeli sate. Tiba-tiba saja malam ini dia ingin makan sate.
Fokus Vara beralih kepada Rakhma dan Daria. Kedua temannya itu sudah pucat pasi entah karena apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Sri Mawardi
critanya tu lucu
2021-02-10
4
kang komen:(:
berbadan dua kah?
2021-02-01
2
🖤리카𝘌𝘓𝘍98🖤
Jangan" vara udah hamil ya, kalo iya selamat buat vara dan agam🤗🤗
Buat sahabatnya vara selamat shock berjamaah🤣🤣🤣🤣
2021-01-31
7