.......
.......
.......
"Kemarin lo ke mana?"
"Di rumah aja."
Daria mencibir, "Ngapain aja lo bolos kuliah sampe dua hari pake alesan di rumah aja?"
"Ada acara keluarga."
"Acara keluarga sampe dua hari?"
"Ho'oh."
"Terus kenapa harus bolos?"
"Gue gak bolos, gue izin kok."
"Masa sih?"
"Gue masih sadar kali, bentar lagi lulus, dan gue gak mau nyari perkara."
"Terus kenapa tadi lo minta izin lagi?" tanya Rakhma, "gue liat lo masuk ke ruang Bu Nani."
Vara menyipitkan matanya, selagi dia bertanya, "Emang lo tau gue ngapain aja di ruangan Bu Nani? Kok lo bilang kalau gue minta izin lagi?"
"Karena setelah lo keluar ruangan, gue masuk ke situ sama Bu Andar. Bu Nani cerita ke Bu Andar kalo lo mau izin beberapa hari."
"Gue heran deh, kok dosen sukanya gosip ya?"
"Bukan gitu, Var. Lo tau kan kalau Bu Andar itu wakil kaprodi yang mana kalau urusan mahasiswa dia yang pegang. Nanti absen mahasiswa dia juga yang pegang."
"Tapi kesannya mereka kayak gosip gitu lho."
"Ya kagaklah."
"Jadi kenapa lo izin lagi?" tanya Daria penasaran, "jangan ngibul. Karena gue penasaran."
Daria memang tipe perempuan yang mudah penasaran, selain itu dia akan sangat cerewet untuk menuntaskan rasa penasarannya. Vara lebih memilih bungkam, bukan apa-apa, hanya saja ceritanya akan panjang kalau Daria masih belum puas.
"Ada acara."
"Alah, lo mah gitu. Acara apa sih sampai lo harus izin selama itu?"
"Kalo lo penasaran, datang aja."
"Seriusan gue boleh datang?"
"Lah iya."
"Acara formal atau gak?"
"Mm, formal kayaknya."
"Lah gimana sih, yang bener dong. Nanti kalo gue jadi ke sana pake acara salah kostum gimana? Malu beratlah."
Vara tertawa terbahak-bahak. "Lagian lo maksa banget dah."
"Serius napa ah!"
"Pake baju sopan aja udah cukup. Tinggal datang apa susahnya?"
"Yang punya acara sama nih?"
"Gue."
"Lo mau nikah ya?" tanya Rakhma, "tapi emang ada yang mau nikah sama lo?"
"Eh, maksudnya apa'an coba? Menurut lo gue gak laku?"
"Gue gak bilang gitu."
"Ya maksud lo gimana? Gini-gini gue cakep, banyak laki-laki yang mau nikah sama gue."
"Mungkin sih. Cuma gue gak yakin lo mau diajak nikah."
"Kenapa lo mikir gitu?" tanya Daria, "tapi iya juga sih."
Vara memberengut kesal melihat ketidakkonsistenan Daria.
"Kita kan tau banget lo gimana. Nih ya, lo kan paling gak suka dideketin cowok, apalagi diajak berkomitmen. Jadi, menurut gue gak mungkinlah lo mau diajak nikah muda."
"Ini mah jelas beda."
"Kok gue malah mikir jauh ya?" tanya Rakhma, "mending kita ngobrol yang ringan-ringan aja deh. Pusing duluan kalo bahas nikah."
"Lagian kalian kayak gak percaya gitu kalau gue laku."
"Ya, maaf deh. Lo juga sih gak mau ngasih tau besok ada acara apa di rumah lo. Kan kita penasaran jadinya."
"Kalo penasaran kalian bisa datang kok. Acaranya mulai dari pagi sampai siang. Terserah deh kalian mau datang jam berapa. Gue stay di rumah kok."
"Masalahnya besok itu kita kuliah pagi sampai siang. Gue gak mau bolos."
Daria mengangguk setuju. "Besok juga gue udah dikontrak sama nyokap buat nganterin kondangan."
"Kondangannya siang?"
"Ho-oh, tempat tante gue. Berhubung kerabat dekat mau gak mau gue kudu datang. Masih untung nih gue gak disuruh datang dari pagi."
"Halah, kalian memang gak ada akhlak," sungut Vara, "dari tadi maksa gue ngasih tau besok ada acara apa, giliran udah gue jelasin kalian malah gak datang kan? Sok yes sih kalian mah."
"Kan kalo lo ngasih tau dengan jelas gue bisa usahain datang, nah masalahnya jawaban lo juga ngambang."
"Ho-oh, gue males sama sesuatu yang gak pasti kayak gini," sahut Rakhma.
"Udah ah, gue balik sekarang."
***
Kamu ke kampus?
^^^Iya, Mas. Kenapa?^^^
Aku juga ke kampus.
^^^Masa? Kok gak lihat?^^^
Baru sampai nih
kamu di mana?
^^^Yahh,^^^
^^^aku udah sampai di rumah^^^
Memangnya kamu boleh keluar rumah?
^^^Boleh,^^^
^^^kan mau izin gak ngampus.^^^
^^^Mas gimana?^^^
Kelupaan bagi undangan buat Bima.
^^^Lah,^^^
^^^Emang Mas bagi undangan^^^
^^^buat sapa aja? ^^^
Hanya Bima,
Pak Andi dan Bu Lasmi
^^^Ingat perjanjian kita kan?^^^
Ingat.
Bagaimana pun juga mereka teman dan orang penting di kampus.
^^^Ya udah,^^^
^^^tapi tetap penuhi persyaratan aku ya^^^
Hn
Vara. Boleh aku video call kamu?
^^^Gak boleh.^^^
^^^Kita jangan bertemu sebelum akad^^^
Yah...
^^^Sabar ah, tinggal tiga hari kok. ^^^
^^^Udah ya, ^^^
^^^kalo kelamaan chat nanti kamu gak kuat^^^
Aku sabar
Vara tersenyum, rasanya menyenangkan karena harus bersabar hati sampai menunggu hari di mana keduanya menjadi sah secara hukum dan agama. Dan inilah salah ujian mereka sebelum benar-benar berumah tangga. Ujian kecil yang hanya memerlukan kesabaran.
"Vara!"
"Iya, Ma."
Vara bergegas membuka pintu kamarnya begitu suara Inge memanggilnya. Rupanya Inge datang bersama Sasa.
"Mama bawa apa?" tanya Vara kala melihat beberapa paper bag.
"Masuk dulu."
Akhirnya Vara membawa Inge ke dalam kamarnya. Dia juga sempat membantu mamanya dengan membagi bawaan paper bag yang sebenarnya tidak berat.
"Sasa kok gak tidur siang?"
"Makan es krim," jawab anak kecil tersebut.
"Kak Vara boleh minta gak?"
Sasa menggelengkan kepalanya. "Jorok ih."
Vara berdecak sebal saat Sasa malah menjawab seperti itu. Dia juga tidak mungkin meminta jatah es krim dari anak kecil itu. Vara hanya basa-basi saja.
"Koper kamu mana?"
Inge sudah mengeluarkan banyak barang dari dalam paper bag yang dibawa tadi. Dan isinya beberapa potong pakaian, dalaman, alat kecantikan dan keperluan mandi.
"Buat apa, Ma? Lho kok, Mama beli dalaman sih? Ini buat aku?"
Inge mengangguk.
"Ya ampun, Ma. Malu dong, Ma."
"Malu kenapa sih? Mana, koper kamu?"
"Buat apa?"
"Mana?"
Vara menuju lemari besar yang letaknya dekat dengan kamar mandi. Lemari itu jarang sekali dipakai, karena memang di kamar Vara terdapat dua lemari besar. Satu lemari berisi pakaiannya, lemari yang satunya dia gunakan untuk tempat buku, juga tempat kopernya.
"Cuma satu ya?"
"Kan aku memang cuma punya satu."
Inge memilih beberapa pakaian baru kemudian memasukkannya ke dalam koper. Ia juga memasukkan alat kecantikan, keperluan mandi, dan juga dalaman ke dalam koper. Tak cukup itu saja, Inge membuka lemari berisi pakaian Vara, memilih beberapa pakaian lalu memasukkannya ke dalam koper.
"Mama ngusir aku?" tanya Vara dengan ekspresi tak percaya.
Sontak saja Inge melotot. "Daripada omong kosong, lebih baik bantu Mama susun ini."
"Maksudnya apa coba?"
"Kemarin Mama sempat tanya Agam, katanya kalian mau bulan madu. Tapi Mama gak tau kalian bulan madu ke mana, jadi bisa gak kamu tanya dia dulu?"
"Lah, kenapa, Ma?"
"Takutnya kamu kekurangan bawa baju."
"Gaklah, Ma. Jangan bawa banyak baju, repot."
"Daripada beli di sana, lebih baik bawa dari rumah."
"Masalahnya Mama bekalin banyak barang seakan-akan aku mau diusir."
Inge menatap Vara. "Kan sebentar lagi kamu pindah tempat tinggal," ucapnya pelan.
Vara berkedip-kedip, ucapan mamanya terbilang biasa saja. Namun, Vara merasakan ada perasaan tak rela dari kalimat mamanya. Vara sadar, sebentar lagi dia menikah, secara tidak langsung dia berkewajiban untuk mengikuti suaminya nanti. Salah satunya pergi meninggalkan rumah, dan tinggal bersama suaminya.
Entah mengapa kini Vara merasa ingin kembali menjadi anak kecil. Tinggal bersama mama dan papanya. Tidur bersama mama dan papanya. Makan bersama mama dan papanya. Segala sesuatunya bersama mama dan papanya.
Vara mengalihkan pandangannya ketika air matanya menetes. Dia tidak ingin dilihat ketika matanya mengeluarkan cairan bening.
...⚡...
...⚡...
...⚡...
...🚲Bersambung 🚲...
...Jangan lupa vote dan komen....
...Terima kasih....
...Sorry for typo. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
terharu
2021-05-03
0
Suwartik
Alhamdulillah..suamiku yg mengalah bersamaku
2021-02-01
3
kang komen:(:
seketika bagian terakhir aku pun ikut terharu
2021-02-01
6