Bab 12 Publikasi

Sebelum benar-benar masuk, Vara terlebih dulu memeriksa keadaan sekitar. Demi menjaga ketentramannya di kampus, Vara harus selalu waspada. Harus selalu berhati-hati dalam berperilaku, apalagi di depan Agam. Mencolok sedikit saja status Vara bisa diketahui semua orang.

"Ngapain kamu masuk dari situ?"

Vara terlontak kaget begitu menutup pintu samping. Melihat seseorang di dalam ruangan tersebut hampir membuat Vara jantungan, beruntunglah karena orang tersebut adalah Agam. Sehingga Vara masih bisa melanjutkan hidupnya.

"Apa sih? Bikin kaget tau!"

Agam tertawa puas lantaran berhasil membuat Vara marah. Dia memang sengaja mengerjai istrinya itu. Itung-itung untuk menghilangkan kebosanannya hari ini.

"Sengaja, supaya aku bisa tertawa," sahut Agam enteng.

"Emang selama ini Mas gak pernah bisa tertawa?"

"Bukan selama ini, tapi hari ini."

Vara mengabaikan ucapan Agam. Perempuan itu lantas duduk di samping Agam.

"Kamu kaget?"

Vara mendelik, apa dia sekarang terlihat bahagia setelah dikejutkan? "Ya kagetlah!"

Agam bergeser, kemudian memeluk Vara. Dia sempatkan untuk mencium istrinya, seraya berkata, "Aku kangen. Padahal baru tadi pagi kita pisahan."

"Apa'an sih. Kebiasaan deh ngalemnya."

"Serius, Sayang. Hari ini aku bosen banget. Kangen kamu."

"Bisa banget sih gombalnya, siapa yang ngajarin?"

"Otodidak," jawab Agam kelewat santai.

Vara menahan senyuman, siapa yang tidak senang dirindukan suami sendiri?

Ketika asik melamun, Vara mengingat sesuatu. "Mas, kamu kok di sini? Tadi kamu bilang sore ini ada rapat."

Agam mengecek jam tangannya. "Lima menit lagi."

"Rapatnya lima menit lagi?"

"Iya. Masih istirahat. Jadi aku ke sini dulu."

"MasyaAllah."

Agam menoleh, menatap lekat Vara. "Namanya juga kangen. Meskipun jam istirahat aku terlewatkan, gak masalah, yang penting ada kamu."

Vara tertawa. "Idih, ini pinter banget sih kalau ngomong."

"Jangan dicubit ah."

Agam menyingkirkan tangan Vara dari bibirnya. Bukannya apa-apa, Agam harus waspada. Takutnya ada apa-apa dengan mereka kalau Vara menyentuh salah satu anggota tubuhnya yang sensitif.

"Ih kenapa dilepas sih?"

Agam memberengut. "Nanti malah kelepasan, Sayang."

Sontak saja Vara tertawa. "Apa sih? Kelepasan apa? Bibirnya bisa lepas, gitu?"

"Aku yang kelepasan. Udahlah. Jangan aneh-aneh. Lagian kita di kampus. Kamu mau kalau kita ketauan?"

"Ketauan apa?"

"Ya itulah."

"Itulah apa?"

"Bikin anak."

Tawa Vara semakin membahana ketika melihat suaminya salah tingkah. Memangnya salah mereka menyicil anak? Ups, tidak salah sih, hanya kurang tepat saja jika dilakukan sekarang.

"Aku siap-siap dulu," ucap Agam.

Laki-laki itu mencium singkat Vara, kemudian menatap lama wajah Vara. "Masih kangen sih, tapi gak masalah. Rapatnya bentar lagi juga selesai. Satu ciuman lagi deh."

Ketika bibirnya hampir menyentuh Vara, ketukan di pintu membuat mereka tersentak. Akhirnya Agam menelan kekecewaan lantaran Vara mendorongnya pelan.

"Sana rapat dulu," bisiknya sepelan mungkin.

"Gam, masih di dalem?" teriak seseorang dari arah luar.

"Iya, bentar," balas Agam.

"Tuh kan, kangennya nanti lagi ya? Di rumah aja."

"Iya," jawab Agam setengah hati.

***

Vara membuka matanya secara perlahan. Entah sudah berapa lama di tertidur di ruangan suaminya. Melihat dari pencahayaan lampu yang gelap, sepertinya sudah hampir malam.

Vara berdiri perlahan, kemudian kakinya melangkah untuk mencari saklar lampu. Lampu menyala dengan terang ketika dihidupkan.

"Oh, pantes."

Sudah pukul enam sore. Pantas saja langit sudah berubah sedikit gelap. Rupanya dia sudah terlalu lama berada dan ruangan itu.

Disaat Vara menimbang-nimbang apakah dia harus berbaring lagi di sofa, atau memilih pulang ke rumah, tepat disaat itu pintu ruangan terbuka. Agam langsung menghampirinya.

"Kamu tidur?"

"Ketiduran, Mas."

"Ayo, pulang."

"Sudah selesai rapatnya?"

"Sudah."

Tanpa membuang banyak waktu, Vara bergegas mengambil tasnya.

"Aku lewat samping aja."

Mendengar itu, Agam menarik tangan Vara. "Gak usah. Lewat sini aja."

"Gak mau. Kalau dosen lain liat gimana, Mas?"

"Gak apa-apa, ayo."

"Mas."

"Ayo, buruan."

Begitu keluar dari dalam ruangan dosen, Vara dan Agam bertemu dengan Bima. Sempat takut, tapi akhirnya Vara bisa bernapas lega. Setidaknya Vara masih aman meskipun sudah kepergok Bima.

"Lo nyuruh Vara nunggu di dalem?" tanya Bima.

"Iya."

"Gila sih, bini lo gak bosen nunggu selama itu?"

"Tanya aja sendiri. Bosen atau gak."

"Kamu bosen, Vara?" tanya Bima.

Vara yang belum siap dengan pertanyaan mendadak itu hanya mampu tersenyum tipis.

"Istri lo bosen tuh. Parah sih lo, bukannya dianter pulang dulu."

"Gak sempet, Bim. Lagian dia juga sengaja pengen pulang bareng gue," jawab Agam, "ya udah, gue balik duluan ya."

"Yo'i, awas di jalan."

"Iya, Bos."

Dalam perjalanan pulang, Vara meminta untuk mampir dulu. Katanya dia mau membeli beberapa makanan ringan dan juga buah-buahan. Ketika sibuk memilih buah apel, Agam menghampirinya.

"Tadi aku lihat teman kamu."

"Siapa?"

"Rakhma kalau tidak salah."

"Oh."

"Gak apa-apa?"

Vara mengernyit. "Apanya?"

"Siapa tau dia lihat kita berdua."

"Biarlah."

"Gak masalah?"

"Aku udah pernah bilang kalau aku punya suami. Tapi mereka gak percaya."

Agam mengernyit bingung. "Memangnya kamu bilang kalau kamu sudah menikah?"

Vara terkekeh pelan seraya menjawab, "Belum sih."

"Pantas teman kamu gak percaya."

"Habisnya mereka sering gosipin kamu. Bukan cuma mereka sih, angkatan aku memang sering gosipin dosen muda di kampus, apalagi kalau masih single."

"Tapi aku sudah beristri."

"Ya, tau. Itu kan belum lama."

"Sekarang masih sering digosipkan?"

"Masih."

"Kalian membahas tentang apa?"

Vara menoleh, sedikit ragu. "Dulu sih mereka gosipin kamu yang katanya...gay."

Agam memicingkan matanya dengan ekspresi tak terima. "Atas dasar apa kalian gosip seperti itu?"

"Masalahnya kamu gak pernah keliatan deket sama perempuan."

"Itu bukan jaminan."

"Memang."

"Aku yakin kamu juga berpikir begitu."

Vara meringis kala tebakan suaminya tepat. "Tapi kan sekarang aku percaya kamu bukan gay. Aku juga udah buktikan kok."

"Dasar anak muda. Paling senang gosip."

"Ih, jangan gitulah. Gosip itu kebutuhan."

"Dosa. Gak akan bisa bikin kenyang."

"Mas, ih."

"Ayo, dibayar, terus pulang."

"Eh, bayarin dulu."

"Bayar sendiri."

"Mas Agam kan suami aku."

"Terus kenapa?"

"Bayarin dong."

"Gak mau tuh."

"Mas."

Meskipun mengatakan tidak mau, Agam tetap mengeluarkan uangnya untuk membayar buah-buahan yang mereka beli.

Ketika sibuk memasukkannya dompetnya ke dalam saku celana, Vara berbisik pelan, "Boleh gak temanku main ke rumah kita?"

"Kapan?"

"Malam ini juga."

"Memangnya kamu siap?"

"Siap apa, Mas?"

"Siap dengan risikonya kalau mereka tau status kamu sekarang adalah istri dossn mereka."

Vara mengangguk mantap. "Aku gak keberatan kalau teman-temanku tau statusku sekarang, tau hubunganku sama Mas Agam itu apa, aku yakin mereka bisa jaga rahasia."

"Serius?"

"Ya, aku serius. Cuma kalau untuk publikasi ke semua orang, untuk saat ini aku belum siap, Mas."

"Pasti teman-teman kamu terkejut."

"Aku justru gak sabar liat mereka jantungan."

Terpopuler

Comments

Sri Mawardi

Sri Mawardi

critanya lancat" terus jadi galfok bacannya😇😇😇😇😇😇

2021-02-10

2

🖤리카𝘌𝘓𝘍98🖤

🖤리카𝘌𝘓𝘍98🖤

🤣🤣🤣🤣Dasar vara gk ada ahklak, malah seneng kalo temennya jantungan

2021-01-31

8

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kejelekan Agam
2 Bab 2 Syarat
3 Bab 3 Makan Bersama
4 Bab 4 Dipingit
5 Bab 5 Mama Nangis
6 Bab 6 Kado Sasa
7 Bab 7 Foto Sakura
8 Bab 8 Kerja dan Bulan Madu
9 Bab 9 Geger
10 Bab 10 Canggung
11 Bab 11 Suami Gue
12 Bab 12 Publikasi
13 Bab 13 Shock!
14 Bab 14 Ngeri
15 Bab 15 Berat Ini Mah
16 Bab 16 Undangan
17 Bab 17 Shoping
18 Bab 18 Jumpa Mama
19 Bab 19 Ribut
20 Bab 20 Pasar Malam Dulu
21 Bab 21 Mas Agam...
22 Bab 22 Pacar Pak Agam
23 Bab 23 Rencana Pak Gandhi
24 Bab 24 Sabar, Vara
25 Bab 25 Kebaikan Kita Berdua
26 Bab 26 Istri Kedua Agam
27 Bab 27 Menurut Agam
28 Bab 28 Jujur, Mas
29 Bab 29 Gak Pernah
30 Bab 30 Akibat Kesiangan
31 Bab 31 Alasan Ngawur
32 Bab 32 Tercyduk
33 Bab 33 Menantu Papa
34 Bab 34 Belanja Dulu
35 Bab 35 Badai
36 Bab 36 Siapa Gue
37 Bab 37 Masalah dan Bobot Tubuh
38 Bab 38 Perceraian
39 Bab 39 Istri Agam
40 Bab 40 Genderuwo
41 Bab 41 Gugup
42 Bab 42 Modusnya Agam
43 Bab 43 Aku Pulang Sekarang
44 Bab 44 Sakit
45 Bab 45 Halim ya?
46 Bab 46 Telat Datang Bulan
47 Bab 47 Dear, Para Suami
48 Bab 48 Ultah Papa
49 Bab 49 Maunya Vara
50 Bab 50 On The Way
51 Bab 51 Vara Cucu Nenek
52 Bab 52 Pernikahan Vara
53 Bab 53 Reza Emosi!
54 Bab 54 Suami Ganteng
55 Bab 55 Suami Unik Suami Istimewa
56 Bab 56 Status
57 Bab 57 Insiden
58 Bab 58 Berdarah-darah
59 Bab 59 Kabar buruk
60 Bab 60 Tasyila
61 Bab 61 Tamu
62 Bab 62 Gangguan Jiwa
63 Bab 63 Perpustakaan Ajang Tinju
64 Bab 64 Insiden Lagi
65 Bab 65 Kesedihan Mendalam
66 Bab 66 Sesak di Dada
67 Bab 67 Mak Comblang
68 Bab 68 Si Kerdil
69 Bab 69 Cantik Siapa?!
70 Bab 70 Cemburu Boleh?
71 Bab 71 Agam Hilang
72 Bab 72 Cerita di Toko Pakaian
73 Bab 73 Dikuasai Emosi
74 Bab 74 Aksi Diam-diaman
75 Bab 75 Bukan Kamu!
76 Bab 76 Telepon
77 Bab 77 Agam Masak Dulu Ya
78 Bab 78 Taman Kuy
79 Bab 79 Dipanggil
80 Bab 80 Diadili
81 Bab 81 Bertubi-tubi
82 Bab 82 Gak Boleh Tau
83 Bab 83 Hasilnya
84 Bab 84 Tolong Saya
85 Bab Tak Sabar Rapat
86 Bab 86 Abiyan Klarifikasi
87 Bab 87 Drama Kampus
88 Bab 88 Menyayangi
89 Bab 89 Kelulusan
90 Bab 90 Happy
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Kejelekan Agam
2
Bab 2 Syarat
3
Bab 3 Makan Bersama
4
Bab 4 Dipingit
5
Bab 5 Mama Nangis
6
Bab 6 Kado Sasa
7
Bab 7 Foto Sakura
8
Bab 8 Kerja dan Bulan Madu
9
Bab 9 Geger
10
Bab 10 Canggung
11
Bab 11 Suami Gue
12
Bab 12 Publikasi
13
Bab 13 Shock!
14
Bab 14 Ngeri
15
Bab 15 Berat Ini Mah
16
Bab 16 Undangan
17
Bab 17 Shoping
18
Bab 18 Jumpa Mama
19
Bab 19 Ribut
20
Bab 20 Pasar Malam Dulu
21
Bab 21 Mas Agam...
22
Bab 22 Pacar Pak Agam
23
Bab 23 Rencana Pak Gandhi
24
Bab 24 Sabar, Vara
25
Bab 25 Kebaikan Kita Berdua
26
Bab 26 Istri Kedua Agam
27
Bab 27 Menurut Agam
28
Bab 28 Jujur, Mas
29
Bab 29 Gak Pernah
30
Bab 30 Akibat Kesiangan
31
Bab 31 Alasan Ngawur
32
Bab 32 Tercyduk
33
Bab 33 Menantu Papa
34
Bab 34 Belanja Dulu
35
Bab 35 Badai
36
Bab 36 Siapa Gue
37
Bab 37 Masalah dan Bobot Tubuh
38
Bab 38 Perceraian
39
Bab 39 Istri Agam
40
Bab 40 Genderuwo
41
Bab 41 Gugup
42
Bab 42 Modusnya Agam
43
Bab 43 Aku Pulang Sekarang
44
Bab 44 Sakit
45
Bab 45 Halim ya?
46
Bab 46 Telat Datang Bulan
47
Bab 47 Dear, Para Suami
48
Bab 48 Ultah Papa
49
Bab 49 Maunya Vara
50
Bab 50 On The Way
51
Bab 51 Vara Cucu Nenek
52
Bab 52 Pernikahan Vara
53
Bab 53 Reza Emosi!
54
Bab 54 Suami Ganteng
55
Bab 55 Suami Unik Suami Istimewa
56
Bab 56 Status
57
Bab 57 Insiden
58
Bab 58 Berdarah-darah
59
Bab 59 Kabar buruk
60
Bab 60 Tasyila
61
Bab 61 Tamu
62
Bab 62 Gangguan Jiwa
63
Bab 63 Perpustakaan Ajang Tinju
64
Bab 64 Insiden Lagi
65
Bab 65 Kesedihan Mendalam
66
Bab 66 Sesak di Dada
67
Bab 67 Mak Comblang
68
Bab 68 Si Kerdil
69
Bab 69 Cantik Siapa?!
70
Bab 70 Cemburu Boleh?
71
Bab 71 Agam Hilang
72
Bab 72 Cerita di Toko Pakaian
73
Bab 73 Dikuasai Emosi
74
Bab 74 Aksi Diam-diaman
75
Bab 75 Bukan Kamu!
76
Bab 76 Telepon
77
Bab 77 Agam Masak Dulu Ya
78
Bab 78 Taman Kuy
79
Bab 79 Dipanggil
80
Bab 80 Diadili
81
Bab 81 Bertubi-tubi
82
Bab 82 Gak Boleh Tau
83
Bab 83 Hasilnya
84
Bab 84 Tolong Saya
85
Bab Tak Sabar Rapat
86
Bab 86 Abiyan Klarifikasi
87
Bab 87 Drama Kampus
88
Bab 88 Menyayangi
89
Bab 89 Kelulusan
90
Bab 90 Happy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!