Bab 10 Canggung

Pagi harinya Vara terbangun dengan suasana hati yang tak menyenangkan. Kejadian kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya hingga membuat Vara tak bisa tidur nyenyak.

Meskipun Agam mau diajak bicara, tidak seperti kebanyakan seseorang yang sedang marah cenderung mengabaikan, Agam justru berkebalikan. Agam lebih sering mengajak Vara berinteraksi, meskipun Vara akui rasanya sedikit canggung.

Begitu sarapan pagi bersama, Agam masih bersikap baik-baik saja. Bahkan, Vara yakin sekali Agam sudah melupakan kejadian kemarin atau mungkin lebih tepatnya Agam berpura-pura lupa. Sikapnya masih tenang, dan sama sekali tidak menunjukkan sisi permusuhan.

"Kopernya cuma dua ya?"

Vara mendongak, kemudian menjawab, "Iya. Punyaku sama punya Mas."

Agam mengangguk-angguk paham. "Ya sudah, kamu cek lagi. Takutnya ada barang yang tertinggal."

Ya, benar sekali. Mereka sedang berkemas. Bulan madu mereka telah berakhir hari ini. Entah mengapa Vara malah bersyukur kalau bulan madunya cepat berakhir. Rasanya sungguh tidak menyenangkan dalan situasi seperti ini.

Ketika sedang fokus dengan ponselnya, Agam tertawa kecil. Sontak saja hal itu membuat Vara bertanya-tanya apa yang sedang dilihat oleh suaminya itu.

Disaat tengah menebak-nebak, Agam menoleh lalu menjelaskan, "Danu punya anak. Dia kirim foto anaknya."

Yang Vara tahu Danu adalah teman kecil Agam. Yang memang sudah lama tidak bertemu karena semenjak lulus sekolah dasar Danu beserta keluarga pindah ke Kalimantan. Meskipun begitu mereka tetap saling berhubungan.

"Anaknya laki-laki atau perempuan?" tanya Vara. Kali ini dia ingin membunuh rasa canggungnya.

"Perempuan. Mirip sekali dengan ibunya."

"Mas Danu itu seumuran sama Mas?"

"Lebih tua aku, beberapa bulan."

"Menurutku samalah. Kapan dia nikah? Mas datang ke sana?"

"Enggak. Waktu itu aku sedang pergi ke Bogor, seminar di sana."

"Hm, sudah lama ya dia menikah?"

"Dua bulan yang lalu sepertinya. Maksudnya satu tahun lebih dua bulan. Dua bulan yang lalu hari ulang tahun pernikahan mereka."

"Ohh."

"Mau lihat fotonya?"

Vara mengangguk. Dia penasaran dengan bayi perempuan yang katanya mirip dengan ibunya.

"Mas punya foto istrinya Mas Danu? Foto pernikahan gitu?"

"Tidak ada. Memangnya kenapa?"

"Mau memastikan anak mereka lebih mirip siapa."

"Mirip ibunya. Aku yakin."

"Nanti anak kita lebih mirip siapa, menurut Mas gimana?"

Agam bergeming, lantas mengangkat bahunya. "Lihat saja nanti."

"Mas gak mau menebak-nebak gitu?"

"Buat apa? Aku tidak masalah mirip siapa, yang penting dia anak kita berdua."

"Hm, iya sih. Mungkin lebih mirip Mas."

"Mungkin."

Vara memandang lekat suaminya. Rupanya topik seputar anak tidak berhasil menarik perhatian Agam. Entah mengapa Vara malah merasa tak bersemangat lagi.

"Kayaknya Mas belum terpikirkan soal anak ya?"

"Bukannya tidak mau. Aku hanya ingin menunggu kondisi dan situasinya membaik."

"Maksudnya, Mas?"

"Kamu kan masih kuliah. Daripada menghambat kuliah kamu, sebaiknya kita tunda dulu masalah momongan."

Vara mengigit keras bibirnya setelah mendapat jawaban Agam. Meskipun Agam sudah menggunakan bahasa yang agak halus, nyatanya kalimat itu berhasil menohok hati Vara. Dia sangat yakin kejadian semalam masih berbekas di hati suaminya.

Tak bisa menahan diri lagi, Vara berlari ke kamar mandi. Dia tumpahkan segala kesedihannya seorang diri. Menangis pilu merenungi nasibnya yang serba salah.

"Vara?"

Vara tetap diam saat Agam memanggilnya dari luar kamar mandi.

"Maaf. Untuk yang semalam aku minta maaf. Seharusnya aku ingat perjanjian kita sebelum menikah, inilah risiko yang harus aku tanggung, dan aku benar-benar minta maaf karena memaksa kamu."

Vara memandang dinding kaca yang memantulkan bayangannya. Ucapan Agam barusan malah membuatnya merasa sangat bersalah.

"Soal momongan, aku juga minta maaf. Bukannya aku tidak siap, tapi kamu benar, untuk saat ini sebaiknya kita sembunyikan dulu status pernikahan kita. Dan kita rencanakan untuk punya momongan nanti setelah kamu selesai kuliah. Sekali lagi aku minta maaf."

***

"Bisa?"

Vara mengangguk ketika Agam berniat membantunya memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Kalau memang Vara keberatan, Agam yang akan melakukannya.

Mereka telah kembali dan sampai di Jakarta. Acara bulan madu mereka sudah berakhir. Yang itu artinya Vara dan Agam kembali ke rutinitas mereka seperti sebelumnya.

"Besok kamu mulai kuliah?" tanya Agam di tengah perjalanan mereka menuju rumah.

"Iya, Mas."

Situasinya kembali hening setelah Agam mengajukan sebuah pertanyaan tertutup. Padahal Vara merasa tidak nyaman dengan situasinya sekarang. Agam benar-benar tidak membahas masalah yang terjadi sebelumnya.

"Mau aku antar besok?"

"Apa, Mas?"

"Oh, gak perlu ya?"

Vara mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Mendapat pertanyaan tiba-tiba membuat Vara tak siap membalasnya. Vara sangat yakin Agam salah paham dengan balasannya.

"Mas."

"Ya?"

"Tadi Mas tanya aku mau diantar atau gak kan?"

"Iya."

"Mas bisa gak besok antar aku ke kampus?"

Vara mencoba untuk memulihkan hubungan mereka berdua. Meskipun Vara harus menanggung resiko jika besok ada orang yang memergokinya diantar Agam ke kampus.

"Kamu gak keberatan?" tanya Agam hati-hati.

Vara mengangguk pelan. Keberatan, tapi apa boleh buat.

"Besok kamu diantar Pak Hendri saja."

"Pak Hendri itu siapa?"

"Supirnya papa."

"Lho, kok gitu? Nanti kalau papa ada keperluan keluar gimana?"

"Gak ada. Papa kan bisa bawa mobil sendiri."

"Mas gak bisa antar aku?"

"Bisa. Tapi aku harus berangkat lebih pagi. Kamu gak keberatan?"

"Gak apa-apa. Kuliahku jam delapan. Mas berangkat jam berapa?"

"Mungkin jam tujuh."

"Gak apa-apa. Aku ikut Mas aja."

"Oke. Besok kita berangkat bersama-sama."

Vara menghembuskan napas lega. Melihat Agam kembali tersenyum membuatnya yakin kalau mood suaminya sudah kembali seperti semula. Ya, memang Agam tidak benar-benar kecewa, hanya saja Vara merasa kehilangan senyuman suaminya sejak hubungan mereka berdua merenggang.

"Terus besok Mas pulang jam berapa?"

Vara kembali menarik perhatian suaminya. Apa salahnya dia mengalah, lagipula selama ini Vara hanya egois dan takut pada kenyataan yang terjadi.

"Belum tau. Tapi kayaknya aku pulang agak sore. Kamu gimana?"

"Hmm, aku juga gak tau. Kata Rakhma besok Bu Asih gak masuk, kemungkinan aku pulang siang. Tapi kalau Bu Asih masuk, aku pulangnya sore."

"Jam berapa?"

"Sekitar jam empat. Kalau Mas jam berapa?"

"Rencananya besok siang sampai sore aku ada rapat. Mungkin selesei jam lima."

"Oh, jam lima ya?"

"Hm. Kenapa? Mau pulang bareng atau mau duluan?"

"Mm, nunggu Mas kelamaan. Tapi kalau pulang sendirian aku males. Di rumah juga aku gampang bosen."

"Terus?"

Vara terkekeh kecil seraya menjawab, "Aku nunggu aja deh. Boleh ya?"

Agam mengangguk dengan kekehan ringan. "Alasan kamu tuh. Kamu sebenarnya gak mau aku tinggal lama-lamakan?"

"Apa sih? Ge'er banget."

"Ngaku aja."

"Terserah Mas aja."

"Malu ya?"

"Gak tuh."

Terpopuler

Comments

Becky D'lafonte

Becky D'lafonte

astaga yg romantis dikit kek ngomongnya

2021-05-03

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kejelekan Agam
2 Bab 2 Syarat
3 Bab 3 Makan Bersama
4 Bab 4 Dipingit
5 Bab 5 Mama Nangis
6 Bab 6 Kado Sasa
7 Bab 7 Foto Sakura
8 Bab 8 Kerja dan Bulan Madu
9 Bab 9 Geger
10 Bab 10 Canggung
11 Bab 11 Suami Gue
12 Bab 12 Publikasi
13 Bab 13 Shock!
14 Bab 14 Ngeri
15 Bab 15 Berat Ini Mah
16 Bab 16 Undangan
17 Bab 17 Shoping
18 Bab 18 Jumpa Mama
19 Bab 19 Ribut
20 Bab 20 Pasar Malam Dulu
21 Bab 21 Mas Agam...
22 Bab 22 Pacar Pak Agam
23 Bab 23 Rencana Pak Gandhi
24 Bab 24 Sabar, Vara
25 Bab 25 Kebaikan Kita Berdua
26 Bab 26 Istri Kedua Agam
27 Bab 27 Menurut Agam
28 Bab 28 Jujur, Mas
29 Bab 29 Gak Pernah
30 Bab 30 Akibat Kesiangan
31 Bab 31 Alasan Ngawur
32 Bab 32 Tercyduk
33 Bab 33 Menantu Papa
34 Bab 34 Belanja Dulu
35 Bab 35 Badai
36 Bab 36 Siapa Gue
37 Bab 37 Masalah dan Bobot Tubuh
38 Bab 38 Perceraian
39 Bab 39 Istri Agam
40 Bab 40 Genderuwo
41 Bab 41 Gugup
42 Bab 42 Modusnya Agam
43 Bab 43 Aku Pulang Sekarang
44 Bab 44 Sakit
45 Bab 45 Halim ya?
46 Bab 46 Telat Datang Bulan
47 Bab 47 Dear, Para Suami
48 Bab 48 Ultah Papa
49 Bab 49 Maunya Vara
50 Bab 50 On The Way
51 Bab 51 Vara Cucu Nenek
52 Bab 52 Pernikahan Vara
53 Bab 53 Reza Emosi!
54 Bab 54 Suami Ganteng
55 Bab 55 Suami Unik Suami Istimewa
56 Bab 56 Status
57 Bab 57 Insiden
58 Bab 58 Berdarah-darah
59 Bab 59 Kabar buruk
60 Bab 60 Tasyila
61 Bab 61 Tamu
62 Bab 62 Gangguan Jiwa
63 Bab 63 Perpustakaan Ajang Tinju
64 Bab 64 Insiden Lagi
65 Bab 65 Kesedihan Mendalam
66 Bab 66 Sesak di Dada
67 Bab 67 Mak Comblang
68 Bab 68 Si Kerdil
69 Bab 69 Cantik Siapa?!
70 Bab 70 Cemburu Boleh?
71 Bab 71 Agam Hilang
72 Bab 72 Cerita di Toko Pakaian
73 Bab 73 Dikuasai Emosi
74 Bab 74 Aksi Diam-diaman
75 Bab 75 Bukan Kamu!
76 Bab 76 Telepon
77 Bab 77 Agam Masak Dulu Ya
78 Bab 78 Taman Kuy
79 Bab 79 Dipanggil
80 Bab 80 Diadili
81 Bab 81 Bertubi-tubi
82 Bab 82 Gak Boleh Tau
83 Bab 83 Hasilnya
84 Bab 84 Tolong Saya
85 Bab Tak Sabar Rapat
86 Bab 86 Abiyan Klarifikasi
87 Bab 87 Drama Kampus
88 Bab 88 Menyayangi
89 Bab 89 Kelulusan
90 Bab 90 Happy
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Kejelekan Agam
2
Bab 2 Syarat
3
Bab 3 Makan Bersama
4
Bab 4 Dipingit
5
Bab 5 Mama Nangis
6
Bab 6 Kado Sasa
7
Bab 7 Foto Sakura
8
Bab 8 Kerja dan Bulan Madu
9
Bab 9 Geger
10
Bab 10 Canggung
11
Bab 11 Suami Gue
12
Bab 12 Publikasi
13
Bab 13 Shock!
14
Bab 14 Ngeri
15
Bab 15 Berat Ini Mah
16
Bab 16 Undangan
17
Bab 17 Shoping
18
Bab 18 Jumpa Mama
19
Bab 19 Ribut
20
Bab 20 Pasar Malam Dulu
21
Bab 21 Mas Agam...
22
Bab 22 Pacar Pak Agam
23
Bab 23 Rencana Pak Gandhi
24
Bab 24 Sabar, Vara
25
Bab 25 Kebaikan Kita Berdua
26
Bab 26 Istri Kedua Agam
27
Bab 27 Menurut Agam
28
Bab 28 Jujur, Mas
29
Bab 29 Gak Pernah
30
Bab 30 Akibat Kesiangan
31
Bab 31 Alasan Ngawur
32
Bab 32 Tercyduk
33
Bab 33 Menantu Papa
34
Bab 34 Belanja Dulu
35
Bab 35 Badai
36
Bab 36 Siapa Gue
37
Bab 37 Masalah dan Bobot Tubuh
38
Bab 38 Perceraian
39
Bab 39 Istri Agam
40
Bab 40 Genderuwo
41
Bab 41 Gugup
42
Bab 42 Modusnya Agam
43
Bab 43 Aku Pulang Sekarang
44
Bab 44 Sakit
45
Bab 45 Halim ya?
46
Bab 46 Telat Datang Bulan
47
Bab 47 Dear, Para Suami
48
Bab 48 Ultah Papa
49
Bab 49 Maunya Vara
50
Bab 50 On The Way
51
Bab 51 Vara Cucu Nenek
52
Bab 52 Pernikahan Vara
53
Bab 53 Reza Emosi!
54
Bab 54 Suami Ganteng
55
Bab 55 Suami Unik Suami Istimewa
56
Bab 56 Status
57
Bab 57 Insiden
58
Bab 58 Berdarah-darah
59
Bab 59 Kabar buruk
60
Bab 60 Tasyila
61
Bab 61 Tamu
62
Bab 62 Gangguan Jiwa
63
Bab 63 Perpustakaan Ajang Tinju
64
Bab 64 Insiden Lagi
65
Bab 65 Kesedihan Mendalam
66
Bab 66 Sesak di Dada
67
Bab 67 Mak Comblang
68
Bab 68 Si Kerdil
69
Bab 69 Cantik Siapa?!
70
Bab 70 Cemburu Boleh?
71
Bab 71 Agam Hilang
72
Bab 72 Cerita di Toko Pakaian
73
Bab 73 Dikuasai Emosi
74
Bab 74 Aksi Diam-diaman
75
Bab 75 Bukan Kamu!
76
Bab 76 Telepon
77
Bab 77 Agam Masak Dulu Ya
78
Bab 78 Taman Kuy
79
Bab 79 Dipanggil
80
Bab 80 Diadili
81
Bab 81 Bertubi-tubi
82
Bab 82 Gak Boleh Tau
83
Bab 83 Hasilnya
84
Bab 84 Tolong Saya
85
Bab Tak Sabar Rapat
86
Bab 86 Abiyan Klarifikasi
87
Bab 87 Drama Kampus
88
Bab 88 Menyayangi
89
Bab 89 Kelulusan
90
Bab 90 Happy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!