Vara memandangi bunga sakura yang tumbuh dengan begitu cantik dan menawan di depan matanya. Sudah lebih dari satu jam dia menatap takjub keindahan bunga Negeri Jepang itu. Bahkan, tadi pagi Vara melupakan sarapannya karena rasa tak sabar ingin segera melihat bunga cantik tersebut.
Sudah banyak foto bunga sakura yang dia abadikan di ponselnya. Rasanya Vara ingin mengunggah foto tersebut di akun media sosialnya. Kali ini foto yang dimilikinya bukan sekadar foto yang dia peroleh dari internet atau pun dari temannya. Kini foto tersebut asli, yang diambilnya di Jepang.
"Vara."
Agam memanggilnya dari arah belakang. Vara cukup mengerti maksud panggilan suaminya itu. Agam pasti memaksanya untuk segera sarapan.
"Nanti dulu, Mas. Aku masih betah di sini."
"Lihat sini dulu."
Vara mengalah, kemudian menengok. Sepertinya Agam sengaja membuatnya menoleh sehingga laki-laki itu bisa memotretnya.
Agam tersenyum, bergumam pelan, "Cantik."
"Bunganya atau aku yang Mas puji cantik?"
"Bunganya," jawab Agam sekenanya, "karena di samping kamu bunganya ikut terlihat cantik."
Vara mengulum senyum manisnya, saat ini dia merasa salah tingkah.
"Sini, tanganmu."
Meskipun awalnya bingung, Vara tetap menuruti permintaan Agam. Suaminya itu menggenggam tangannya yang tersemat cincin pernikahan, cincin yang dikenakan Agam pun terlihat jelas di jarinya.
Agam memotret genggaman tangan mereka yang berlatarkan bunga sakura. Terlihat cantik dan elegan disaat yang bersamaan.
"Duduk di sini."
Agam membawa Vara duduk di salah satu bangku taman. Selagi Agam memainkan kameranya, Vara meraih ponsel laki-laki itu. Gerakan kecil itu membuat Agam menoleh. "Boleh aku pinjam hpnya, Mas? Aku belum pernah lihat hp Mas Agam."
Agam mengangguk pelan. Laki-laki itu bergerak mendekati istrinya. Tangannya merangkul, dan bibirnya mencium bibir istrinya. Hal itu sontak saja membuat Vara terkejut.
Seakan tak bersalah, Agam menampakkan ekspresi datar. Kemudian, dia kembali fokus dengan kameranya dalam posisi tangan satunya yang memeluk Vara.
"Mau romantis, tapi tanggung," cibir Vara.
Perempuan itu membuka ponsel Agam. Dilihatnya riwayat pesan suaminya. Vara penasaran dengan kontak namanya. Dengan nama apa suaminya itu menyimpan nomornya.
Senyuman Vara tak bisa ditahan lagi ketika membaca nomor teleponnya berada di urutan paling atas. Dengan tulisan A. Wife 💞.
"Mas Agam."
"Hm?"
"Kenapa kontak namaku ada huruf A besar?"
Agam menoleh lantaran tak paham. Kemudian, Vara menunjukkan layar ponsel suaminya.
"Oh, itu. Supaya nama kamu ada di urutan atas. Pengaturannya berurutan sesuai abjad. Jadi aku tambahkan huruf A besar."
"Ohh, gitu."
"Hm."
"Dulu sebelum aku jadi istri Mas, kontak nomorku namanya apa?"
"Calon istri."
Vara terkikik geli mendengar jawaban Agam. Ia sampai membayangkan setiap kali dia menghubungi Agam nama yang tertera di layar bertuliskan Calon Istri. Rupanya Agam bisa juga bersikap kekanakan seperti itu.
"Mas gak mau tau kontak nama Mas di hp aku?"
Agam menoleh sebelum menjawab, "My Hubby."
Vara tercengang. "Kok tau, Mas?"
"Aku pernah lihat sebelumnya."
"Kapan? Padahal aku belum lama lho ganti namanya."
"Tadi, waktu kamu mandi."
Vara menyipitkan kedua matanya. "Mas buka-buka hpku ya?"
"Enggak sengaja, waktu kamu tadi minta tolong telepon mama pakai hp kamu."
Vara menganggukan kepalanya. "Oh, itu. Terus Mas penasaran gak kontak nama Mas sebelum kita nikah?"
"Gak tuh."
"Ih, kok gak penasaran?"
"Sudah tau."
Vara kembali tercengang untuk yang kedua kalinya. "Tau dari mana?"
"Lihat langsung."
"Memang siapa namanya?"
"Pacar."
Vara kembali tercengang, dan sekarang untuk yang ketiga kalinya. "Kok bisa? Ngintip ya, Mas?"
"Waktu kita makan siang bareng, kamu minta tolong aku untuk telepon kamu karena sinyal di hp kamu hilang muncul."
"Oh iya deng."
"Ayo foto berdua."
Vara menggeleng, kemudian cemberut. "Nanti dulu. Aku belum puas main hp kamu."
Agam menghela napas dalam-dalam. Namun, dia tetap membiarkan istrinya untuk mengotak-atik ponselnya.
"Dasar, maniak."
Agam menoleh lantaran terganggu dengan suara cekikikan Vara. Ternyata istrinya itu sedang membuka satu persatu gambar di galeri ponselnya.
Vara menoleh, kemudian mengedipkan sebelah matanya. "Segitu sukanya kamu sama aku, sampai galeri hp kamu isinya aku semua, Mas."
Agam melengos.
"Ih, mau ke mana sih."
"Pulang. Aku lapar."
"Sebentar. Sini duduk."
Dengan setengah hati Agam mengikuti perintah Vara. Bisa-bisa Vara mengamuk kalau dia meninggalkan Vara sendirian.
"Mas, fotoku semuanya ini kamu yang ambil?"
Agam memicingkan matanya. "Memangnya siapa lagi?"
"Kok kamu bertingkah kayak begini sih, Mas. Aku gak nyangka sama sekali lho."
"Enggak salah, malah dapat pahala. Lagipula kamu kan istri aku."
"Iya sih, tapi bukan gaya kamu banget."
"Ayo pulang."
"Ih, nanti dulu. Kenapa sih dari tadi ngajak pulang? Emang gak bosen di kamar mulu?"
"Pengantin baru gak akan bosan di dalam kamar."
"Kata siapa? Buktinya aku bosen."
"Kalau gitu aku pulang duluan."
"Mas Agam! Ih, kesel ah."
"Lagian aku ajak pulang kamu tolak. Ingat lho, kamu belum sarapan."
"Katanya mau foto berdua, ayok."
Akhirnya Agam berhasil diluluhkan dengan ajakan foto bersama.
"Bergaya ya?" pinta Vara.
Vara memeluk lengan Agam, sedangkan tangan yang lainnya dia gunakan untuk menekan tombol di ponsel. Belum sempat Vara mengambil gambar, Agam lebih dulu mengubah posisinya.
"Ini ngapa sih? Kan mau difoto, malah gerak mulu dari tadi."
"Biar aku yang peluk kamu."
Lengan Agam merangkul tubuh Vara, dia juga lebih mendekatkan diri kepada Vara. Di saat Vara menghitung pada hitungan ketiga, Agam kembali bergerak dengan posisi kepalanya yang condong ke arah Vara.
Cekrek!
Vara menoleh dengan mata yang membulat sempurna.
"Apaan sih? Kok malah cium aku?"
Agam tertawa, dan dia merasa puas. Tangannya meraih ponselnya yang masih dikuasai Vara. Di layar ponselnya tercetak fotonya dengan Vara yang baru sama diambil.
"Tuhkan," sungut Vara kala melihat hasil potretnya.
Di gambar tersebut Agam sengaja mencium pipi Vara, meskipun hasilnya apik Vara tetap merasa tidak senang. Pasalnya ekspresi wajahnya benar-benar tidak cocok dengan ekspresi wajah suaminya.
"Jelek, Mas!"
"Keren kok."
"Lihat nih, mataku melotot dan mulutku sedikit terbuka, sedangkan Mas malah senyum. Kan gak cocok."
"Cocok. Kamu lucu."
"Ah tau lah. Kesel aku rasanya."
"Kenapa? Padahal foto bareng suami, kok kesel?"
"Awas kalau sampai di upload. Aku beneran marah nih."
Agam tidak takut sama sekali. Dia sudah cukup tahu, istrinya itu hanya pintar mengancam tanpa benar-benar serius akan melakukannya. Bisa dibilang Vara terlalu banyak bicara omong kosong.
"Ayo pulang," ajak Agam untuk kesekian kalinya.
"Tapi janji ya jangan di upload?"
"Hm. Gak janji."
"Mas Agam, suamiku yang paling tampan, jangan di upload itu fotonya. Janji ya?"
"Hm."
"Janji dulu."
"Hm, tergantung nanti malam."
Vara menghembuskan napas panjang. "Oke, nanti malam sepuasnya."
Detik berikutnya Vara melihat suaminya yang tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Alanna Th
apakh ada cowo yg minta djdhkn dgq, pd pa"q y? wkt aq smp - sma d kmpng hlmnq ada bbrp cowo yg suka prhatikn aq pulang sklh. ada anak yg punya pabrik kecap, ada yg ayahnya punya armada truk, yg punya tk sepatu lnggnnq, yg punya poultry shop, guru wkt aq sd. d mn mrk skrg y? aq sdh pindah k ibukota ikut swami 🤫😢👋👋👋
2021-10-01
0
Rini
😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
2021-03-15
0
Tarisya Achmad
Mantap
2021-02-12
3