Bab 3 Makan Bersama

Daria menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Matanya menatap langit kamar Rakhma. "Capek, gue lelah."

"Sama," sahut Rakhma.

"Jangan tanya gue, karena jawaban gue pun sama," ucap Vara.

Daria berbaring miring menghadap Vara. "Lo udah persiapan buat skripsi?"

"Belum sama sekali."

"Belum sama sekali?" tanya Rakhma tak percaya, "lo juga belum, Dar?"

"Sama kayak Vara," jawab Daria.

"Serius? Kalian belum ada rencana apa pun gitu?"

"Apaan sih, memang kenyataannya gitu kok," sungut Daria, "lagian gue sama Vara kan mirip, jelas beda jauh sama lo."

Diantara mereka bertiga hanya Rakhma yang memiliki otak cerdas. Meskipun begitu Vara dan Daria bukan mahasiswi bodoh, setidaknya jika disusun peringkat kelas Vara dan Daria berada di sepuluh besar.

"Kan waktu itu gue udah ngajak kalian untuk belajar buat skripsi sama kakak gue," sahut Rakhma, "murah meriah bahkan gratis. Asal kalian siap dengerin dia marah-marah."

"Itu yang gue gak mau, Rah. Gue paling gak suka kena marah," ucap Vara, "meskipun skripsi gue langsung selesai."

"Tapikan lo gak rugi. Kakak gue cuma butuh telinga lo buat dengerin dia marah."

"Gue mau usaha sendiri aja."

"Lah, kan sama kakak gue juga kita usaha sendiri kali. Cuma, nanti kakak gue bantu. Bukan berarti skripsinya dibuat sama kakak gue."

"Ah, tetep aja gue gak mau."

"Lo gimana, Dar?"

"Gue minta tolong oom gue aja. Dia dosen juga, cuma beda universitas," jawab Daria.

"Lo mau buat sendiri atau dibuatin?"

"Buat sendiri mungkin. Kalau gue capek duluan, terpaksa gue suruh orang lain yang buat. Yang penting oom gue taunya gue buat sendiri."

"Kerja dua kali dong itu mah."

"Bodo ah. Gue udah terlanjur capek.

"Terserah deh, pusing kepala gue, lagian gue kasih saran kalian gak mau nyoba," sungut Rakhma, "lo mau gimana, Var? Rental atau buat sendiri?"

Vara memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Jika dia ketahuan menyuruh orang untuk mengerjakan skripsinya, Sang Ibunda Ratu bisa murka. Tapi kalau dia mengerjakan seorang diri, mungkin Vara sudah tepar sebelum berperang.

"Kok bengong sih? Gimana, Var?"

"Gue mau minta tolong seseorang."

"Siapa?"

"Ada deh."

"Kok lo gitu, main rahasia segala sih?"

"Ya ada pokoknya."

***

"Vara."

Vara mendongak, kemudian meminta Agam duduk di sampingnya. "Hujan ya? Kok bajunya basah?"

"Di kampus hujan, tapi setelah sampai di sini hanya gerimis kecil."

"Oh, gitu."

"Kamu belum pesan makan?"

"Sengaja nunggu, lagian aku gak tau makanan kesukaan Mas Agam."

"Harusnya kamu pesan saja, saya bukan pemilih kok. Asalkan sehat."

Vara mencibir pelan, dua hari yang lalu Agam memintanya untuk bersikap informal saja saat bersamanya, kecuali saat di kampus.

"Kenapa diam?"

"Enggak apa-apa."

"Pasti ada sesuatu yang kamu pikirkan."

"Mas Agam mau tau?"

Agam menganggukan kepalanya.

"Ah, gak jadi deh. Pasti gak mau."

"Mau apa?"

"Janji dulu, Mas Agam mau."

"Eh, apa dulu itu?"

"Ya udah gak jadi. Jadi, mau pesen makan apa?"

"Kamu jangan mengalihkan pembicaraan. Bilang dulu, apa maksud kamu tadi?"

Pelayan datang membawa daftar menu makanan, jujur saja Vara bersyukur karena bisa membuat Agam penasaran. Bahkan, ketika pelayan itu bertanya pun Agam bergeming.

"Mas Agam pesan apa?"

"Mbak, sama kan saja dengan pacar saya," ucapnya kepada pelayan.

"Oh, jadi sekarang punya pacar ya?"

"Sekarang bilang, apa maksud kamu tadi?"

"Ih, kok masih bahas yang itu sih?"

"Kamu sih tidak mau jujur."

"Oke, aku jujur."

"Apa?"

"Kemarin kan Mas pernah bahas masalah formal dan informal kita berdua. Singkatnya, aku mau Mas bersikap informal sama aku. Sesuai kesepakatan kita waktu itu."

"Maksud kamu?"

"Ih, kok gitu aja gak paham sih? Katanya dosen paling cerdas, masa kalimat sederhana kayak tadi gak paham?"

"Kamu pengen aku gimana?"

Vara menahan senyumnya kala laki-laki itu sudah mulai terlihat santai. Inilah yang Vara inginkan. "Aku mau Mas Agam gak kaku kalau lagi ngobrol sama aku. Jangan pakai bahasa baku atau pun formal, oke?"

Agam mengangguk. Sekarang dia paham apa mau calon istrinya. Pesanan datang setelah mereka menyelesaikan obrolan seputar bahasa yang harus dipakai sesuai kondisi.

"Kamu gak suka sayuran?"

Vara menggeleng pelan. "Suka sih, tapi kalau ada lauk lainnya aku pasti gak akan makan sayuran."

Agam menjauhkan olahan daging dari Vara. Laki-laki itu justru menyodorkan sayuran. "Harus makan sayuran. Bagus untuk kesehatan."

"Aku gak suka, Mas."

"Makan."

"Ih, dibilang gak suka kok."

"Makan." Kali ini Agam menyodorkan sendok berisi nasi dan sayuran.

"Maksa banget sih," sungut Vara. Meskipun sempat mengomel, akhirnya Agam mampu membuat Vara menghabiskan sayurannya.

"Mau nambah lagi?"

Vara melotot. "Mas pengen aku gemuk?"

"Kelihatannya tubuh kamu susah gemuk."

"Mas mau gaun pengantin aku nanti kesempitan?"

Akhirnya Agam tertawa kencang setelah satu jam duduk bersama dengan Vara. "Kamu takut gaun pengantinnya kesempitan?"

"Iyalah, aku kan udah pilih gaun."

"Ya udah, gak apa-apa. Nanti kamu minta penjahitnya untuk atur lagi ukurannya."

"Ih, aneh lho. Kacau jadinya."

Agam tertawa lagi.

"Oh, ya. Minggu besok kita gak bisa bertemu ya?"

Vara mengangguk. Minggu besok sudah waktunya bagi mereka untuk dipingit. 

"Kalau video call, boleh?"

"Gak usah, Mas. Kita jangan tatap muka dulu sampai akad nikah nanti."

"Melihat kamu lewat hp juga gak boleh?"

"Bukannya gak boleh, cuma menurutku baiknya jangan."

"Kalau aku kangen bagaimana?"

Vara mengernyit, entah mengapa Vara penasaran. "Mas, boleh aku tau alasan kamu langsung menerima perjodohan kita?"

"Karena kamu cantik," jawab Agam tanpa ragu sedikitpun.

"Aku tau, aku memang cantik. Tapi ada alasan lain lagi?"

"Kamu penurut."

"Penurut? Karena aku ikut omongon orang tua?"

"Hm, salah satunya itu."

"Terus yang lainnya?"

"Mungkin karena kamu pintar."

"Jangan sok tau, aku pernah dapat nilai empat."

"Pintar bersosialisasi, pintar menempatkan diri, pintar menjaga perasaan orang lain, pintar bertutur kata, dan pintar yang lainnya."

Vara bergeming dengan segala macam pikiran. Dalam sekali tebak saja Vara sudah bisa menyimpulkan. "Kamu kenal aku sejak kapan?"

"Sejak kamu masuk SMA."

"Saat itu kita bertemu di mana?"

"Aku datang ke rumah kamu. Aku lihat kamu, pakai seragam SMA yang masih kelihatan baru. Kamu kelihatan semangat sekali."

"Aku lupa. Mas pernah main ke rumah?"

Agam mengangguk. "Beberapa kali."

"Oke, jadi apa yang istimewa saat itu?"

"Kamu."

"Maksudnya?"

"Kamu yang istimewa."

Vara merasakan lidahnya kelu. Entah kenapa dia malah merasa gugup.

"Keseluruhan kamu enak dipandang, entah itu fisik atau sifat kamu. Aku suka, apa pun yang kamu miliki. Ibaratnya dua sisi, kamu sempurna di kedua sisi itu. Entah kamu paham atau gak, aku cuma bisa menjelaskan seperti itu."

"Oke, aku paham. Cuma aku...Mas serius?"

Agam mengangguk. "Kamu boleh tanya papa kamu."

"Tanya apa?"

"Kenapa bisa ada perjodohan antara kita berdua."

Seketika Vara meelebarkan kedua matanya. Bahkan, untuk berbicara saja dia tergagap, "M-mas, ka-kamu jangan bilang, kamu yang mi-minta dijodohkan dengan aku?"

Anggukan kepala Agam membuat Vara semakin sulit berbicara. Apa ada yang salah dengan laki-laki itu?

"Aku datang ke rumah kamu untuk yang kedua kalinya. Saat itu yang aku dengar kamu lagi liburan di rumah nenek kamu."

"Untuk apa kamu ke rumah?"

"Iseng, aku main ke sana. Iseng, aku minta dikenalkan dengan kamu. Dan siapa sangka papa kamu langsung setuju."

"What?"

"Siapa sangka saat aku minta dijodohkan beliau langsung menerima. Tapi sayangnya saat itu kamu masih terlalu muda."

"Be-berapa usia kamu, Mas?"

"Kamu gak ada niatan buat batal nikah karena masalah usia kan?"

"Berapa, Mas?"

"28 tahun."

"Saat itu! Waktu kamu minta dijodohkan."

"Mmm, 22 tahun?"

"22 tahun?"

"Bukan, tapi 21 tahun."

"21 tahun," gumam Vara seraya menghitung, "berarti usiaku waktu itu 15 tahun?" tanyanya dengan ekspresi tercengang.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah kan ku bilang juga apa,Agam kan yg meminta perjodohan itu,Karena dia yg udah suka Vara dari lama..

2024-11-01

0

Sri Mawardi

Sri Mawardi

critanya bagus sih thor tapi loncat " jadi srdikit bingung

2021-02-09

3

Putri

Putri

menurut.Q daria ada hubungan dgn keluarga agam,, dan daria akan nganterin udangan.X agam sma vara

2021-02-02

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kejelekan Agam
2 Bab 2 Syarat
3 Bab 3 Makan Bersama
4 Bab 4 Dipingit
5 Bab 5 Mama Nangis
6 Bab 6 Kado Sasa
7 Bab 7 Foto Sakura
8 Bab 8 Kerja dan Bulan Madu
9 Bab 9 Geger
10 Bab 10 Canggung
11 Bab 11 Suami Gue
12 Bab 12 Publikasi
13 Bab 13 Shock!
14 Bab 14 Ngeri
15 Bab 15 Berat Ini Mah
16 Bab 16 Undangan
17 Bab 17 Shoping
18 Bab 18 Jumpa Mama
19 Bab 19 Ribut
20 Bab 20 Pasar Malam Dulu
21 Bab 21 Mas Agam...
22 Bab 22 Pacar Pak Agam
23 Bab 23 Rencana Pak Gandhi
24 Bab 24 Sabar, Vara
25 Bab 25 Kebaikan Kita Berdua
26 Bab 26 Istri Kedua Agam
27 Bab 27 Menurut Agam
28 Bab 28 Jujur, Mas
29 Bab 29 Gak Pernah
30 Bab 30 Akibat Kesiangan
31 Bab 31 Alasan Ngawur
32 Bab 32 Tercyduk
33 Bab 33 Menantu Papa
34 Bab 34 Belanja Dulu
35 Bab 35 Badai
36 Bab 36 Siapa Gue
37 Bab 37 Masalah dan Bobot Tubuh
38 Bab 38 Perceraian
39 Bab 39 Istri Agam
40 Bab 40 Genderuwo
41 Bab 41 Gugup
42 Bab 42 Modusnya Agam
43 Bab 43 Aku Pulang Sekarang
44 Bab 44 Sakit
45 Bab 45 Halim ya?
46 Bab 46 Telat Datang Bulan
47 Bab 47 Dear, Para Suami
48 Bab 48 Ultah Papa
49 Bab 49 Maunya Vara
50 Bab 50 On The Way
51 Bab 51 Vara Cucu Nenek
52 Bab 52 Pernikahan Vara
53 Bab 53 Reza Emosi!
54 Bab 54 Suami Ganteng
55 Bab 55 Suami Unik Suami Istimewa
56 Bab 56 Status
57 Bab 57 Insiden
58 Bab 58 Berdarah-darah
59 Bab 59 Kabar buruk
60 Bab 60 Tasyila
61 Bab 61 Tamu
62 Bab 62 Gangguan Jiwa
63 Bab 63 Perpustakaan Ajang Tinju
64 Bab 64 Insiden Lagi
65 Bab 65 Kesedihan Mendalam
66 Bab 66 Sesak di Dada
67 Bab 67 Mak Comblang
68 Bab 68 Si Kerdil
69 Bab 69 Cantik Siapa?!
70 Bab 70 Cemburu Boleh?
71 Bab 71 Agam Hilang
72 Bab 72 Cerita di Toko Pakaian
73 Bab 73 Dikuasai Emosi
74 Bab 74 Aksi Diam-diaman
75 Bab 75 Bukan Kamu!
76 Bab 76 Telepon
77 Bab 77 Agam Masak Dulu Ya
78 Bab 78 Taman Kuy
79 Bab 79 Dipanggil
80 Bab 80 Diadili
81 Bab 81 Bertubi-tubi
82 Bab 82 Gak Boleh Tau
83 Bab 83 Hasilnya
84 Bab 84 Tolong Saya
85 Bab Tak Sabar Rapat
86 Bab 86 Abiyan Klarifikasi
87 Bab 87 Drama Kampus
88 Bab 88 Menyayangi
89 Bab 89 Kelulusan
90 Bab 90 Happy
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Kejelekan Agam
2
Bab 2 Syarat
3
Bab 3 Makan Bersama
4
Bab 4 Dipingit
5
Bab 5 Mama Nangis
6
Bab 6 Kado Sasa
7
Bab 7 Foto Sakura
8
Bab 8 Kerja dan Bulan Madu
9
Bab 9 Geger
10
Bab 10 Canggung
11
Bab 11 Suami Gue
12
Bab 12 Publikasi
13
Bab 13 Shock!
14
Bab 14 Ngeri
15
Bab 15 Berat Ini Mah
16
Bab 16 Undangan
17
Bab 17 Shoping
18
Bab 18 Jumpa Mama
19
Bab 19 Ribut
20
Bab 20 Pasar Malam Dulu
21
Bab 21 Mas Agam...
22
Bab 22 Pacar Pak Agam
23
Bab 23 Rencana Pak Gandhi
24
Bab 24 Sabar, Vara
25
Bab 25 Kebaikan Kita Berdua
26
Bab 26 Istri Kedua Agam
27
Bab 27 Menurut Agam
28
Bab 28 Jujur, Mas
29
Bab 29 Gak Pernah
30
Bab 30 Akibat Kesiangan
31
Bab 31 Alasan Ngawur
32
Bab 32 Tercyduk
33
Bab 33 Menantu Papa
34
Bab 34 Belanja Dulu
35
Bab 35 Badai
36
Bab 36 Siapa Gue
37
Bab 37 Masalah dan Bobot Tubuh
38
Bab 38 Perceraian
39
Bab 39 Istri Agam
40
Bab 40 Genderuwo
41
Bab 41 Gugup
42
Bab 42 Modusnya Agam
43
Bab 43 Aku Pulang Sekarang
44
Bab 44 Sakit
45
Bab 45 Halim ya?
46
Bab 46 Telat Datang Bulan
47
Bab 47 Dear, Para Suami
48
Bab 48 Ultah Papa
49
Bab 49 Maunya Vara
50
Bab 50 On The Way
51
Bab 51 Vara Cucu Nenek
52
Bab 52 Pernikahan Vara
53
Bab 53 Reza Emosi!
54
Bab 54 Suami Ganteng
55
Bab 55 Suami Unik Suami Istimewa
56
Bab 56 Status
57
Bab 57 Insiden
58
Bab 58 Berdarah-darah
59
Bab 59 Kabar buruk
60
Bab 60 Tasyila
61
Bab 61 Tamu
62
Bab 62 Gangguan Jiwa
63
Bab 63 Perpustakaan Ajang Tinju
64
Bab 64 Insiden Lagi
65
Bab 65 Kesedihan Mendalam
66
Bab 66 Sesak di Dada
67
Bab 67 Mak Comblang
68
Bab 68 Si Kerdil
69
Bab 69 Cantik Siapa?!
70
Bab 70 Cemburu Boleh?
71
Bab 71 Agam Hilang
72
Bab 72 Cerita di Toko Pakaian
73
Bab 73 Dikuasai Emosi
74
Bab 74 Aksi Diam-diaman
75
Bab 75 Bukan Kamu!
76
Bab 76 Telepon
77
Bab 77 Agam Masak Dulu Ya
78
Bab 78 Taman Kuy
79
Bab 79 Dipanggil
80
Bab 80 Diadili
81
Bab 81 Bertubi-tubi
82
Bab 82 Gak Boleh Tau
83
Bab 83 Hasilnya
84
Bab 84 Tolong Saya
85
Bab Tak Sabar Rapat
86
Bab 86 Abiyan Klarifikasi
87
Bab 87 Drama Kampus
88
Bab 88 Menyayangi
89
Bab 89 Kelulusan
90
Bab 90 Happy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!