VALLERY POINT OF VIEW:
🦋🦋🦋
Ini pertama kali nya aku mengenakan baju gamis berwarna silver yang senada dengan keluarga Rizal. Aku menatap cermin yang berada di depanku, seorang perias sedang focus mengecat bibirku dengan warna merah merona. Tahap terakhir adalah memasangkan hijab untukku.
Entahlah, aku kagum melihat diriku sendiri. Ternyata aku cantik dengan menggunakan hijab, ini pertamakali nya aku mengenakan nya. Setelah beres semua nya, perias berpamitan untuk pulang. Sedangkan aku masih bingung harus melakukan apa? Tidak lama kemudian seseorang masuk membuka selambu kamar yang berfungsi sebagai pintu juga. Rizal muncul di hadapanku dengan tatapan yang sulit ku artikan.
“Kenapa? Aneh ya kalo pake hijab?” tanyaku ragu.
“Siapa yang bilang aneh, ayo keluar sudah banyak tamu yang datang,” sahut nya pelan.
“Lalu aku harus apa nanti? Ikutan baca alkitabmu? Aku nggak bisa baca yang begituan,” kataku yang melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 malam.
“Alkitabku? Itu juga kitabmu. Pengajian nya sudah selesai, kamu hanya menemui tamu saja, “ kata Rizal.
“Baiklah,” jawabku ragu seraya mengikuti nya keluar kamar.
Banyak tamu yang berdatangan memberi selamat kepada kami. Ada tetangga, teman Rizal dan beberapa kerabat nya. Jangan membayangkan ini acara mewah seperti di acara kondangan pada umum nya. Tidak ada tenda pernikahan, tidak ada banyak kursi tamu, tidak ada kursi pelaminan ataupun rangkaian bunga indah berwarna warni.
Beberapa tamu bergantian datang dengan duduk di karpet yang sudah di tata di dalam rumah, sebut saja kita sedang berada di lesehan. Ada berbagai macam jajanan tradisional yang di suguhkan di beberapa piring seperti lemper, bikang, pastel, roti, lapis dan lain sebagai nya.
Ada beberapa air mineral gelas yang disusun bertumpuk di tengah tengah. Selain itu ada beberapa toples berisi kue kering atau snack sebagai pendamping nya. Tersedia juga rokok dan kopi serta kacang asin di ruang tamu.
Aku duduk di samping Rizal sesekali ikut menyalami beberapa tamu yang datang. Aku tidak begitu banyak ngobrol, hanya sesekali bicara jika ditanya dan sesekali tersenyum jika ada yang tersenyum padaku.
Tapi gaya orang orang di sini nggak kalah wah nya, mereka sempet sempetin pake heels yang pada akhir nya juga harus dicopot di depan pintu. Kalung emas nya gede gila, apalagi gelang nya yang banyak banget terpasang di tangan kanan dan kiri nya.
Baju? Jangan ditanya lagi. Baju nya uda cetar membahana mirip gamis nya syahrini yang biasanya masuk infotainment di acara gossip.
“Istri nya Rizal ini dokter kan ya? Bruntung banget Rizal dapat dokter,” kata ibu ibu yang gelang nya banyak banget mirip film india aja.
“Iya bu,” kata Rizal sopan, sedangkan aku hanya tersenyum mendengar nya.
“Anak saya juga kuliah loh mbak, moga aja bisa jadi dokter juga,” kata ibu satu nya.
“Saya juga punya anak yang sedang kuliah, emang nya kuliah jurusan apa, bu Erna?” sahut ibu ibu lain.
“Kuliah buat jadi dokter,”
“Emang berapa IPK anak situ?”
“Lah IPK anak situ berapa?”
Nah lo, kok jadi berdebat di acara kami sih? Aku jadi speechless nggak bisa ngapa ngapain, padahal biasanya nih mulut asal njeplak aja tapi entah kenapa malam ini jadi males bicara.
“IPK anak saya 3 koma berapa gitu, lupa,”
“Kok 3 sih? Anakku aja IPK nya 10,” sahut ibu ibu yang lain.
Ya Tuhan, aku jadi nahan ketawa. Itu IPK atau apa? bukan nya nilai maksimal itu 4, nah itu 10??? Bikin aku pengen ngakak tapi malu.
“Monggo ibu ibu, dimakan dulu nasi nya,” kata Delisha yang tiba tiba datang memberikan beberapa piring berisi nasi kuah rawon.
“Delisha, kata nya mau pindah ke kota ya?” Tanya salah satu ibu ibu seraya membantu mengedarkan nasi ke para tamu.
“Iya, saya usaha jualan bunga di sana. Buka toko bunga kecil kecilan bu,” sahut Delisha sopan.
“Ke kota mana?” Tanya Rizal.
“Kota dingin, aku boleh bareng kalian kan balik ke kota dingin,” kata Delisha yang membuatku reflek menatap nya.
“Boleh,” jawab Rizal seraya menatapku ragu.
“Kalau kalian terganggu, aku bisa naik bus atau kereta,” sahut delisha mencoba menatapku.
“Nggak papa kan, Val?” Tanya Rizal meminta persetujuanku.
“Hem,” jawabku tersenyum meskipun menahan kecewa.
🦋🦋🦋
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku duduk di tepi kasur setelah mengganti pakaianku. Aku mencoba membersihkan wajahku seraya melihat kaca kecil yang ada di tanganku. Kemudian aku berjalan kearah jendela yang masih terbuka. Melihat beberapa lampu rumah yang menyala di luar.
Aku masih memikirkan sedekat apa hubungan delisha dengan keluarga rizal? Mengapa mereka bisa sedekat itu? Dan kenapa aku jadi cemburu dengan kedekatan mereka?
“Masih belum tidur?” suara rizal yang tiba tiba sudah berada di dekatku membuyarkan lamunanku seketika.
“Seperti yang kamu lihat,” jawabku masih memandang jauh keluar jendela.
“Awas masuk angin, jam segini jendela belum ditutup,” kata Rizal seraya menutupi bajuku yang minim dengan jaket nya.
“Aku sudah biasa memakai baju seperti ini, jadi tidak akan masuk angin,” sahutku masih belum melihat kearah nya.
“Tetap saja kamu manusia ,”
“Tapi aku dokter,”
“Dokter juga bisa sakit kan,”
“Setidaknya aku tahu obat nya,” sahutku mulai berjalan ke arah kasur dan duduk di ujung kasur.
Rizal mulai menutup jendela dan ikut duduk di sampingku.
“Apa kamu kurang nyaman dengan kamar ini?” Tanya nya.
“Tidak,” kataku menggelengkan kepala.
“Kenapa tidak bisa tidur kalau begitu?”
“Oia, kenapa delisha bisa sangat dekat denganmu dan keluargamu?” tanyaku tiba tiba.
“Kenapa tiba tiba Tanya seperti itu?”
“Penasaran saja, bahkan tadi dia meminta tolong padamu seperti tidak ada beban, ringan sekali,” kataku mulai menatap nya.
“Kamu cemburu?”
“Sudah ku bilang dia bukan levelku,” kataku menghembuskan napas berat.
“Jika kamu keberatan dia berangkat ke kota bersama kita, aku bisa bilang pada nya,”
“No, memang nya aku sejahat itu,” sahutku.
“Benar tidak mengganggumuu? Suasana hatimu mungkin?”
“No,” kataku pelan.
“Kalau begitu tidurlah,”
“Kamu belum bercerita padaku tentang delisha,”
“Delisha itu yatim piatu,” sahut Rizal.
Aku jadi tidak enak hati karena sudah bertanya yang seharus nya tidak ku ketahui. Aku jadi merasa kasihan pada nya.
“Maaf,” kataku lirih.
“Maaf untuk apa? lagipula tidak ada yang perlu ku sembunyikan darimu,”
“Aku jadi tidak enak hati,”
“Dia dirawat orangtuaku sejak kecil, hingga kami tumbuh bersama. Tapi sejak kami SMP, ada sepasang suami istri yang membawa nya untuk tinggal bersama mereka. Jadi begitulah kami, seperti keluarga. Dia sangat dekat dengan ibuku,”
“Aku iri dengan kedekatan kalian,” kataku pelan mulai memeluk lengan nya dan menyandarkan kepalaku di bahu nya.
“Aku menganggap nya keluarga, jangan berpikir macam macam,”
“Setidaknya dia tidak bisa bermanja padamu seperti ini kan? Tidak bisa memegang tanganmu seperti ini, tidak bisa memelukmu seperti ini. Dan tentu saja tidak boleh menciummu seperti ini,” kataku mengecup pipi nya yang membuat nya sedikit terkejut menatapku.
“Kenapa? Apa aku tidak boleh menciummu?” tanyaku pelan.
“Siapa yang bilang tidak boleh,” kata Rizal mencium bibirku sekilas.
“Kamu yang memulai,” kataku mulai duduk di pangkuan nya dengan berani.
Aku memulai aksiku untuk mencium bibir nya perlahan. Kupikir dia akan menolak ciumanku, tapi nyata nya dia membalas ciumanku. Dan ku rasa dia yang mendominasi ciuman ini. Tangan nya tidak tinggal diam, dia mulai melepas jaket milik nya yang dia kenakan padaku tadi. Tangan nya mulai menjelajahi tubuhku dan membuatku sedikit mengerang karena permainan tangan nya di dadaku. Perlahan dia mulai menyingkap gaun tidur tipisku tapi aku menahan tangan nya.
“Zal, kita sewa hotel saja,” kataku yang menahan napas.
Dia mengernyitkan dahi nya seolah olah bertanya ‘Kenapa?’
“Tidak ada pintu nya, aku takut ada yang masuk di tengah permainan kita,” kataku dengan napas tak karuhan karena tangan nya masih aktif menjelajahi tubuhku.
Aku semakin kaget saat dia menggendongku kearah tembok.
“Hey, kamu mau membawaku kemana?” tanyaku khawatir.
"Jangan banyak bicara,” kata Rizal seraya mematikan lampu kamar kemudian membawaku ke kasur lagi.
Jadi ini tips bercinta di kamar tanpa pintu? Aku tersenyum geli membayangkan keadaan ini, seketika nafsu bercintaku menghilang.
Tapi karena suamiku yang terus aktif menyentuh beberapa bagian sensitifku, akhirnya nafsuku memuncak lagi. Rizal mulai membuka semua pakaianku dan pakaian nya tanpa sisa. Dia mulai menindih tubuhku di bawah selimut sedangkan bibirku dibungkam oleh nya supaya aku tidak mendesah. Ini adalah pertama kali nya aku merasakan sensasi bercinta tanpa cahaya bersama nya.
“Mmmmhh…”
“Jangan bersuara,” bisik Rizal seraya terus bergerak naik turun di atas tubuhku.
“Tidak bisakah kita singkirkan selimut nya?”
Rizal tidak menjawab pertanyaanku malah membungkam bibirku dengan bibir nya, menciumku penuh nafsu dan mempercepat gerakan nya hingga aku tidak kuat lagi dengan permainan ini, aku lemas di bawah tubuh nya.
Jangan lupa like, comment and vote ya guys 🙏🙏😁
khusus di novel ini karena pembawaan vallery yang memang ku buat seperti itu, jadi mohon yg masih dibawah umur menjauh dulu ya 🙏🙏🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ida Blado
gila sih,,,,pintu gk ada kamar,rata2 para ortu aanaknya mau kawin rumah di benahi terutama kamar pengantin,,,, yaelaahh bkn keluarga kaya tpi mampu,masa satu pintu aja gk bisa beli,,, apa saking kolotnya
2022-12-15
0
Khalisah Rochman
jdi penampilan Paris kyk mamax ya thor? 🤔kebalik bacax 🤭
2022-08-19
0
Shellia
Delisha lagi Delisha lagi
2021-03-27
0